THIRTY FIVE

2.6K 228 2
                                    

Untuk Caithlin saat ini rasanya berbeda, karena biasanya Marcell akan selalu ada untuknya, namun sekarang dia malah bersama orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk Caithlin saat ini rasanya berbeda, karena biasanya Marcell akan selalu ada untuknya, namun sekarang dia malah bersama orang lain. Kadang dia lupa kalau Marcell memang masih dalam pengaruh mantra black magic. Dia ingin segera mengakhiri semua masalah ini dan hidup bahagia bersama Marcell.

Lamunannya terbuyarkan dengan pintu yang terbuka menampilkan sepasang suami istri yang telah membantunya selama ini. Kedua orang itu menyampaikan opininya tentang siapa yang sebenarnya membuat Marcell seperti itu. Mereka harus segera mencari ramuan itu sebelumnya Marcell dan Clara resmi menikah.Pernikahan Marcell dan Clara akan diadakan besok pagi, karena itu aula untuk tempat pernikahan sudah penuh dengan hiasan dan persiapan lainnya.

"Masuk akal juga, tetapi dimana kita dapat menemui ibu Clara?" tanya Caithlin yang membuat kepalanya semakin sakit karena terlalu banyak pikiran yang ada di dalam otak kecilnya.

"Bisa saja dia ada di kamar Clara," ucap Selena menyuarakan pendapatnya.

"Tetapi bagaimana bisa dia masuk ke dalam istana tanpa kita ketahui?" tanya Dimitri.

"Bukan hal susah untuk para wizard melakukan hal tersebut, mereka hanya tinggal menngganti wajah mereka dengan orang dalam istana," kata Caithlin menjelaskan.

Tiba-tiba Alastair masuk dengan tergesa-gesa, "Aku tahu siapa yang menyebabkan King seperti itu," ucap Alastair dengan nafas yang belum teratur karena sepertinya dia berlari untuk sampai kesini.

"Siapa? Dan kenapa kau seperti dikejar oleh seseorang?" tanya Caithlin.

"Itu semua benar seperti dugaan Dimitri dan Selena, aku mendengar sendiri percakapan mereka di dalam kamarnya. Ibu Clara juga bisa mengubah wajahnya sama seperti Clara, mereka bisa bertukar tempat sesuai situasi yang ada."

"Lalu kenapa kau lari-lari tadi?" tanya Selena yang masih heran.

"Sialnya mereka mengetahui kalau aku menguping permbicaraan mereka, mungkin sekarang mereka akan mencariku. Jadi aku akan pergi agar tidak membahayakan kalian bersamaku," kata Alastair dengan bersiap pergi dari rumah Caithlin.

"Jangan! Itu terlalu berisiko. Kau tidak bisa melawan seorang wizard dengan pedangmu," ujar Caithlin.

"Mungkin memang ini sudah menjadi takdirku, aku rela mengorbankan jiwaku untuk kerajaan ini," ucap Alastair dengan tersenyum kecut.

"Tidak! Aku akan bersamamu," kata Caithlin.

"Tidak, Quenn. Saya tidak ingin memasukkan anda dalam masalah yang saya buat," kata Alastair.

"Itu bukan salahmu, percaya padaku semua kan baik-baik saja," ucap Caithlin.

Dimitri dan Selena saling berpandagan satu sama lain dan tersenyum dengan menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu kami juga akan ikut bersama kalian."

Mereka berempat pergi mencari tempat yang luas dan sepi agar tidak ada orang yang tahu. Karena jika mereka ada di tempat ramai bisa mengundang banyak perhatian dan akan membahayakan banyak orang.

"Jadi disini kau rupanya, dan apa ini ada beta dan matenya dan wow ada mantan luna queen juga," kata seorang wanita paruh baya dengan wajah keriput tetapi tidak bungkuk dan memiliki kuku panjang seperti penyihir yanng ada di film kartun tentunya. Wajahnya masih terlihat cantik namun sudah ada banyak keriput disana dengan mengenakan jubah berwarna hitam.

"Kau sangat mirip dengan ibumu, termasuk seperti ibumu yang merebut kekasihku," sambung wanita itu dan tatapannya mengarah kepada Caithlin.

"Apa maksudmu?" tanya Caithlin dengan tatapan marah.

"aku mencintai ayahmu sejak aku masih remaja, tetapi ibumu merebut dia dariku dengan mudahnya."

"Kalau begitu namanya ayahku bukan kekasihmu, apakah kau tidak pernah belajar arti kata-kata?" kata Caithlin terkekeh melihat kehaluan Ibu Clara.

"Dasar bocah kurang ajar! Sama-sama tidak tahu dirinya seperti mamu," ucap Ibu Clara yang setelah itu mengucapkan mantra dengan lirih kemudian mengarahkannya kepada Caithlin.

Caithlin yang sudah mengetahui kalau dia akan diserang dia membuat sebuah lapisan pelindung yang melindungi mereka dari mantra Ibu Clara.

"Kau sudah belajar menjadi seorang wizard? Apakah sudah sebanding denganku?" tanyanya dengan sombong.

"Addio licciuso," dia mengucapkannya, kemudian ditapis oleh Caithlin yang masih menggunakan lapisan pelindung yang membuat warna kemerahan di langit.

"Dari tadi kau hanya menggunakan lapisan pelindung itu hah?"

 Mereka terus beradu mantra namun mulut Ibu Clara yang tidak mau berhenti mengolok-olok Caithlin menyebabkan Caithlin sangat muak dengan olokan itu yang membuatnya mengucapkan sebuah mantra yang tidaka tahu darimana tiba-tiba saja terucap dari mulutnya, "Expecto leviosa." 

Ibu Clara berusaha menahannya namun tidak sanggup dan akhirnya terjatuh dan memuntahkan darah dari dalam mulut dan hidungnya. 

"Dimana obat penawar itu?" tanya Caithlin langsung pada intinya.

"Kau tidak akan sempat mengambilnya," katanya sambil terkekeh.

"Cepat beritahu aku dimana obat penawar itu!"

"Pohon yang selalu berbunga disepanjang tahun yang berada di tengah hutan," setelah mengucapkan itu dia menutup matanya untuk selamanya.

"Pohon yang selalu berbunga disepanjang tahun yang berada di tengah hutan," setelah mengucapkan itu dia menutup matanya untuk selamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


The Great Queen [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang