Haii.
Langsung gas!!
Happy Reading!!!
"Apaan nih? Lepasin!!"
Arkan berteriak keras saat beberapa perawat Rumah Sakit Jiwa memegang erat kedua tangannya.
"Pa!! Ini apaan!! Arkan nggak gila yaa!!" pekiknya marah.
Sebisa mungkin melepaskan diri. "Lepas anjing!!! Ayaaa!! Tolongin aku!! Masa aku di bilang gilaa sih!!"
"Papa!"
Arkan memejamkan matanya, menangis lagi. Nyeri semakin menyeruak ke dalam relung hatinya. "Paa, Arkan nggak gilaa!! Arkan cuma suruh Aya keluar, diakan udah ketahuan!!"
Nisa menangis, menatap Arkan prihatin.
"Mama, bilangin Ayaa!!"
Marvel menggelengkan kepalanya. "Kok bisa gitu," ucapnya gelisah. Dia tidak menyangka Arkan akan seperti ini.
"Aku bisa liat, mas! Cinta Arkan buat Aya itu besar banget...."
Christy menangis melihat Arkan, hatinya sakit. Arkan sudah seperti anaknya sendiri.
"Tapi mereka nggak bisa bersatu," lirih Marvel mengusap punggung istrinya.
"Papa!!! Ayaaa, tolongin aku, Ay!! Aku nggak gilaa."
Arkan ditarik ke mobil. Karena terus memberontak, Arkan disuntik obat penenang. Arkan tenang dan tertidur dengan mata sembap.
"Van, Arkan." Deeva terisak melihat Arkan. Ia berjongkok, menutup mukanya dan menangis keras. Dia kehilangan Ayara.
Revan tersenyum tipis. Jujur saja ia ingin menangis, semuanya jadi rumit. Ini di luar pikirannya. Revan merengkuh tubuh Deeva, mengusap rambut cewek yang terisak kuat itu.
"Gue ... gue," racau Deeva.
Revan menarik tangan Deeva, menghapus air matanya. "Hust, sudah ya."
Zoya menghapus air matanya, berjalan mendekat ke gundukan tanah yang sedikit berantakan itu.
Dengan telaten, Zoya merapikan bunga-bunga yang sempat berserakan. Air matanya mengalir lagi, isakan kecil lolos begitu saja dari bibirnya.
"Ay, lo liat? Arkan, dia kehilangan lo, Ay," isaknya, masih merapikan bunga-bunga.
Zoya membekap mulutnya, ia tidak ingin terisak kuat. Namun tidak bisa, ia tidak bisa menahannya.
"Ayaa!! Lo tega banget."
"Lo tau? Gue kangen anjir!"
"Bisa nggak sih lo balik!"
Zoya terduduk, memeluk nisan itu. Air matanya mengenai nisan itu, isakannya terdengar nyaring.
"Gue kangen, balik Aya," paraunya mengusap nisan. Matanya sangat sembap, dadanya sakit. Rasanya sangat susah untuk bernapas, seperti tidak ada ruang untuk angin.
"Gue kangen suara lo, Ay! Balik...."
"Ayo! Kita sekolah bareng-bareng lagi! Bertiga, Ay!"
Zoya memukul tanah pelan, melampiaskan rasa sakitnya. "Lo nggak asik! Masa gue ditinggal sama Deeva!!"
"Deeva ngeselin, gue nggak sukaa. Balik Ay."
Ayara pergi, meninggalkannya.
"Arkan butuh lo, Ay!"
Zoya menangis, kepalanya terasa pusing. Ini berat! Ia memejamkan matanya, keningnya berkerut. Sekelilingnya menggelap begitu saja, dan tubuhnya terbaring tak bertenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYARA
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU BARU BACA] Cerita ini terdapat adegan kekerasan, kata-kata kasar yang sewajarnya. Belum sempat revisi, jadi maaf jika kalian tidak nyaman saat membaca. ________________________ Tentang Ayara Nevalda, si gadis penyakitan yang mampu menda...
