4. TERIMAKASIH

1.8K 306 174
                                    

HAPPY READING♥

Suara bel pulang SMA Garuda telah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Semua siswa-siswi telah berhamburan keluar dari area sekolah untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Hanya tersisa beberapa anak yang mendapat jadwal piket kelas ataupun yang masih mempunyai urusan lain, seperti Rain misalnya.

Setelah tadi seharian di sekolah hanya menghabiskan waktunya di UKS, gadis yang mahir dalam pelajaran bahasa inggris itu kini sudah merasa tubuhnya lebih baik meskipun kepalanya masih sedikit pusing.

Tasha hari ini tidak bisa menemani Rain pulang karena mendadak dapat kabar duka dari salah satu kerabatnya. Hal itu membuatnya harus cepat-cepat pulang.

Rain berjalan gontai keluar dari UKS, berusaha membawa beban berat tubuhnya dan tas ransel yang ia gendong. Sebelum Tasha pulang, dia sempat mengantarkan tas milik Rain terlebih dahulu. Rain mengalihkan pandangannya untuk melihat sekitar. Saat ini hanya ada keheningan tidak ada seorang pun di sekelilingnya. Semuanya sudah pulang sedari tadi.

Langkah Rain terhenti saat ia merasakan ada seseorang berjalan di belakangnya. Rasa takut pun tiba-tiba saja menjalar ke seluruh tubuhnya, pikirnya sudah tidak ada lagi orang di gedung sekolah ini. Lantas apa mungkin itu hantu? Aish mana mungkin hantu menampakkan dirinya di sore hari seperti ini?

Rain memberanikan diri untuk menengok ke belakang. Setelahnya ia terkejut saat menatap ke belakang. Bukan terkejut karena melihat sesosok hantu menyeramkan, tetapi terkejut karena melihat sosok laki-laki yang begitu familiar terlihat sedang berjalan santai dengan tatapan datarnya.

Sosok yang dimaksud Rain adalah laki-laki jangkung berkulit putih pucat yang selalu bersikap sedingin es di depan semua orang yang salah satunya dirinya. Ya, sosok itu ialah Awan. Satu-satunya manusia bumi yang pernah membuatnya kesal setengah mati. Namun, juga membuatnya merasa memiliki hutang budi.

Awan terus melangkahkan kaki jenjangnya tak lupa dengan tatapan datarnya. Dia melewati Rain begitu saja tanpa melihatnya sedikitpun.

"Tunggu!" seru Rain.

Langkah kaki Awan seketika terhenti dengan alis yang terangkat sebelah. Namun, Awan tetap tidak menoleh pada suara yang yang mengintruksinya. Datar dan tetap stay cool.

"Awan!" panggil Rain setelah berhasil mensejajarkan dirinya dengan Awan

"Hm," balas Awan malas tanpa menoleh pada sang empu.

Terdengar helaan napas setelahnya.

"I-itu g-gue mau bilang ...." Rain mendadak gugup sendiri. Pandangannya tidak sengaja bertemu dengan manik hitam legam milik Awan.

Sementara Awan memperhatikan gadis yang berdiri di sampingnya dengan kening berkerut dan lagi alisnya yang terangkat sebelah. Awan bingung dengan gadis itu.

Rain berusaha menetralkan dirinya dan melupakan semua kekesalannya pada Awan tempo hari.

"G-gue mau bilang makasih sama lo karena tadi udah bawa gue ke UKS. Kalo nggak ada lo mungkin gue udah ambruk di tengah lapangan terus nggak ada yang nolongin."

Awan tidak mengucapkan apapun, ia hanya mengeluarkan smirk-nya yang membuat Rain heran. Apa yang membuatnya tersenyum seperti itu? Senyum itu bukannya menambah kadar ketampanannya, tetapi malah membuat Rain bergidik ngeri.

Brittle [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang