9. MAMA

1.3K 190 99
                                    

Jangan sia-siakan kasih sayang tulus seorang Ibu, sebab tidak semua orang dapat merasakannya. Sayangilah Ibumu bagaimanapun rupa dan keadaannya.
-RainOktvPradipta-

Seorang gadis bersurai coklat sepunggung berdiri di tengah ramainya orang-orang yang berlalu lalang di Bandara, tak lupa dengan seragam putih abu-abu yang masih dikenakannya.

Dia sedang menunggu seseorang yang sangat dirindukannya. Seseorang itu ialah Sarah Aditomo, Mama Rain yang kata Neneknya hari ini akan pulang ke Indonesia. Namun, ada yang aneh pikir Rain. Mamanya pulang tanpa Ayah tirinya. Rain berusaha berpikir positif, ia mengusir pikiran-pikiran buruk diotak kecilnya.

Lama Rain menunggu, sampai pesawat yang ditumpangi Sarah akhirnya mendarat di Bandara tersebut.

Ketika Rain menatap banyaknya orang yang berlalu lalang saat itulah pandangannya menemukan Sarah yang sedang memegang koper ditangan kirinya. Dengan langkah tergesa, gadis SMA itu segera memeluk seseorang yang telah lama dirindukannya. Lama Rain memeluk Sarah namun wanita itu tidak bergeming sedikitpun bahkan tidak berniat membalas pelukan Rain.

"Mama kenapa pulang nggak ngabarin Rain dulu? Ini aja Rain dikasih tau Nenek tadi malam." Rain berucap sembari tersenyum lembut pada Mamanya. Perlahan ia melepas pelukannya.

"Mama sibuk, cuma bisa ngabarin Nenek kamu," jawab Sarah datar tanpa ekspresi.

Rain memaksakan senyumnya. Memang benar Sarah telah mendapat pengganti Papanya sebagai suami dalam hidupnya. Namun setelah perceraian itu, Rain tidak pernah lagi merasakan yang namanya kasih sayang dari seorang Ibu. Mamanya berubah menjadi sosok yang asing baginya. Ia hanya bisa melihat rupanya namun tidak dapat merasakan kasih sayang darinya.

Dari kecil ia diasuh oleh Neneknya. Pernah sekali dulu saat ia berumur tujuh tahun dengan polosnya bertanya pada Neneknya alasan kenapa Sarah jarang ngobrol atau main dengannya. Tetapi jawaban Neneknya hanya mengatakan jika Mamanya sibuk. Sampai sekarangpun Rain tidak paham apa arti dari sibuk itu. Sesibuk apakah Mamanya hingga tidak ada waktu untuk sekedar mengobrol atau bercanda ria dengannya? Haruskah Rain bertanya langsung pada Mamanya? Ya sepertinya dia harus menanyakannya agar hubungan antara ia dan Sarah tidak renggang seperti ini.

Ia beralih membawa koper yang tadi dipegang Sarah lalu menggandeng Sarah menuju parkiran tempat Pak Dadang menunggu mereka. Sarah hanya mengikuti pergerakan Rain dengan tatapan kosong dan ekspresi sulit ditebak. Perlu diketahui wajah Rain dan Sarah sangat mirip membuat mereka tampak seperti kakak beradik jika sedang keluar rumah sebab wajah Sarah yang seperti tidak menua padahal umurnya sudah mencapai kepala tiga.

Pak Dadang, Supir di rumah Rain melihat kedua majikannya yang mendekat ke arahnya dengan segera dirinya mengambil alih koper yang dibawa Rain lalu memasukannya ke bagasi mobil. Setelahnya Pak Dadang segera menaiki mobil biru dongker itu mengikuti Ibu dan anak yang telah duduk manis di kursi penumpang bagian belakang. Tak butuh waktu lama untuk mobil itu bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan raya. Suasana dalam mobil hening sekali baik Rain, Sarah maupun Pak Dadang semuanya memilih diam dalam posisi masing-masing.

Setelah menghabiskan waktu membelah jalanan ibu kota yang ramai, kini mobil biru dongker itu telah terparkir rapi di garasi Rumah mewah keluarga Rain.

Sarah keluar begitu saja tanpa menghiraukan kehadiran Rain yang mengekori di belakangnya. Sesampainya di ruang tamu, Sarah mencium punggung tangan Jaya dan Rina secara bergantian diikuti Rain.

"Sarah kamu pasti capek, istirahat dulu gih!" pinta Rina pada Sarah.

"Iya, Bu ini juga Sarah mau ke kamar," jawab Sarah kemudian dia melenggang pergi tanpa menoleh pada Rain sedikitpun.

Brittle [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang