Chapter 25

3.5K 859 75
                                    

Langit dunia Spectra hari itu berubah mendung tanpa ada sinar matahari yang berani menyusup.
Klan Api yang terbiasa merasakan terik matahari mulai merasa tak nyaman karena perubahan cuaca yang begitu mendadak dan hawa dingin angin yang berhembus.

"Ada apa ini? Apa yang terjadi..?", Yunho menatap langit mendung itu was was.

"Suho sudah menyusul ke Phyametsa.. aku harap tidak terjadi hal diluar kendali..", gumamnya berharap.

.

Hal yang sama juga terasa di Klan Bumi. Penduduk yang berdiam di wilayah barat Spectra itu menatap dengan gelisah langit mendung itu. Salah satu petinggi Klan Bumi lainnya bahkan mulai gemetar karena suasana ini.
"Suasana ini... seperti saat kita ikut pembantaian Klan Air dulu..",

"Tidak mungkin.. ini hanya akan hujan biasa.. bukan hal lain", sahut yang lainnya.

.

Perdana Menteri Park memandang sendu langit mendung Spectra dari lantai atas kastil kediamannya di Klan Angin. Tangannya terangkat dan menghembuskan pusaran angin kecil yang langsung diterima oleh hembusan angin yang lain.

"Suasana ini..",

Pria paruh baya itu berjalan masuk kedalam kastil dan berhenti di tengah ruangan. Disana ada patung naga melingkari seekor burung bersurai panjang yang berukuran lebih kecil, seakan membentuk pusaran.

"Dewa Naga Veles....", pria itu berbisik pasrah. Kedua tangannya mengatup berdoa,"kami keturunan Sang Phoenix.. semoga tetap dalam lindungan mu",

.
.

Tim Moteris selatan sudah tewas di bantai oleh Taeyong dan Woozi. Namun sekarang, hal lain yang membuat mereka terpaku saat melihat ke arah langit.

"Naga.. Veles..?", Chaeyeon terasa sesak bahkan hanya melihatnya dari kejauhan.

"Kita harus kesana.. ini pasti ada hubungan nya dengan kedatangan kakek tua itu...", tanpa membuang waktu mereka langsung berlari menuju danau.

.

"Lisa...? Lisa kehilangan kendali...?", Rose menatap ngeri apa yang dilihatnya.

Pertarungannya bahkan teralihkan karena kemunculan dari Naga mitologi itu.
Luhan mendongak ikut mengagumi sosok salah satu leluhur dunia Spectra meskipun dalam hati terasa was was karena tekanan yang tiba tiba dia rasakan.

'Aku sudah diberitahu jika akan muncul hal mengerikan.. tapi perasaan seperti ini benar benar di luar perkiraan', batinnya. Kemudian dia kembali menatap Tim Api di depannya.

"Sepertinya teman kalian itu bukan orang biasa..?",

Bambam kembali waspada, setelah Luhan kembali membuka suara.
"Rose.. kita harus waspada..",

Belati milik Klan Angin itu tiba tiba melayang kearah Luhan. Membuat Bambam ikut kaget.
"Kau tidak bisa tiba tiba saja melukai Luhan..! Itu berefek padamu!",

"Ukhh!!!", gadis itu memegangi pundak nya kesakitan.
Dan ternyata memang benar, bahwa belati tadi menancap ke pundak Luhan di sebelah sana.

"Bahkan jika kau ingin membelahku.. aku tidak protes kok", senyuman sinis terpatri di wajah pemuda manis itu.

Boneka kain lusuh yang berada di tangannya dia gigit pada bagian leher. Namun malah membuat Rose terjatuh dengan tangan memegang lehernya sendiri seolah tercekik.

DAKK

Ular kayu memanjang dan membuat Luhan reflek mundur lalu gigitannya terlepas. Diikuti Rose yang langsung menarik nafas sebanyak banyaknya.

Dunia 4 ElemenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang