Hanya beberapa kata sederhana tapi mampu memunculkan kepulan asap imajiner di atas kepala Jessica. Dirinya merasa terasing disini. Apalagi saat dengan santainya Hani berjalan mendekati Ian, membungkuk dengan Lori masih nyaman di sana. Nyengir dengan mata tertutup kearah kamera ponsel Ian. Yang sudah bisa Jessica tebak bagaimana komentar yang di tinggalkan penonton live itu setelah Hani muncul.
"Halo," sapa Hani yang sudah tidak asing lagi dengan live Instagram seperti ini. Dengan mata berbinar membaca komentar di layarnya sambil tetap membungkuk di samping Ian duduk. Duduk dengan tidak pernah melepaskan tatapannya dari wajah Hani. Tepatnya sedang memgamati detil detil kecil di wajah cantik yang amat dia rindukan.
| Kak hani!!!
| Astaga setelah sekian purnama! 😭😭
| Couple goals gue 😭😭😭😭😭😭😭
| 😭😭😭😭😭😭🙈🙈😱😱😱❤️❤️❤️❤️❤️| Kalian balikan? Balikan nggak! Balikan aja! Gue maksa!
| Kak hani apa kabar? Kabar Christian Yu nggak baik! 😌😌
| Terlampau kangen bree sampai nggak kedip gitu liatnya.
| Gue tonjok ya lo! Balikan sekarang nggak mau tau! ✊👊👊👊
| Just hug her, you idiot! 😭😭
| Oleh oleh kak! 😬😬
| Gemes banget kalian! Begini aja gue baper ya lord! 😭😭🤧🤧
"Eh iya oleh oleh!" Tawa Hani terdengar, menertawakan kepikunan diri sendiri. "Mind take your daughter first? Biar gue bisa bagiin oleh oleh."
Ian meraih Lori dengan mudahnya dari Hani. Tapi bukannya anteng duduk di pangkuan Ian, Lori malah kabur ke tempat mainannya berserakan."Gue dapet juga?" Tanya Ian penasaran. Bersiap sakit hati kalau Hani tidak membelikannya oleh oleh juga.
"Dapet dong!"
Setelah berkata demikian lengkap dengan senyum lebar yang manis.. oh, ayolah, senyum itu selalu terlihat manis di mata Christian Yu. Hani keluar dari jangkauan kamera ponsel Ian. Menghampiri paper bag jumbo di atas meja di depan sofa hitam Ian.
Ian sepertinya lupa kalau live-nya masih berlangsung karena terlalu sibuk mengamati setiap gerakan Hani. Sampai sebuah komentar menarik perhatiannya. Ian pun bertanya, "Honey, mind if I tell them what you brought?" Lupa panggilannya kepada Hani barusan bisa membuat penonton live-nya menggila.Memang sudah menggila. Cream yang sejak tadi menonton sudah puas tertawa membaca komentar yang rata rata mengumpati Ian. Termasuk Jessica yang sudah mengumpat di pikirannya sendiri sejak tadi. Dia muak melihat perhatian Ian hanya kepada Hani sejak tadi.
"Sure, why not?" Sahut Hani tanpa menoleh. Membiarkan Ian menjelaskan apapun yang dia bawa kepada penonton live-nya. Hani mengeluarkan benda pertama yang berhasil di pegangnya dari dalam paper bag. "Beanies! Scott, this is for you. Aku beliin dua, oranye sama hitam. Kayanya kamu lagi suka pake beanie jadi aku beliin itu. Suka nggak?"
"Yeah, not bad. I like it," jawab Scott yang sudah memakai salah satu beanie yang di berikan Hani barusan. Dia memang sedang suka memakai benda itu kemanapun.
"Terus, dua t-shirt buat Dabin sama Cline." Hani menyerahkan t-shirt itu kepada Dabin sambil celingukan mencari keberadaan Cline. "Loh, iya ya.. kemana sepupu lo? Pantesan sepi dari tadi."
"Lagi ke dokter gigi. Makasih ya, by!" Dabin dengan jahil mengedipkan sebelah matanya, mengundang tawa renyah Hani menggema lagi.
"Ba-bi, ba-bi! Awas lo nggak punya produser ntar!" Cream menyeletuk, memasang wajah jahil. Tapi Dabin memilih cuek, dia memang sengaja. Lagipula produsernya masih punya Jessica. Dia tidak boleh marah.