Epilog

6.7K 302 3
                                    

Seorang anak kecil berpipi gembul sedang berlari mengejar seekor kucing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang anak kecil berpipi gembul sedang berlari mengejar seekor kucing. Sedangkan sang ibu hanya tertawa melihat anaknya, lalu ayahnya hanya memperlihatkan muka kesalnya. Marcell merasa kesal karena dia tidak suka kucing tetapi Caithlin membawa kucing itu dan ternyata Xander sangat menyukai kucing tersebut.

Tak terasa seorang bayi yanng dulu baru saja dilahirkan oleh Caithlin sekarang sudah dapat berjalan bahkan sekarang sedang berlari. Xander balita yang sangat aktif, dia tak seperti anak satu tahun pada umumnya. Dia sekarang sudah dapat berbicara dengan lancar, namun masih kental dengan suara cemprengnya.

"Kenapa kau membawa kucing sialan itu kesini?" tanya Marcell dengan kesal.

"Kucing itu terlihat lucu, sayang. Kenapa kau tak menyukainya?" tanya Caithlin terkekeh geli melihat suaminya.

"Aku serigala dan dia kucing, kita tak akan pernah bisa bersatu," ucap Marcell.

"Benarkah? Aku sekarang juga seorang serigala, apakah kau lupa?" kata Caithlin sambil menyunggingkan sudut bibir kanannya.

"Kau berbeda," jawab Marcell.

"Jadi sekarang kau menggapku berbeda dari klanmu begitu?" tanya Caithlin dengan memalingkan wajahnya lalu pergi menghampiri Xander.

Caithlin menggendong Xander yang menangis karena dipaksa melepaskan kucing. Lalu Marcell mengambil Xander dari gendongan Caithlin dan menurunkannya kembali agar dapat bermain dengan kucing kesayangannya.

"Kenapa kau melampiaskan kekesalanmu pada Xander?" tanya Marcell yang masih mencoba berbicara halus kepada Caithlin.

"Aku tidak melampiaskan, aku hanya ingin membawa Xander ke kamar," ucap Caithlin dengan mencebikkan bibirnya.

"Kenapa bibirmu seperti itu? Apakah itu kode?" tanya Marcell dengan tersenyum jail.

"Tidak!" teriak Caithlin lalu pergi dengan kesal. Sedangkan Marcell tertawa dengan keras melihat Caithlin yang kesal karena ulahnya. 

"Aku masih mendengar tawamu," teriak Caithlin dari kamarnya.

"Kau sangat lucu, sayang. Kita sudah lama hidup bersama tetapi kau masih saja malu dengan candaan semacam itu," ucap Marcell yang sudah ada di belakang badan Caithlin yang sedang menghadap ke jendela.

Lalu Caithlin menghadap ke ke belakang dan memeluk Marcell dengan erat. "Aku merindukan kita yang seperti ini, kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu dan aku terlalu sibuk dengan Xander."

"Rasanya baru kemarin aku menemukanmu diantara para siswa, dan sekarang kau sudah menjadi ibu dari anakku," ucap Marcell lalu mencium kening Caithlin.

Marcell menarik dagu Caithlin yang membuatnya menatap Marcell dengan mata indahnya. Kemudian Marcell mulai mengarahkan wajahnya mendekati wajah Caithlin hingga jarak mereka tinggal satu centi. 

Pintu terbuka menampilkan sesosok balita yang kemudian berteriak. "No! Daddy tidak boleh mencium mommy, mommy hanya milikku," teriak Xander lalu berada diantara mereka.

"Gagal lagi,"ucap Marcell dengan menggeram.

Caithlin yang melihat hal itu tertawa, sedangkan Xander masing memasang wajah kesalnya.

***

Xander mendengar suara tangisan bocah perempuan. Dia kemudian menghampiri asal suara tersebut, dan menemukan seorang gadis manis yang masih belum bisa berbicara yang sedang menangis memukuli wajah sang ibu dengan tangan mungilnya. 

"Kenapa dia memukulimu, Aunty?" tanya Xander dengan polos.

"Dia hanya sedang kesal karena tidak bisa tidur," jawab Selena dengan tersenyum.

Xander mulai mendekat dan mengusap lengan gadis kecil itu. "Berhentilah menangis, kau menyakiti ibumu."

Selena yang mendengar perkataan Xander tertawa kecil, betapa polosnya bocah ajaib di sampingnya itu. "Tidak apa-apa Xander tangannya terlalu kecil untuk melukaiku, jadi kau tidak perlu khawatir."

Dia memegangi tangan gadis kecil itu, agar tidak kembali memukuli wajah Selena. Tetapi siapa sangka Isabella kecil malah berhasil melespakan tangannya dari Xander lalu memukul wajah Xander.

"Awh! ini sakit. Dia sangat nakal, Aunty," teriak Xander dengan keras.

"Sepertinya dia tidak menyukaimu karena memegangi tangannya, boy," Ujar Selena dengan tertawa keras. Sikap polos sang pangeran kecil itu benar-benar membuatnya terhibur.

"Xander! Kau dimana?" teriakan Caithlin yang membuat Xander bersembunyi.

"Aunty, bisakah kau berbohong pada ibuku?" tanyanya dengan penuh harap.

"Tidak boleh, berbohong itu dosa," ucap Selena yanng masih tak bisa berhenti tertawa.

"Oh ternyata kau disitu, cepat kembali ke kamar!" teriakan Caithlin yang membuat Xander langsung berlari menuju kamarnya.

"Dia benar-benar menggemaskan, Cath," ujar Selena dengan tersenyum.

"Ya, tetapi terkadang aku menganggapnya sebagai bocah ajaib yang berbeda dari anak-anak seumurannya," ucap Caithlin dengan melihat Xander yang berlari menjauh.

***

Perjalanan Caithlin-Marcell berakhir sampai disini.

Tetapi kalian bisa membaca cerita Xander juga di work aku tentunya.

Kalian bisa cek sekarang juga oke? Terima kasih sudah menemaniku hingga menyelesaikan cerita pertamaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian bisa cek sekarang juga oke? Terima kasih sudah menemaniku hingga menyelesaikan cerita pertamaku.

See you ^_^

The Great Queen [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang