• 65 •

18.5K 1.3K 82
                                    

Haii, ada yang nunggu AYARA up?

Aku cuma minta 150 comment, bisa?

Langsung aja yaa!!

Happy Reading!!!

Terhitung sudah dua bulan sejak kecelakaan malam itu, kecelakaan yang merenggut penglihatan Arkan.

Ayara hanya berharap, Alvin dapat menemukan pendonor secepat mungkin.

Selama itu pula, Ayara selalu menyempatkan waktu untuk ke rumah Arkan. Mengurus cowok itu, seolah-olah Arkan adalah suaminya.

Seperti sekarang, Ayara sedang duduk di kasur bersama Arkan. Dengan sepiring Nasi di tangannya. Menyuapkan Arkan secara perlahan.

"Yey, habis," girang Ayara seperti biasa, tak lupa mencium pipi Arkan.

Sudah menjadi kebiasaannya dalam dua bulan ini.

"Kenyang? atau masih mau nambah?"

Arkan menggeleng cepat. "Nggak ah, udah kenyang ini."

Ayara terkekeh pelan. "Yaudah, istirahat sebentar. Terus nanti ganti baju, ya. Kita mau ke rumah sakit, kamu harus kontrol," ujar Ayara.

Arkan mengangguk, merebahkan kepalanya di pangkuan Ayara. "Aku nggak tau, harus terima kasih kayak gimana lagi sama kamu, Ay."

"Kenapa nggak tau? Dan kenapa harus terima kasih?"

"Kamu yang ngerawat aku, Ay. Padahal aku cacat, tapi kamu nggak ninggalin aku," ucap Arkan, menghadapkan wajahnya ke perut Ayara.

Tangan Ayara terulur untuk mengusap rambut Arkan pelan.

"Gimana aku mau ninggalin kamu kalo cinta aku udah sepenuhnya buat kamu? Yang perlu kamu tau, cinta aku nggak main-main. Jangan ngeraguin lagi kayak kemarin aku nggak suka," terang Ayara, tersenyum tipis.

"Dan satu lagi ... Kamu sempurna Arkan, jangan bilang kamu cacat. Nggak ada manusia yang cacat, adanya manusia istimewa," lanjutnya lagi.

"Maaf," cicit Arkan, memeluk pinggang Ayara erat.

"Why?"

"Maaf udah ngeraguin kamu."

Ayara terkekeh kecil. "Nggak apa-apa, aku tau perasaan kamu waktu itu. Pasti kamu mikirnya yang aneh-aneh."

Arkan tersenyum kecil. Pemikiran Ayara lebih dewasa daripada dirinya. Ia benar-benar mencintai Ayara.

"Udah, yuk. Cepet bangun, kita janji sama Dokternya jam 10.00," titah Ayara yang dituruti Arkan.

Kini Arkan sudah siap dengan penampilannya, cowok itu sedang duduk di sofa ruang tamu sekarang. Ayara memperbaiki tatanan rambut Arkan yang menurutnya kurang pas.

"Udah ganteng," puji Ayara, lagi-lagi mengecup kening Arkan.

Arkan terkekeh geli. "Suka banget kayaknya cium pipi sama kening aku, kenapa?"

"Nggak tau, suka aja gitu."

"Kita pergi berdua aja?" tanya Arkan.

"Iya, Mama kamu lagi nggak bisa ikut."

Arkan mengangguk, membiarkan Ayara menuntunnya ke mobil cewek itu. Kali ini Ayara yang akan menyetir. Tenang saja, Ayara sudah cukup ahli dalam menyetir mobil.

Ayara membawa mobil dengan kecepatan sedang, ia sangat berhati-hati sekarang. Takut kejadian itu terulang lagi.

"Ay."

AYARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang