48. RAIN!

869 66 0
                                        

HAPPY READING♥

Di depan gerbang sekolah, Rain celingak-celinguk sambil terus berdecak sebal. Ia sedang menunggu Tasha yang katanya hari ini ingin ikut menjenguk Ethan. Gadis itu memang menyusahkan sekali. Ditunggu hampir lima menit, tetapi tidak muncul-muncul sampai sekarang. Izinnya ke toilet sebentar, tidak tahunya lama sekali. Rain jadi menyesal menunggu Tasha di sini.

Tahu gadis itu akan lebih lama berurusan dengan toilet lebih baik tadi ia ikut saja ke sana. Dari pada seorang diri seperti orang hilang kaya gini!

Lagi, Rain berdecak. Untung saja hari ini ia dapat menghindari Awan. Entahlah Rain masih malas untuk melihat wajah cowok itu. Kalau ditanya marah, mungkin begitu. Namun, tak bisa dipungkiri ia juga merindukannya.

Rain membuang napasnya kasar. Ayolah Rain ngapain, sih mikirin Awan mulu! batinnya.

Kemudian Rain mengalihkan pandangannya menatap jalanan di depan, tepat detik itu pula matanya terbelalak. Dengan jelas ia dapat melihat sebuah mobil melaju dengan kencangnya sementara di tengah jalan itu Davira sedang menyebrang. Dalam pikir Rain, Davira buta apa bagaimana?!

Sepertinya Davira menyebrang sambil melamun hingga tidak sadar dengan keadaan sekelilingnya. Mobil itu juga entah kenapa melajunya sangat kencang.

Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan. Seburuk-buruknya Davira, dia juga salah satu orang yang Rain anggap sebagai teman.

Dengan langkah secepat mungkin Rain menyusul Davira.

"Davira awas!"

Setelah sampai di belakang gadis itu, Rain mendorong Davira hingga gadis itu jatuh ke tepi jalan. Namun, nasib baik tidak berpihak pada Rain. Ia tidak bisa menghindar dari mobil yang melaju dengan kecepatan penuh itu.

Di sisi lain Davira terkejut bukan main. Sejak tadi ia melangkah dengan pikiran kosong. Ia tidak melihat ke sekeliling. Ia hanya asal menyebrang. Saat ini ia seperti orang linglung yang berusaha memahami keadaan, kemudian ia  semakin dibuat terkejut tepat ketika sebuah mobil yang melaju kencang menghantam tubuh ringkih Rain.

"RAIN!" teriak Davira kencang.

Davira menutup mulutnya tak percaya. Rain telah menyelamatkannya dari kecelakaan. Air matanya mulai berjatuhan.

Keadaan Rain bisa terbilang parah. Darah berceceran di mana-mana. Gadis itu melambung cukup tinggi kemudian terjatuh dikerasnya aspal. Davira sudah tidak bisa mendefinisikan lagi bagaimana sakitnya.

Sekarang untuk bangkit dan mendekat pada Rain kenapa rasanya susah sekali? Ketika kerumunan orang-orang itu mulai mendekati Rain saat itu pula Davira juga hilang kesadaran. Semuanya mulai menggelap. Seharusnya ia yang mengalami kecelakaan itu, tapi ... seorang malaikat penolong menyelamatkannya. Lalu semuanya benar-benar gelap.

✥✾✥

Napas Awan memburu. Ia melangkah mengikuti para suster yang membawa Rain menggunakan brankar dorong menuju UGD. Awan menatap sendu pada wajah Rain yang saat ini terpejam dengan kening berlumuran darah.

Jika bisa, ingin sekali Awan menggantikan posisi Rain saat ini. Rasanya jauh lebih sakit saat melihat seseorang yang kita sayang terbaring lemah dengan mata yang tertutup rapat.

Sesampainya di depan ruang UGD, suster melarang Awan masuk. Ia hanya bisa menunggu di luar. Awan mengusap kasar wajahnya. Air matanya membendung dipelupuk mata. Dalam hati ia terus merapalkan doa-doa agar gadisnya baik-baik saja.

Awan merasa gagal melindungi Rain. Kenapa tidak ia saja yang mengalami kecelakaan itu? Kenapa harus Rain? Awan tidak sanggup melihat wajah cantik itu terus terpejam rapat.

Brittle [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang