Sangat sibuk, itulah yang Hani rasakan selama 10 bulan bekerja di X Studio. Projects yang datang ke production house ini diluar dugaan Hani sangat banyak. Hingga jam tidur Hani jadi tidak beraturan. Kadang sarapan dan makan siang pun dia gabung jadi satu. Hani lebih sering menginap di ruang editing dari pada pulang ke apartemen Samantha. Berkomunikasi dengan orang tuanya pun bisa kadang hanya berupa pesan teks yang dia kirim mungkin seminggu sekali. Dia sangat bekerja keras hingga hanya dalam waktu sesingkat itu Hani sudah di percaya melakukan editing sendiri tanpa arahan Hannah untuk proyek proyek kecil.
Kemampuannya sudah tidak mereka ragukan lagi. Membuat Hani bangga dengan pencapaiannya sekarang. Karena dengar dengar, Hannah dulu harus pontang-panting selama satu setengah tahun untuk bisa di percaya memegang sebuah proyek sendirian. Hani berterima kasih pada puluhan event dimana dia pernah menjadi relawan hingga kemampuannya sudah siap saat Hani benar benar terjun ke dunia kreatif ini.
Hannah, yang jadi atasannya pun sekarang statusnya berubah jadi sahabatnya jika diluar jam kantor. Yang meski wanita itu lebih tua beberapa tahun darinya tidak menghalanginya menjadi teman yang menyenangkan bagi Hani. Hani dibawanya masuk ke lingkaran pertemanannya dengan mudah. Hani bahkan kenal baik dengan pacar Hannah.
Tapi, di tengah rasa bangganya ini ada satu masalah kecil. Tentang Christian Yu yang sering dia abaikan akhir-akhir ini karena kesibukannya. Dimana pria itu jadi tidak banyak bicara setiap Hani melakukan video call dengannya.
Seperti saat ini, Hani sedang duduk di atas kasurnya di rumah Samantha. Hani sedang mengerjakan sebuah iklan lain tapi rasa lelah di badannya tak bisa diabaikan begitu saja hingga dia memilih libur untuk sehari ini. Saat itulah ponselnya berdering, melirik jam yang ada di dinding kamarnya dan menghela nafas. Seseorang tidak tidur semalaman hanya untuk bisa meneleponnya.
"Hey," sapa Hani begitu layar ponselnya menampilkan wajah Ian yang tersenyum kecil tapi sorot matanya jelas sedang mengkhawatirkan keadaanya.
Hani tidak bisa apa apa soal itu. Hani tidak pernah berbohong soal betapa sibuknya dia semenjak bekerja di sini. Sedikit menyesal karena membuat prianya ini jadi uring uringan karena jarangnya Hani menghubunginya. Ini sudah hampir sebulan sejak video call terakhir mereka. Dua minggu sejak telpon mereka dan seminggu sejak Hani membalas pesan Ian.
"Im sorry.." Dan sama seperti terakhir kali. Hani selalu jadi orang yang merasa perlu meminta maaf. Dia bukannya gadis tidak tahu diri yang tidak mau mengakui kesalahannya. Di saat komunikasi menjadi hal terpenting yang harus mereka lakukan pada situasi dan kondisi seperti ini. Tapi hal kecil itu pun tidak terjadi dengan lancar karena Hani di tuntut mementingkan pekerjaannya.
Di seberang sana Christian membuka suara. "Lo baik?"
Hani mengangguk, tak ingin merusak momen dengan bersuara apapun saat ini. Kalian tahu, saat terlalu rindu pada seseorang hingga menatapnya tanpa bicara saja sudah jadi hal yang bagitu membahagiakan? Itu lah yang sedang di rasakan Hani saat ini. Kalau saja dia bisa menyentuh prianya, mungkin Hani hanya akan bersandar pada Ian, memaninkan jari jari pria itu yang kini penuh tato dalam diam.
"Scott bilang kamu nggak pulang 2 hari. Bener?"
Hani sudah tidak terkejut lagi kalau Ian tahu kapan dia pulang dan kapan dia menginap di studio. Sam selalu memberikan update terbaru kepada Scott dan creative director DPR itu akan menyambungkannya kepada Christian Yu.
"Babe, you are not a robot. You need time to rest. Kedengeran gombal tapi serius, aku nggak mau kamu kenapa napa di sana. Kalau lo sakit siapa yang bakal panik? Mama sama papa yang di sini. Gue juga." Kata Ian panjang lebar dengan raut khawatir yang sama. Pria ini selalu seperti ini semenjak Hani jauh darinya. Ingin rasanya Hani ingatkan lagi bahwa kondisi DPR Ian juga sama saat ini. Sedang sibuk menggarap beberapa projects yang pastinya menyita waktu dan tenaga.