• 31 •

20.7K 1.4K 51
                                        

Aku publishnya bertahap yaa!! YANG UDAH BACA SEBELUMNYA, JANGAN SPOILER!!!😤

Yang baca cerita ini wajib follow ig:
@wattpadjuuu_
@julia.artka

Happy Reading!!!

Sekarang Ayara sedang duduk termenung di kasurnya, pandangannya kosong dan terlihat rapuh. Tangannya tergerak memegang kaos Lingga yang belum ia lepas dari kepalanya. Dengan hati-hati Ayara melepas kaos itu, lalu meletakkan di pangkuannya.

Kaos itu penuh noda darah yang berasal dari kepalanya. Ia menoleh kebelakang, melihat ke kasurnya. Terdapat beberapa noda darah yang baru saja menetes dari kepalanya. Ia kembali menatap kaos Lingga, menatapnya dengan senyum yang menyiratkan beribu luka.

Hatinya sakit, luka di kepalanya di sebabkan oleh Bundanya sendiri. Ingin sekali ia menyerah, tapi ia masih ingin berjuang untuk mendapatkan senyum bundanya, kenapa susah sekali?

Kepalanya kembali terasa pusing, dadanya sesak, lagi-lagi ia merasakan sesuatu yang menetes dari hidungnya.

Ayara menyeka darah segar itu, lalu memejamkan matanya menahan sakit yang makin menjadi. Napasnya mulai tidak teratur, dadanya terasa seperti di hantam batu yang begitu besar. Ditambah lagi darah yang berasal dari kepalanya yang juga belum berhenti menetes.

"Sakit banget."

Ayara berjalan tertatih menuju laci meja, tempat dimana ia menyimpan obat yang menemaninya akhir-akhir ini. Ia mengambil beberapa butir obat dan langsung menelannya tanpa air.

Ayara memandang botol obat itu sendu, ia terus saja menatap hingga suara pintu terbuka mengejutkan dirinya, dengan cepat ia menyembunyikan botol obat itu ke laci.

Ayara memutar badannya saat merasa di panggil. Ia bisa melihat Lingga berjalan cepat ke arahnya dengan raut wajah khawatir. Untung saja napasnya sudah kembali teratur, tapi tetap saja kepalanya masih terasa pedih akibat luka benturan itu.

"Kita ke rumah sakit ya?" bujuk Lingga kembali.

Ayara menggeleng "Nggak mau, aku mau tidur aja."

Lingga menatap Ayara sendu "Aya." lirihnya membujuk.

Ayara berusaha tersenyum "Ayo, temenin aku tidur. Aku mau di peluk sama kakak." tutur Ayara menarik tangan Lingga berjalan menuju kasur.

Lingga memberhentikan langkahnya membuat Ayara juga ikut berhenti. Ayara menoleh ke belakang "Kenapa ih, ayo temenin Aya tidur."

"Kepala kamu bersihin dulu."

"Nggak mau, biarin aja." Ayara tersenyum miris "Udah ah ayo."

Lingga menghela napas pelan, terpaksa menuruti keinginan adik kecilnya ini. Lingga bisa melihat kerapuhan Ayara, adik kecilnya ini lebih rapuh daripada dirinya.

Lingga membaringkan dirinya di kasur, disusul Ayara yang langsung memeluk Lingga yang di balas Lingga. Lingga menatap kasihan Ayara, bahkan masih ada noda darah di rambut gadis itu, bau amis juga tercium ke indra penciuman Lingga.

"Sayang kakak."

"Sayang Aya juga."

Suara dengkuran terdengar membuat Lingga yakin kalau Ayara sudah menjelajahi alam mimpinya. Ia mengeratkan pelukannya pada Ayara, dan segera menyusul Ayara ke alam mimpi.

••Ayara••

Ayara berjalan pelan di koridor, sesekali ia mencium rambutnya. ia tidak sempat keramas pagi ini, ia takut bau amis dari luka itu tercium oleh orang-orang di sekitarnya.
Tapi dia sedikit tenang, karena darah itu sudah berhenti mengalir, tapi mukanya kelihatan pucat sekarang. Ia bisa mengingat keadaan sprei saat ia bangun tadi, banyak bekas darah di bantal yang ia kenakan.

Ayara memasuki kelasnya, sudah ada beberapa temannya di sana. Ia menghela napas lelah, mendudukkan dirinya di kursinya. Ia menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya.

Ayara hampir saja tertidur kalau ia tidak merasa ada tangan yang mengelus rambutnya, ia sedikit meringis saat elusan itu tidak sengaja menyentuh lukanya. Ayara mengangkat wajahnya, menatap seseorang yang sedari tadi mengelus rambutnya.

"Pergi sama siapa? kok aku jemput nggak ada di rumah?" tanya Arkan menatap gadis mungil di sampingnya, elusan di rambut gadis itu sudah berhenti membuat Ayara sangat bersyukur.

Ayara berusaha tersenyum "Tadi aku berangkat sama Kak Lingga, aku lupa ngabarin kamu. Maaf yaa."

Arkan mengangguk pelan "Kamu ngecium bau amis nggak? kayak bau darah gitu?"

Pertanyaan Arkan membuat Ayara gelagapan setengah mati. "Nggak ada, nggak ada bau apa-apa perasaan," jawab Ayara di ikuti gelengan kepalanya.

"Iya, kayaknya hidung aku bermasalah."

Ayara hanya mengangguk saja "Iya kali."

"Udah bel, aku ke kelas dulu ya," pamit Arkan namun masih belum beranjak dari kursinya.

"Iyaa, hati-hati entar di pelet ama nenek lampir," jawab Ayara cengengesan.

Arkan terkekeh geli, "Iya sayang."

Ayara melambaikan tangannya ke Arkan. Tepat saat punggung Arkan hilang dari pandangannya ia kembali merasakan pusing yang luar biasa. Ia mengeluarkan obat secara diam-diam dan menelannya pelan agar tidak ada satu orangpun yang tau tentang obat itu.

Di tengah pelajaran yang sedang berlangsung, Ayara merasa ingin membuang air kecil. Ayara menghela napas, ia terpaksa keluar kelas sekarang.

"Bu," panggil Ayara saat sudah sampai di depan meja guru.

Bu Fita menoleh "Iya, nak? kenapa?"

"Permisi ke toilet ya bu, nggak tahan bu."

Bu Fita menurunkan kacamatanya, menatap Ayara penuh selidik "Beneran?"

Ayara mendengus kesal "Iya bu, astaghfirullah."

"Oh, yaudah."

"Yaudah apa, bu?"

"Katanya mau ke toilet, kan?"

Ayara mengangguk.

"Yaudah pergi sana, ribet amat dah."

"Anj- yaudah bu, saya permisi," pamit Ayara kesal lalu berjalan menuju toilet.

Setelah membuang air kecil, Ayara menatap dirinya sendiri di pantulan cermin. Ia bisa melihat bibirnya agak sedikit pucat, untung saja tidak ada yang menyadari itu.

Ayara terkejut saat mendengar pintu toilet di gebrak dengan kuat. Ia menoleh untuk melihat siapa yang menggebrak pintu itu.

"Eh lo-!!."

••AYARA••

Haii

Baru up nih wkwk.

Jangan bosan-bosan yak sama nih cerita.

Maaf banget kalo masih banyak salah kata, masih belajar ini.

Jangan lupa vote & ramein comment yakk🤗.

Bubayyy.

Rabu, 28 April 2021.

AYARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang