54. KEJADIAN SEBENARNYA

1.7K 72 38
                                    

Tarik napas dulu, mari ketahui kebenaran bersama-sama^^

Happy reading♥

****

Wanita itu nampak gelisah, tatapannya tak fokus pada lawan bicaranya saat ini. Setelah mempersilakan Rain dan Awan duduk, ia tidak berkata apapun.

Sementara Rain semakin yakin ada yang tidak beres ketika melihat gelagat aneh Hana. Rain duga pasti ada sesuatu yang tidak dirinya ketahui. Hal ini harus Rain selesaikan sekarang juga. Ia tidak mau menjadi orang yang tidak tahu apa-apa tentang orang-orang yang berada di sekelilingnya.

"Tante? Kalau Rain boleh tahu ... apa alasan Tasha tiba-tiba pindah dan memutuskan kontak dengan Rain?" tanya Rain hati-hati pada Hana.

Pertanyaan itu hanya mengambang di udara. Rain menunggu Hana untuk membuka suara. Selama tiga menit wanita itu bungkam bahkan tidak berani menatap Rain. Hana tidak berniat seperti ini tapi dia hanya tidak sanggup untuk bersinggung tatap dengan sahabat putrinya tersebut.

Rain menoleh pada Awan. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Awan untuk membisikkan sesuatu. "Aku merasa ada sesuatu yang ditutupi Tante Hana tapi apa? Kenapa Tante Hana diam aja dari tadi?"

Awan hanya menggeleng. Awan tidak tahu harus berkata apa. Di sini ia hanya menemani Rain selebihnya ia tidak akan ikut campur. Biarlah Rain mencari tahu suatu hal yang ingin dirinya ketahui.

"Tante ... kalau ada hal yang Rain nggak tahu tentang Tasha tolong kasih tahu Rain. Tasha itu udah Rain anggap seperti saudara Rain sendiri. Dia satu-satunya orang yang dari dulu selalu percaya dan mendukung Rain saat dalam keadaan sulit." Rain menarik napasnya dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan. Melihat raut wajah Hana membuat Rain ingin menangis meskipun ia tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Kalaupun Tasha beneran keluar negeri, kenapa dia nggak ngabarin Rain sama sekali? Apa yang terjadi di sana? Rain mohon sama Tante tolong jawab pertanyaan Rain. Tolong kasih tahu apa yang sebenarnya terjadi?"

Setelah cukup lama Hana terdiam akhirnya ia mau menatap Rain dan dari tatapan itulah Rain menemukan kesedihan, luka, dan sakit yang tidak dapat orang lain lihat tapi dapat dirinya rasakan. Rain berpindah duduk ke samping Hana kemudian mengusap punggung tangan wanita ibu dua anak itu.

"Tasha baik-baik aja, kan, Tante? Kok Tante sedih gitu pas Rain tanya soal Tasha?"

Hana menggeleng. Air matanya luruh. Ia terisak. Ia tidak kuat untuk menahan tangisnya. "T-tasha ... pergi jauh."

Rain belum paham apa yang dimaksud oleh Hana. Pergi jauh? Kata yang sama sekali tidak asing dan membuat Rain takut.

"P-pergi jauh? Ke luar negeri, kan? Tasha ke luar negeri sama Kakaknya, kan, Tante?"

"Bukan," lirih Hana. "Tasha nggak keluar negeri," lanjutnya.

Deg!

Jantung Rain berpacu lebih kencang. Kenyataan apa ini? Jika Tasha tidak keluar negeri lantas ke mana gadis itu sekarang dan kenapa  dia tidak mengabari Rain sama sekali? Lalu kenapa Hana terlihat kacau tak seperti biasanya yang selalu memasang senyum ramahnya setiap kali Rain berkunjung ke sini?

Rain menatap Awan sejenak, cowok itu juga balas menatapnya. Seketika Rain punya satu asumsi yang jika asumsi itu benar maka ia akan benar-benar menyesali hidupnya sendiri.

Rain memegang kedua tangan Hana kemudian menatap wanita itu dalam. "Tante bilang sama Rain ... a-apa Tasha orang yang udah donorin mata ini buat Rain?" tanyanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Tante tolong jawab dengan jujur," lirih Rain yang kini air matanya sudah menetes.

Tidak ingin melihat gadis remaja di sampingnya menangis, Hana pun memeluk Rain erat. Ia memeluk Rain tanpa berkata apapun. Beberapa saat kemudian barulah ia membuka suaranya lagi.

Brittle [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang