THIRTY EIGHT

2.8K 219 1
                                    

Terbangun di tempat gelap dan tak ada sinar matahari yang menyinari tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terbangun di tempat gelap dan tak ada sinar matahari yang menyinari tempat ini. Terkesan menyerambkan itu yang pertama kali terlintas dipikiran Caihtlin. Tetapi kenapa di tempat semenyeramkan ini terdapat kamar seluas ini, bukan hanya luas tapi sangat luas, lebih luas dari kamarnya di istananya. Dia baru teringat Sean, ternyata lelaki itu dalang dari semua apa yang menimpanya selama ini. Padahal dirinya tidak pernah mengenal pria itu, dan baru bertemu saat upacara pengangkatannya sebagai luna queen beberapa bulan yang lalu. Sebuah gerakan ranjang disamping membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Kau sudah bangun, queen?" tanya Sean dengan tersenyum hangat.

"Kenapa kau membawaku kesini? Apa aku memounyai kesalahan padamu di masa lalu?" tanya Caihtlin yang bingung dengan situasi ini.

"Tidak ada, queen. Aku hanya ingin mengambil darah hybridmu itu membangunkan istriku," ucapnya sambil tersenyum jahat.

"Kau hanya membutuhkan sedikit darahku bukan? Itu masalah yang mudah aku bisa memberikanmu saat ini juga."

"Tentu saja tidak, jika hanya sedikit darahmu aku bisa mengambilnya sendiri tanpa membuat rencana yang merepotkan ini," ujarnya yang kemudia bangkit dari ranjang dan berjalan menuju nakas. Dia mengambil sebuah catatan yang sudah terlihat lusuh. "Kau tau ini apa? Ini adalah catatan yang diberikan oleh Ibu Clara untuk berjaga-jaga jika dia meregang nyawa aku masih bisa menghidupkan istriku, disini tertulis jika aku mengambil darahmu maka jiwamu juga akan masuk ke dalam tubuh istriku, karena darahmu itu berbeda dari makhluk lainnya, queen."

"Apa kau gila hah?" tanya Caithlin dengan emosi yang sudah di ubun-ubun.

"Ya, karena aku akan menghalalkan segala cara untuk menghidupkannya kembali," ujarnya dengan wajah datar dan tenang.

***

Suara kaki serigala yang menjejakkan kakinya di tanah menggema ditengah sunyinya hutan. Dia tak tahu apa yang sedang terjadi kepada matenya saat ini, dan dia tak tahu matenya sekarang berada dimana. Semakin masuk ke dalam hutan, semakin rimbun pula pepohonan yanng ada di dalamnya yang membuat matahari sulit masuk ke dalamnnya. Tetapi Marcell melihat tempat yang tak dapat ditembus oleh cahya matahari. Tempat itu seperti terpisahkan dari hutan ini, ada sebuah penghalang yang membatasi tempat itu sehingga tak ada cahaya yang dapat masuk ke tempat itu. Bangunan bergaya klasik yang menjulang tinggi dengan tebing dan jurang menhiasi sekelilingnya, tak ada pohon ataupun tumbuhan di tempat itu. Sejak kapan ada tempat seperti itu, Marcell baru tahu ada tempat semenyeramkan itu disini.

Tanpa menghiraukan pemandangan yang ada di depan matanya, dia terus mengarahkan dirinya kemana hatinya mengarahkannya. Dia terus berlari menggunakan kekuatan alpha king yang dia miliki agar dapat segera menemukan matenya. Suara pijakan kaki yang mendekatinya membuat Marcell berhenti sejenak dan menengok ke belakang. Dia tahu siapa yang datang menghampirinya.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanya Marcell dengan wajah yang tetap datar.

"Saya ingin membantu anda, king. Tidak akan mudah melawan dia sendirian," jawab Dimitri dengan khawatir. Dia mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk menyusul sang raja karena khawatir dengan keadaan Marcell yang masih belum stabil.

"Aku tidak apa-apa, kau bisa kembali dan jaga istana selagi aku tidak ada disana."

"Keadaan anda belum stabil, king. Di istana masih ada Selena dan dibantu Alastair, semuanya akan baik-baik saja."

Tanpa menjawab perkataan Dimitri Marcell terus menyusuri jalan yang mulai gelap karena dia telah sampai di tempat penuh kegelapan yang tadi dia lihat dari dataran tinggi di tengah hutan.

"Tempat apa ini, king? Saya tidak pernah mengetahui ada tempat seperti ini," tanya Dimitri dengan penasaran.

"Entahlah, aku juga baru mengetahui tempat ini."

"Apakah anda tahu dimana queen berada?" tanya Dimitri dengan matanya yang masih berwaspada di tempat asing ini.

"Aku hanya mengkuti hatiku yang masih terikat dengannya," jawan Marcell dengan singkat. Dia kembali menjadi Marcell yang dingin dan cuek kepada sekitarnya, seperti dirinya sebelum bertemu Caithlin.

"Apakah kita akan masuk ke dalam bangunan tua itu? Sepertinya bangunan itu telah ditinggalkan untuk waktu yang lama," ujar Dimitri.

"Tidak, pasti di dalamnya ada sesuatu. Kesan suram itu hanya mengecoh jika tidak ada kehidupan di dalamnya padahal ada sesuatu disana," kata Marcell sambil menatap tajam bangunan itu, dia sudah dapat merasakan aura Caithlin dari sini.

Setelah itu Marcell bergerak lebih cepat, Dimitri yang tidak mengetahui ada apa dengan sang raja hanya bisa mengikutinya. Benar dugaan Dimitri, sang raja sudah mengetahui jika Caithlin ada di bangunan itu, semoga belum terjadi apapun disana.

 Benar dugaan Dimitri, sang raja sudah mengetahui jika Caithlin ada di bangunan itu, semoga belum terjadi apapun disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak terasa ya cerita ini udah  di part 38, mendekati ending nih.

Kalau boleh tahu, lebih baik berhenti di kisah Marcell-Caithlin atau ada sequel dari anak-anak mereka?

The Great Queen [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang