Bolehkah aku melihatmu tersenyum bahagia? Bolehkah aku menjadi seseorang pertama yang menghapus air mata itu ketika kamu menangis? Jangan menangis. Aku tak suka melihatmu menangis.
-AwanHaidarPrtma-Dua gadis remaja tengah duduk manis di bangku yang tersedia di depan kelas XI-IPA 1. Salah satu dari gadis itu asyik sendiri dengan dunianya, mengemil. Rain hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Tasha yang sudah tidak dapat dipisahkan dari para snack-nya.
Tasha mengunyah keripik kentangnya dengan khidmat. Dia menatap halaman depan kelasnya yang berada di lantai dua. Ingatannya berputar pada kejadian dimana Awan si cowok es sedang berbincang-bincang dengan Davira. Jiwa tukang gosipnya kini meronta-ronta ingin keluar.
"Rain lo tahu nggak?" tanya Tasha pada gadis di sebelahnya yang sedang sibuk dengan banyaknya tulisan di sebuah novel terjemahan.
Melirik Tasha melalui ekor matanya lalu berkata, "Enggak."
"Awan dan Davira itu ada hubungan apa ya? Kok gue ngelihatnya kayak mereka dekat banget gitu. Jiwa ke-kepoan gue meronta-ronta Rain," ucap Tasha sembari menyuapkan keripik kentangnya lagi.
Berpikir sejenak. "Mungkin sahabat lama."
"Tapi dari tatapan Davira yang ditujukan sama Awan itu kayak lebih dari sahabat," ucap Tasha lagi.
Rain berdecak. "Kepo banget, sih sama urusan orang."
Tasha tertawa. "Kayak lo nggak tahu sahabat lo ini aja. Gue kalo nggak ngegosip hidup gue serasa ada yang kurang."
Menepuk jidatnya pelan. Rain merasa tak habis pikir dengan sahabat satu-satunya itu. Meskipun sebenarnya ia juga penasaran dengan hubungan Awan dan Davira tapi ia lebih memilih diam.
Kalopun mereka punya perasaan saling suka itu juga bukan urusan gue, batin Rain sembari memfokuskan pandangannya kembali dengan jajaran kalimat di novel yang sedari tadi ia baca.
Pada dasarnya manusia terkadang tak bisa memahami perasaannya sendiri. Sama halnya dengan Rain. Mungkin jauh di lubuk hatinya yang terdalam ia mempunyai rasa pada Awan namun ia berusaha acuh dan mengenyahkan perasaan tersebut.
Jatuh cinta lagi dan tersakiti lagi. Entahlah Rain tidak siap dengan hal-hal seperti itu. Ia berpikir sahabat lebih baik daripada hubungan yang istimewa namun berakhir dengan kehancuran. Entah mengapa ia ingin bersahabat dengan Awan. Ia ingin dekat dengan laki-laki itu tapi bukan menjadi sosok yang istimewa. Ia hanya ingin menjadi sosok sahabat yang baik untuknya.
✥✾✥
Davira puas dengan hasil karyanya yang berada dikotak bekal yang ia bawa saat ini. Kaki jenjangnya bergerak melangkah menuju kelas XI-IPS 5, kelas seorang Awan Haidar Pratama. Otaknya sedari tadi berputar-putar mengingat kenangan lamanya bersama laki-laki itu.
Ia berdiri di depan pintu kelas XI-IPS 5. Ia menarik napasnya sejenak lalu mengeluarkannya perlahan. Davira mulai berjalan masuk mendekati seseorang yang ia cari setelah mengucap 'permisi' pada penghuni kelas tersebut.
Setelah sampai di bangku Awan ia tersenyum manis. Tatapannya fokus pada laki-laki yang sedang asyik dengan ponselnya itu membuat sang empu merasa terusik karena diperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brittle [Tamat]
Fiksi RemajaRain Oktavia Pradipta, gadis rapuh yang selalu terlihat kuat di depan semua orang. Hal langka baginya jika mendapatkan sebuah kebahagiaan. Hidup dengan topeng yang menutupi semua kesedihannya. Selalu berusaha menjadi gadis ceria di depan semua orang...