Sang mentari masih malu-malu untuk menunjukkan sinarnya kepada dunia tetapi seorang perempuan cantik dengan rambut berwarna silver telah bangun dan mempraktikkan beberapa mantra dasar yang telah Lyra ajarkan kepadanya. Ya, setelah menegetahui cara mengembalikan Marcell seperti semula dia mulai belajar dengan sungguh-sungguh. Bahkan terkadang ia mempelajari mantra hingga tengah malam jika tidak ketahuan orang tuanya dan Lyra. Jika ketahuan mereka pasti Caithlin sudah kena amukan dan nasehat panjang yang membuat Caithlin mengantuk.
Sekarang sifat tomboy yang dimilikinya muncul kembali. Mungkin karena sudah tak ada peraturan istana yang mengharuskannya bersikap lemah lembut seperti wanita pada umumnya. Tidak hanya belajar mantra saja, ia diam-diam mengembangkan bakat bermain pedangnya yang dia pelajari dari Dimitri saat masih di istana.
Jika dihitung saat ini sudah dua minggu Caithlin berada di rumahnya. Ia sebenarnya sangaat merindukan suasana istana namun waktunya belum tepat ia harus menjadi kuat terlebih dahulu dan membebaskan Marcell dari mantra penyihir jahat itu.
"Kau sudah bangun? Jangan terlalu memforsir tubuhnya, Cath," kata perempuan cantik itu. Ya, Caithlin menyuruh memanggil namanya karena mereka tidak berada di istana. Pertamanya rasanya aneh namun sekarang dai sudah terbiasas memanggil nama Caithlin.
"Kau tau sendiri aku selalu bangun di jam ini," jawab Caithlin tanda mengalihkan tatapannya dari apa yang ada di depannya.
"Ya, tapi tidak begini. Kau juga perlu tidur dengan cukup."
"Aku sudah tertidur dengan cukup."
"Kau tidur pukul dua belas dan bangun pukul empat. Apakah itu yang dibilsng tidur cukup?"
"Aku rasa itu sudah cukup, karena sebenarnya aku tidur pun tak bisa tenang sebelum mengembalikan Marcell seperti dulu."
"Bagaimana jika kau akan sakit saat melawannya?"
"Tinggal mempelajari mantra tentang menguatkan kekebalan tubuh, it's easy," kata Caithlin sambil terkekeh meremehkan omongan Lyra.
"Hei! Bukan itu fungsi mantranya. Jangan sembarangan menggunakan mantra yang bukan tepat pada gunanya."
"I know, aku hanya bercanda saja. Selera humormu tidak bagus ternyata," kata Caithlin dengan menatap kesal Lyra.
Sedangkan di istana Marcell semakin dekat dengan Clara. Mungkin sekarang para maid sudah mengira jika Clara adalah kekasih Marcell. Tak ada yang berani bertanya kemana hilangnya Luna Queen mereka karena terakhir kalinya Dimitri dan Alastair bertanya sang Alpha King marah-marah kepada seluruh orang yang ia temui dan membunuh para tahanan yang ada di dalam sell dengan brutal selama 3 hari.
Semakin hari Clara semakin memaksa Marcell untuk menjadikannya Luna Queen karena sudah tidak ada Caithlin. Dia ingin menggantkan posisi yang kosong itu, namun Marcell selalu diam tanpa menjawab permintaan Clara. marcell selalu merasa sensitif saat seseorang membicarakan tentang Caithlin ataupun posisi itu.
"Ayolah dia sudah tidak akan kembali ke istana ini, sayang," ucap Clara dengan nada manjanya sambil memeluk lengan Marcell.
"Jangan membicarakannya." kata Marcell dengan nada datarnya padahal sebelumnya dia berbicara dengan terus tersenyum saat bersama Clara.
"Memangnya kenapa? Apa kau masih menunggunya?"
"Diam Clara! Aku tidak suka membahasnya!"
"Baiklah, bagaimana jika kita pergi makan malam romantis nanti malam?"
"Ya, itu lebih baik. Aku akan menyuruh Dimitri menyiapkan keperluannya."
Dimitri dan Alastair yang setiap hari melihat pemandangan sang raja bercumbu dengan Clara merasa mual. Karena Clara bersikap seperti seorang jalang yang selalu menggoda tuannya. Dan Selena, perempuan itu selalu mengawasi sang ratu di dunia manusia karena dia tau jika nyawa Caihtlin sudah tidak aman jika tanpa pengawasan sama sekali. Selena selalu memberitahu kondisi Caithlin kepada Dimitri saat dia kembali ke istana agar Marcell tidak curiga jika dia pergi dari istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Queen [End]
Werewolf[Werewolf-Romance] [Masih dalam proses revisi] ⚠️Terdapat beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasan⚠️ Seorang gadis tomboy yang kehidupannya tiba-tiba saja berubah saat bertemu dengan seorang laki-laki yang menatapnya dengan tatapan anehnya. Bu...