• 01 •

104K 4.4K 1K
                                    

Haii makasih udah mampir, semoga betah yaa!!

Akhirnyaa, bisa dipublish lagiii😍 Ada yg aku ganti yaa. Marganya, nama gengnya, aku ganti 😻🙏

Jalur mana nih?

Sosmed apa??

Panggil aku Jujul😻💗

Awal-awal memang rada nggak jelas, tapi makin ke bawah makin seru kok haha.

Aku publishnya bertahap yaa!! YANG UDAH BACA SEBELUMNYA, JANGAN SPOILER!!!😤

Yang baca cerita ini wajib follow ig:
@taraharsaa_

Happy Reading!!!

Seorang gadis terduduk di lantai kamar yang dingin. Ia menyandarkan dirinya di dinding yang dingin itu, memeluk lututnya dan menangis sejadi-jadinya.

Tatapannya begitu kosong dan hampa, disertai dengan air mata yang tak kunjung berhenti mengalir.

Ia memejamkan mata untuk menikmati kesendiriannya ini, mencoba menikmati hidupnya yang kacau walaupun keadaan selalu saja menghempaskannya ke jurang yang dalam.

Cuaca malam ini juga seperti mendukung suasana hatinya. Hujan seperti ikut menangis melihat kepahitan perjalanan hidup gadis ini.

Matanya beralih menatap remukan kertas yang berada tak jauh dari tempatnya duduk, lalu kemudian memejamkan kembali matanya dengan isak tangis yang bertambah kuat. Sakit, ia lelah dengan semua ini, entah kapan segala penderitaannya ini akan berakhir.

Mencoba menahan isakannya walau ia tau itu sulit. Mencoba tertawa di dalam tangisnya.

Gadis itu tersenyum miris seraya memejamkan matanya. "Kapan ya gue bisa bahagia?" Entah kepada siapa ia bertanya.

Sekarang hanya kesedihan yang menjadi temannya, selanjutnya entah siapa lagi yang mau menjadi temannya.

*****

Sinar mentari datang melalui celah jendela kamar gadis ini, gadis yang selalu menutupi kesedihannya.

"Enghh," erang gadis itu. Gadis itu terbangun dan merenung sebentar seraya menunggu kesadarannya benar-benar kembali.

Hari ini adalah hari dimana ia resmi menjadi murid di SMA Areskandra, setelah mendapat tawaran beasiswa dari sekolah lamanya. Ia berjalan kekamar mandi untuk mempersiapkan diri. Setidaknya hari ini ia harus rapi dan memberikan kesan baik kepada orang-orang sekolah. Walaupun rasanya mustahil, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba bukan.

"Selamat pagi, bunda," sapa gadis itu riang. Yang disapa hanya melirik lalu kembali fokus pada kegiatan yang sedang ia lakukan.

Gadis itu hanya menghela napas panjang seraya tersenyum paksa. Dari dulu ia tak pernah absen untuk membuat Bundanya senang, tetapi bukannya senang Bundanya malah mencaci makinya bahkan tega menyakiti fisiknya.

"Bunda, Aya pergi dulu ya, Assalamualaikum."

Dan ya kembali tidak ada sahutan. Wanita paruh baya itu bahkan tak peduli dengan putrinya, entah kesalahan apa yang di lakukan Ayara sehingga ia bertingkah seperti itu pada gadis itu.

*****

Ayara berjalan di lorong koridor sambil menundukkan kepalanya, ia sedang berjalan menuju ruang kelasnya 10 IPA 2. Cewek itu baru saja keluar dari ruang kepala sekolah, setelah menanyakan tentang kelasnya.

"Ehh denger-denger dia anak beasiswa lho."

"Seriusan lo??!"

"Iyaa serius ngapain juga gue bohong."

"Cuihh, dasar miskin."

"Bakalan jadi sasaran Arkan nih."

"Nggak sabar gue liat pertunjukan."

Ayara menghela napas panjang sambil menenangkan hatinya yang mulai dipenuhi dengan rasa khawatir.

"Aya, lo pasti bisa. Nggak perlu takut mereka juga makan nasi, kok," yakinnya.

Suasana kelas pagi ini masih bisa di bilang sepi, hanya ada beberapa orang disini.

Sekarang ia duduk di pojok belakang, bisa di bilang tempat ternyamannya untuk belajar. Untuk menghilangkan kegabutannya itu, ia memilih membaca novel saja. Tapi kegiatan membaca itu terhenti saat cewek itu melihat sebuah tangan yang diulurkan padanya, ia mendongak untuk mengetahui pemilik tangan tersebut.

"Hai, gue Adeeva Khanza Cyra. Lo mau gak temenan sama gue, itung-itung nambah temen baru," ujar pemilik tangan tersebut seraya menyengir.

"Oh hai, mau kok tapi lo beneran mau temenan sama gue, gue miskin dan mungkin bisa aja gue jadi bahan bully-an. Gue takut lo dibully juga," jawab gadis itu sambil membalas uluran tangan Deeva.

"Mau kok gue. Udah enggak apa-apa, santai aja," jawab Deeva seraya duduk di sebelah gadis itu, "Btw, nama lo siapa?" tanya Deeva sekali lagi.

"Nama gue Ayara Nevalda, biasa di panggil Ara. Manggil Aya juga boleh." Ayara menjawab sambil tersenyum manis.

"Kalau gue Zoya Anindya Jovanka." sahut Zoya dengan senyum manisnya.

Ayara hanya membalas dengan senyuman dan anggukan kepala. Pembicaraan mereka harus terhenti saat seorang guru masuk ke kelas.

"Pagi anak-anak," sapa Ibu Ani yang merupakan wali kelas mereka dengan senyuman hangatnya.

"Pagi juga ibu!"

"Ehh ada murid baru, ya. Sini ke depan nak. Perkenalkan diri kamu," suruh Bu Ani saat matanya tak sengaja menatap Ayara yang sangat asing baginya.

Ayara maju dengan langkah cerianya seraya tersenyum manis.

"Hai kalian, kenalin gue Ayara Nevalda. Biasa di panggil Ara, kalau mau panggil Aya juga boleh. Biar lebih uwu gitu hehe," ujar Ayara dengan semangatnya, tak lupa dengan cengiran khasnya.

Semua orang yang berada di kelas hanya geleng-geleng kepala seraya menahan tawa melihat tingkah Ayara.

"Kenalin saya Ibu Ani, saya mengajar pelajaran fisika. Oh ya saya juga wali kelas disini."

Ayara hanya mangut-mangut paham. "Siap ibu Ani terhormat," ucap Ayara seraya membungkukkan badan seolah-olah di depannya adalah ratu kerajaan.

••Ayara••

Maaf kalau misalnya masih banyak terdapat typo😊🙌.

Jangan lupa comment & vote yaa.

Penuhin commentnyansampe 1K, baru aku up mwhhehe, dikit kok itu😙.

AYARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang