Hai.
Ada yang nungguin?
Happy Reading!!!
Arkan sedang termenung di kelas, sesekali memandang Altezza dan Adrian yang sampai saat ini masih diam tak mau berbicara kepadanya.
Ia menghembuskan napas pelan, memikirkan bagaimana cara mengambil hati sahabatnya itu. Arkan terkekeh pelan, bahkan ia tidak tau mereka masih menganggapnya sahabat atau tidak.
Merasakan elusan dipundaknya, Arkan menolehkan kepalanya menghadap Revan.
"Sabar."
Arkan mengangguk, sebelum akhirnya kembali termenung. Ayara kembali berkeliling dipikirannya. Hanya Ayara, Ayara dan Ayara.
"Gue bakalan bantu, kok. Gue juga pusing kalian saling diam gini."
Suara Revan membawa Arkan kembali ke alam sadarnya. Arkan terkekeh pelan. "Lagian juga ini salah gue."
"Lo masih mau berjuang buat dapetin Ayara?"
Arkan mengangguk mantap. "Iya, gue pengen dapetin dia lagi. Kalo pun nggak dapet, setidaknya gue mau hubungan kami baik-baik aja. Nggak mungkin gue biarin hubungan gue sama keluarganya memburuk gitu aja."
Revan tersenyum manis. "Ini yang gue suka dari lo. Semangat ya. Gue bakal selalu dukung lo, selagi yang lo lakuin itu bener."
"Makasih."
"Apa gue deketin Aya dulu gitu, ya? baru gue deketin lagi keluarganya?"
Pertanyaan Arkan membuat Revan mengerutkan keningnya. "Kalo itu yang lo mau, kenapa nggak?"
Arkan termenung sesaat, lalu mengangguk. "Gue bakal pake jalan yang itu, thanks."
Revan mengangguk, lalu kembali fokus pada pembelajaran. Cowok itu tidak pernah meninggalkan pelajarannya. Walaupun begitu belajar adalah prioritasnya.
Bel istirahat berbunyi membuat guru yang sedang mengajar menghela napas berat. Ia keluar dari kelas saat sudah berpamitan dengan siswa kelas itu.
Tujuan Arkan sekarang adalah kelas Ayara, masa bodoh ada Zidan di sana. Ia berjalan pelan, sesekali bersenandung kecil dengan senyum tipis yang bertengger di bibirnya. Ia sudah bertekad tidak akan melepaskan Ayara begitu saja.
Dari pintu ia bisa melihat cewek itu sedang termenung. Entah apa yang dipikirkannya.
Kelas ini sudah lumayan sepi, tumben sekali cewek itu tidak ke kantin."Aya," panggilnya pelan, berjalan mendekati cewek itu.
Ayara menoleh, namun enggan untuk menjawab panggilan itu.Ia kembali memusatkan perhatiannya pada papan tulis. Zidan sedang berada di kantin bersama sahabatnya. Tadinya Zidan mengajaknya, tetapi ia menolak dengan alasan tidak lapar.
Arkan mendudukkan dirinya di kursi yang terdapat di samping Ayara. "Ay."
Ayara hanya berdeham, sedikit menjauhkan dirinya dari Arkan.
"Maaf."
Perlahan sepasang mata coklat terang itu menatap Arkan. "Kenapa?"
"Maaf udah kasar sama kamu." Arkan menundukkan kepalanya, ia benar-benar merasa bersalah.
"Nggak apa-apa."
"Ay, nadanya kok kayak nggak ikhlas, sih."
Ayara menghembuskan napas panjang. "Udah syukur gue maafin."
"Iya-iya. Kantin, yuk."
"Males. Gue maafin lo, bukan berarti gue lupain semuanya," ucap cewek itu seraya tersenyum masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYARA
Teen Fiction[FOLLOW DULU BARU BACA] Cerita ini terdapat adegan kekerasan, kata-kata kasar yang sewajarnya. Belum sempat revisi, jadi maaf jika kalian tidak nyaman saat membaca. ________________________ Tentang Ayara Nevalda, si gadis penyakitan yang mampu menda...