Malam ini adalah malam purnama. Untuk werewolf yang berusia 17 tahun akan mendapatkan sisi serigalanya di malam ini. Sinar sang rembulan mulai masuk ke dalam kamar seorang perempuan yang sedang meringkuk ketakutan disana. Dia mulai merasakan sakit dibeberapa titik tubuhnya. Seperti ada yang meremukkan tubuhnya sampai rasanya dia sangat mual. Ada apa dengan tubuhnya, tadi pagi dia masih sangat sehat untuk dapat membalas perkataan Sean namun sekarang tubuhnya lemah tak berdaya. Ia terheran, tubuhnya merespon aneh kepada sinar rembulan yang menyinari tubuhnya. Tubuhnya terasa hangat ketika terkena sianr bulan.
"Persiapkan dirimu, setelah ini semuanya akan siap," ucap Sean dengan tersenyum miring.
Caithlin tak bisa menjawabnya, yang dia butuhkan hanyaah cahaya bulan. Tubuhnya sangat sakit hingga tak bisa berbicara. Untuk menuju ke jendela saja dia harus mengerahkan seluruh tenaganya.
"Come on, semua persiapan sudah siap kau harus segera keluar," kata Sean, kemudian menyeret lengan Caithlin. Dia membawa Caithlin ke sebuah ruangan terbuka, dia dapat merasakan cahaya rembulan yanng hangat menyentu kulitnya. Di ruangan tersebut, perempuan berambut pirang dengan kulit pucat nampak sedang tertidur di sebuah dolmen, ah bukan lebih tepatnya meninggal.
Perempuan itu masih terlihat cantik walaupun telah meninggal sejak lama, pantas saja jika Sean tergila-gila dengan perempuan itu hingga merencanakan semua ini. Tapi cara dia mencintai wanita itu salah, dia tidak bisa mengorbankan orang lain demi wanita itu. Walapun kata orang cinta bisa membuatmu gila tetapi otakmu masih berfungsi. Hati dan logika harus saling melengkapi karena itu diciptakan keduanya.
Sean meletakkan Caithlin pada dolmen yang terletak di sebelah wanita itu. Caithlin hanya bisa pasrah untuk saat ini, dia hanya berdoa agar Marcell bisa menyelamatkannya.
(Wujud dolmen)
Rasanya tubuh Caithlin saat ini sangat remuk, ia bergerak gelisah karena rasa sakit itu. Sedangkan Sean sedang mempelajari sebuah mantra yang tertulis pada kertas peninggalan Ibu Clara. Mulai terdengar suara tulang yang retak, namun Sean tak mendengar itu karena dia terlalu fokus mempelajari mantra itu.
Tiba-tiba seekor serigala telah berada di depan mata Sean. Serigala cantik dengan bulu berwarna putih bersih itu keluar dari bangunan tersebut dan menuju ke tempat yang lebih tinggi. Ia berada di tempat tertinggi dan mengaumkan lolongannya dengan lantang. Serigala itu tampak lebih cantik saat terkena sinar bulan dengan bulunya yang tertiup angin malam.
Sedangkan disisi lain, Marcell melupakan jika malam ini adalah malam purnama karena dia terlalu sibuk memikirkan keberadaan Caihtlin. Saat pikiran tentang malam purnama itu muncul bersamaan dengan lolongan seekor serigala yang membuat Marcell tahu siapa pemiliknya.
"Kau sangat cantik, mate," kata Marcell yang masih dalam wujud serigalanya.
Nmaun Caithlin tak menghiraukan perkataan Marcell, dirinya terus melolongkan suaranya dan menatap ke arah bulan. Sedangkan Dimitri yang juga masih dalam wujud serigalanya menatap takjub seekor serigala putih yang sangat indah. Mengetahui Dimitri yang menatap tubuh Caihtlin dengan memuja dia langsung menutupi Caithlin dengan tubuhnya.
"Bisa-bisanya dalam posisi seperti ini dia masih cemburu," ucap Dimitri dalam hatinya.
"Aku bisa mendengar gerutuanmu itu, dia mateku tidak ada yang boleh melihat kecantikannya selain diriku," ujar Marcell dengan kesal.
Yeayy aku double update!
Happy reading ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Queen [End]
Werewolf[Werewolf-Romance] [Masih dalam proses revisi] ⚠️Terdapat beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasan⚠️ Seorang gadis tomboy yang kehidupannya tiba-tiba saja berubah saat bertemu dengan seorang laki-laki yang menatapnya dengan tatapan anehnya. Bu...