Chapter 33

2.5K 640 217
                                    

"Bambam...!!".

Pemuda elemen kayu itu menoleh saat mendengar suara Rose memanggilnya.

"Rose..! Apa kau berhasil-", Bambam langsung terkejut begitu melihat prajurit Klan Angin di belakangnya.

"Kita harus segera ke ThelBesor...", gadis cantik itu mengacungkan jempol nya.

Namun Bambam semakin dibuat tak percaya saat salah seorang diantara mereka.
"P-perdana menteri Park..?".

Sontak saja pemuda itu langsung menunduk hormat.

"Aku senang ternyata cucu ku mengenal pemuda seperti dirimu, nak".

Rose berdehem,"kita tak punya waktu.. tinggal besok. Harus sampai ke ThelBesor".

"Apa perlu tumpangan Naga dari Klan Api?".

Bambam menoleh lalu menunduk hormat,"selamat datang.. Tuan Jung".

Jung Yunho datang bersama naga nya yang berukuran mini terbang disampingnya.

"Prajurit Klan Api sudah dipersiapkan untuk menjaga seluruh benteng perbatasan dan castil.. sisanya kubawa ke ThelBesor".

Perdana menteri Park tersenyum tipis,"Yunho.. sepertinya.. perang saat masa kecilmu, akan kembali terulang".

Yunho mengangguk,"itu pasti. Karena Spectra adalah medan perang".

.
.

.
.

Jung Joon Young memandang dari luar Black Hole yang diciptakan oleh Yibo.
"Memainkan bidak catur terkuat sampai mati.. lalu mengambil alih akhirnya. Bukankah, itu rencana yang brilian", gumamnya sendiri.

Pria tua itu menoleh ke belakang,"mereka anak muda tak berguna..".

Di sekeliling nya terdapat lingkaran api yang melindungi dari serangan bahaya hutan ThelBesor. Dan seolah menjadi penonton setia, dia hanya bersedekap memandang angkuh ruang hitam didepan matanya.

.

"Kenapa..? Kau takut, nak?".

Suara Veles menyadarkan Jaehyun dari skenario terburuk yang berada di otaknya.

Pedang naga nya menyala sekali lagi dan mulai menyerang. Namun Lisa hanya menghindar seakan main main.

Dan saat Jaehyun menaikkan kecepatan serangannya, secara sengaja atau tidak lengan kiri Lisa terkena sabetan pedang itu.

"Uhhh!!!".

Sadar suara nya berbeda, Jaehyun langsung melompat mundur.

"Lisa...!!".

Tangannya hampir menjatuhkan pedangnya karena malah melukai gadis itu lumayan parah.

Darahnya menetes deras, tapi lenguhan kesakitan tadi berubah senyum lebar.
"Benar... lukai terus dia. Semakin cepat kau membunuhnya.. Semakin aku senang".

"Hentikan semua ini!! Kita bertarung tanpa gadis itu!!".

Darah dari lengan itu tetap menetes, namun Lisa masih berdiri tegak.
"Kau lupa kami ini satu, nak?".

Tetesan darah nya diatas tanah mulai melayang membentuk butiran merah pekat disekitarnya.

"Kalau kau tidak mau membunuh..? Bagaimana jika aku saja yang membunuhmu?".

Buliran darah itu melesat cepat kearah Jaehyun, membuatnya reflek mengeratkan pedang nya dan menangkis sekuat tenaga. Firasat nya tak baik jika dia terkena butiran darah itu.

Dunia 4 ElemenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang