Hani menguap sambil meregangkan otot-ototnya di atas kasur. Sudah pagi lagi, jam 6.30 saat dia melirik jam kecil di samping lampu tidurnya. Dia tidak perlu alarm untuk bangun. Semalam Hani tidur cukup baik hingga bisa bangun sepagi ini. Masih dengan mata separuh terpejam, Hani bangkit dari posisinya untuk pergi ke kamar mandi, mencuci muka dan lainnya.
Sepuluh menit di dalam sana, Hani keluar dengan wajah yang lebih segar. Dia membuka kulkas, untuk minum dari sebotol air mineral yang ada. Lalu meraih sebuah tomat, beberapa lembar selada, daging asap, telur dan meletakkannya di konter dapur. Hanya butuh roti tawar di lemari gantung lalu menggoreng daging asapnya dan membuat telur mata sapi setelahnya. Dia membuat sandwich, di tumpuk dengan sedikit mayonaise lalu sarapannya pagi ini siap santap.
Hani menyantap sandwich-nya sambil memeriksa ponselnya. Banyak notifikasi yang masuk di aplikasi chatnya, terlebih sekarang dia sudah punya Instagram yang semalam dia buat. Sudah mengunggah foto pertamanya juga di sana hingga banyak sekali notif like, komen, dan orang orang yang mulai mengikutinya. Padahal foto yang Hani unggah hanya fotonya yang memejamkan mata dengan botol minuman dingin menempel di pipinya. Tanpa caption atau hastag. Tahu tahu ada 500 like dan komen yang tak jauh berbeda jumlahnya.
Setelah sarapannya selesai, Hani meletakkan ponselnya lalu masuk ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap ke kampus. Jadwal kuliahnya pagi lagi kali ini dengan dosen yang jadi favoritnya.
Tersenyum puas dengan penampilannya di depan cermin panjang di pojokan kamarnya, tampak bagus dengan rambut yang kali ini di ikat oleh Hani. Off shoulder kuning dengan bunga bunga kecil sebagai motifnya. Tak lupa denim hitam yang pas membungkus kaki ramping itu. Dia memasukkan barang barangnya ke dalam totebag lalu berjalan keluar setelah memakai sepatu yang nyaman di kaki.
Namun, di pertengahan jalannya menuruni tangga, Hani di kejutkan dengan kehadiran Christian Yu di bawah sana. Sedang merentangkan kedua tangannya dengan senyum cerah hanya untuk Hani. Senyumnya menular ke Hani, hingga gadis itu buru buru turun untuk masuk ke dalam pelukan Ian.
"Pagi!" Sapa Hani yang saat ini memeluk leher Christian. "Katanya nggak ada kuliah hari ini?"
Hani ingat semalam Ian bilang di chat mereka kalau hari ini kakak tingkatnya itu tidak akan masuk kelas, dan akan seharian di studionya bersama pekerjaannya yang deadline nya lusa. Tapi Ian malah sudah di sini pagi pagi begini, dan tak ada motor besarnya yang biasa selalu ikut kemanapun pria itu pergi.
"Surprise?" Kata Ian dengan nada bertanya yang tak yakin setelah melepaskan pelukannya di pinggang Hani. Dia memandang Hani sebentar lalu berkata bahwa Hani terlihat cantik hari ini. Well, baginya Hani akan terlihat cantik sepanjang waktu.
"Kamu dari rumah jalan kaki sampai sini?" Tanya Hani, setelah celingukan dan benar benar tidak menemukan motor besar dalam bentuk apapun.
"Ya enggak lah, motornya di kampus. Kesininya doang jalan kaki. Pingin jalan berdua." Ian meraih tangan Hani dan menggenggamnya. Lalu keduanya mulai berjalan. Pelan, dengan maksud menikmati pagi mereka yang cerah.
Hani mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu Hani mengalihkan pembicaraan dengan menceritakan tentang akun Instagram yang baru di buatnya semalam. Notifnya terus masuk, bahkan sampai sekarang ponselnya masih bergetar di dalam tasnya.
"Gebetan gue banyak yang naksir. Makin banyak aja saingan. Nggak bisa ya, nggak usah punya IG aja? Chat aja, pribadi sama gue doang?" Ian merenggut lucu yang mengundang tawa bagi Hani.
Hani juga tidak menjawabnya, hanya memeluk lengan Ian yang menggenggam tangannya tadi sembari terus tertawa. Hani baru tahu kalau Ian bisa seperti ini. Gemas saja melihatnya bertingkah seperti ini. Apalagi rasanya selama 3 bulan kuliah dan dekat lagi dengan Christian, kakak tingkatnya ini jarang bertingkah seperti ini. Hanya saat saat tertentu saja dan kebanyakan memang di depan Hani. Boleh merasa spesial kan?