Aku tahu berlarut-larut dalam kesedihan itu tidak baik. Namun, aku terlalu rapuh untuk bangkit kembali menjadi sosok palsu yang selalu menyunggingkan senyum ramah pada semua orang.
-RainOktvPradipta-
****
Pandangan gadis itu kosong. Lagi, matanya berkaca-kaca saat melihat sebuah foto yang digenggamnya. Ketika ia berkedip, air matanya luruh begitu saja membasahi pipi. Satu hari berlalu. Semenjak kepergian Kakek dan Neneknya, Rain mengunci dirinya di kamar. Dia juga tidak pernah memberi asupan pada perut ratanya.
Sarah sampai kelimpungan menghadapi Rain. Wanita itu takut putrinya akan jatuh sakit. Sarah ingat betul bahwa Ibunya dulu pernah mengatakan jika Rain mempunyai maag. Tidak seharusnya Rain telat makan. Bahkan dari kemarin Rain tidak menyendok satu pun makanannya.
Sarah menarik napasnya dalam. Ia juga merasa sangat kehilangan. Namun, sekali lagi Sarah berusaha untuk kuat dan tegar di depan Rain.
Keadaan Rain bisa dibilang kacau saat ini. Sarah benar-benar tak tega melihatnya. Ia bergerak masuk ke dalam kamar Rain lalu mengusap surai lembut putrinya.
"Rain di depan ada temen-temen kamu. Kamu temuin mereka ya. Kasian udah jauh-jauh dari sekolah mau ketemu sama kamu," ucap Sarah yang tidak mendapat respon apapun dari Rain.
"Kamu nggak boleh terus menerus seperti ini, Nak. Mama sama Papa sedih kalo lihat kamu kayak gini."
Sarah membalikkan badan Rain agar menghadap padanya. Diusapnya cairan bening yang mengalir dipipi putrinya.
"Sekarang kamu istirahat. Sebentar lagi Mama dateng bawain kamu bubur. Temen-temen kamu nanti Mama suruh ke sini."
Rasanya bibir Rain kelu untuk sekedar mengucapkan satu dua patah kata. Ia hanya bisa berbicara dalam hati lalu mengangguk meng-iyakan ucapan Sarah.
✥✾✥
"Kalian ke atas saja. Tante mohon hibur Rain agar kembali jadi gadis yang ceria seperti dulu lagi. Tante nggak tahu lagi harus bagaimana," ucap Sarah sambil menahan air matanya yang hendak lolos.
"Iya, Tante," balas Tasha yang diangguki oleh Awan, Azka, dan Ardan.
Tadi sepulang sekolah Tasha berniat ke sini seorang diri. Namun, tiga A menghadangnya dan berniat ikut dengannya. Apalagi Awan. Dia satu-satunya orang yang paling ngotot ingin ke sini.
Mereka berempat bergerak menuju lantai atas, di mana kamar Rain berada. Tasha membuka pintu secara perlahan agar tidak menganggu ketenangan Rain. Mereka masuk ke dalam kamar bernuansa doraemon itu. Setelahnya pandangan mereka langsung menangkap sosok rapuh Rain yang sedang menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.
Gadis itu menumpukan tubuhnya pada kepala ranjang dengan selimut yang menutupi sampai ke perutnya. Tasha yang melihat Rain saat ini ikut merasakan kesedihan yang sahabatnya rasakan. Selama ini, Rain selalu terlihat ceria. Jarang sekali Tasha melihat Rain menangis. Akan tetapi, saat ini Tasha benar-benar bisa melihat sosok Rain yang rapuh.
"Rain," panggil Tasha pelan pada Rain, tetapi seperti tadi. Rain tidak meresponnya sama sekali.
Lalu Tasha melangkah pelan. Ia mendudukan dirinya di samping Rain. Diraihnya tangan dingin Rain agar gadis itu menyadari kehadirannya saat ini.
Rain yang merasakan tangannya di sentuh pun tersentak kaget. Kemudian ia melihat Tasha yang sedang menatapnya sedih. Rain baru sadar jika ada Tasha di sini. Segera saja ia memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brittle [Tamat]
Fiksi RemajaRain Oktavia Pradipta, gadis rapuh yang selalu terlihat kuat di depan semua orang. Hal langka baginya jika mendapatkan sebuah kebahagiaan. Hidup dengan topeng yang menutupi semua kesedihannya. Selalu berusaha menjadi gadis ceria di depan semua orang...