Bagian 21

681 81 1
                                    

Siangnya pun, Hani tidak pergi kemanapun alih alih melihat LA untuk terakhir kalinya sebelum pulang. Dia hanya ingat rasa pegal yang di rasakan setelah turun dari pesawat hingga Hani memilih meluruskan kakinya di rumah. Mengecek kembali apakah ada barang yang tertinggal atau tidak. Bermalas-malasan di apartemen Sam hingga sang tuan rumah heran sendiri dengan kelakuan roommate-nya.

Hingga di jam setengah sebelas malam, Hani mengucapkan perpisahannya kepada Samantha di bandara. Saling berpelukan dan berkata akan sering menghubungi satu sama lain. Atau paling tidak menanyakan kabar kepada Scott nantinya. Pesawat lepas landas dan Hani memilih tidur selama 13 jam perjalanan pulangnya dengan Korean Air.

Dengan hoodie yang menutupi kepalanya Hani keluar dengan menyeret dua koper di pintu kedatangan. Matanya bergulir, mencari sosok Mama atau Papanya di antara orang-orang yang ada di sana. Perhatian Hani kemudian tertuju pada seorang wanita paruh baya yang melambai padanya di ujung paling jauh dari tempat Hani berdiri sekarang. Senyum lebar tak bisa Hani cegah terlihat di wajahnya. Dengan langkah cepat Hani menyongsong Mama yang juga mengarah padanya.

"Mama, kangen!" Begitu rengek Hani begitu berada dalam pelukan sayang sang Mama. Saling dekap hingga menggoyangkan badannya kekanan dan ke kiri saking kangennya mereka terhadap satu sama lain.

Mama melonggarkan pelukannya. Menyisakan kedua tangannya memegangi kedua lengan atas Hani. Mama menatap wajah Hani lama, melihat detil kecil yang masih sama di sana dengan kelegaan. Mengusap wajah dan rambut sang putri tunggal setelahnya tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Hani. Tersenyum penuh haru kemudian memeluk kembali sang putri.

"Kangen banget anak Mama!" Kata Mama. Akhirnya setelah 2 tahun merantau ke negeri orang dan tak pernah pulang, anak semata wayangnya kembali lagi ke pelukannya. Mambuat Hani memajang wajah terharunya yang di lebih lebihkan di depan Mamanya.

"Dah, yuk pulang! Mama udah masakin masakan kesukaan kamu. Tapi sayangnya Papa lagi di kantor, nggak bisa libur hari ini," ajak sang Mama sambil membantu menarik salah satu koper yang ada. Menjauhi pintu kedatangan, mendekati sebuah city car hitam yang terparkir rapi di sana.

"Wih, mobil baru!" Hani nampak girang saat menyadari Mamanya tak lagi menggunakan sepeda motor kemana mana. Sementara Mamanya hanya terkekeh melihat kelakuan norak anaknya sambil memasukkan koper koper ke bagasi belakang.

"Ini mobil kamu dek." Mama memberitahu saat keduanya sudah duduk di dalam mobil dengan seat belt terpasang. Hani menoleh dengan alis terangkat, bertanya melalui ekspresi di wajahnya. "Ya biar nggak minjem Jeep Ian mulu nantinya. Garasinya nggak muat. Cuma muat dua mobil."

Hani mengerucutkan bibirnya, manggut-manggut membayangkan bagaimana bentuk rumahnya kini dari gambaran garasi yang hanya muat dua mobil itu. Namun Mamanya tidak membiarkan Hani berpikir lama lama, karena di detik berikutnya Mama menceritakan bagaimana salonnya berkembang selama ini. Lalu berlanjut membahas hal hal random khas Mama dan anak gadisnya yang telah lama tak bertemu. Kadang tawa keduanya memenuhi kabin mobil itu, menertawakan hal konyol yang keduanya ceritakan.

Hingga beberapa puluh menit kemudian, city car hitam yang di kendarai Hani dan Mamanya berhenti di sebuah rumah dua lantai. Hani hendak bertanya apakah bangunan di depannya adalah rumahnya kini tapi saat menoleh Mamanya sudah keluar, memencet kunci pagar agar terbuka. Hani tidak jadi bertanya karena sibuk memandangi rumah bercat putih itu.

"Woah!" Seru Hani saat melihat halaman depan dengan taman bunga mawar kecil. Dua tangga yang akan mengantarkannya ke teras dimana ada satu set meja kursi yang Hani tebak berfungsi sebagai tempat Papanya "ngopi-ngopi ganteng". Pintu utama berwarna hitam dengan pegangannya berwarna perak mengkilat.

Mobil berhenti di depan garasi, dan hal pertama yang Hani lakukan setelah turun dari mobil adalah berjalan separuh berlari ke samping garasi. Ada setengah lapangan basket yang di bangun di sana. Dengan ringnya yang menempel pada dinding garasi Hani. Ada bola basketnya juga di keranjang di dekat dinding.

ComfyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang