Chapter 44

147 14 2
                                    


Fathur mengetuk pintu rumah Mayza.  Tak lama wanita yang ingin di jumpai nya itu muncul dengan wajah datar. Tak seperti dulu yang selalu di hiasi senyuman kala dirinya datang.

" Ada perlu apa kamu ke sini? " tanya Mayza datar.

Melihat nada bicara serta ekspresi datar Mayza, membuat hati Fathur sakit. Ia bertanya-tanya apakah sesakit itu ucapan dan perbuatannya dahulu pada wanita itu hingga hatinya terasa sakit kala wanita itu kini tak lagi tersenyum padanya.

Fathur mengatur perasaannya, ia harus memastikan bahwa Mayza memang masih memiliki rasa padanya. Walaupun tak menutup kemungkinan bahwa wanita itu telah menghapus nama Fathur dari hatinya.

" Aku kesini cuma ingin memastikan satu hal. Tapi sebelum itu, aku mau meminta maaf atas perlakuan aku ke kamu. Aku yang salah. Aku bahkan sama sekali ngak dengarin penjelasan kamu. Untuk itu aku minta maaf sama kamu atas semua yang sudah aku lakukan."

" Aku udah maafin kamu. Jadi lebih baik kamu pergi dari sini. Aku ngak ada waktu untuk bicara sama kamu karna aku sibuk buat nyiapin pernikahan aku." ucap Mayza masih datar sambil menutup pintu rumahnya.

Belum sempat Mayza menutup sempurna pintu rumahnya, Fathur mencegahnya sambil menatap dirinya lekat.

" Apa kamu harus bertindak sejauh itu May? Apa kamu harus menikahi orang yang ngak kamu cintai?"

" Maaf... Aku ngak ada waktu buat membicarakan itu. "

Mayza kembali menutup pintu rumahnya, namun kembali dicegah Fathur. Tapi kali ini Fathur membanting pintu itu dengan keras hingga tangan Mayza tak bisa meraih pintu itu kembali.

" Apa kamu masih cinta sama aku May? Apa kamu harus menikahi orang lain untuk menghindari aku!" Emosi yang sedari Fathur tahan akhirnya meluap.

Mayza hanya mematung. Matanya mulai berkaca-kaca. Sungguh ini adalah suasana yang tak diinginkannya.

" Aku tau aku salah May dan kamu pantas membenci aku. Tapi bukan berarti kamu harus mengorbankan hati dan masa depan kamu May. Aku mohon beri aku waktu kamu, kita bisa bicarakan ini baik-baik dan mencari jalan keluar lain yang lebih baik dari ini. " Fathur memohon dengan wajah memelas.

" Jalan keluar apa yang kamu maksud lebih baik? Emang ada jalan keluar yang lebih baik dari keputusan yang aku buat? Dan tentang pertanyaan kamu tadi, jawaban aku adalah tidak. Aku udah ngak ada perasaan apa-apa lagi sama kamu. Jadi aku mohon hargai keputusan aku dan kita akhiri semuanya baik-baik." Mayza menjelaskan bahwa kini keputusannya sudah bulat.

" May...--"

" Fathur! Tolong hargai keputusan aku."

Kegelisahan terpancar jelas dari raut wajah Fathur. Ia masih tidak bisa menerima keputusan Mayza begitu saja, apalagi harus merelakan perasaannya pada Mayza.

Fathur menghembuskan napasnya panjang. Ia menatap kebawah, menghentikan diri untuk tak menatap manik mata Mayza karena hal itu hanya akan membuatnya semakin getir.

Tak lagi bicara, Fathur akhirnya berlutut dihadapan Mayza. Hanya ini cara terakhir yang ia pikirkan agar dapat mengubah keputusan Mayza. "May, maafin aku. Aku salah. Aku udah ngak dewasa menghadapi semuanya. Tolong kasih aku satu kesempatan terakhir. Jujur aku ngak bisa relain semuanya seperti ini."

Melihat apa yang dilakukan Fathur hanya membuat hati Mayza semakin tak karuan. Hatinya kalut antara ingin memaafkan atau melupakan. Tapi ia sadar betul posisinya saat ini. Posisinya saat ini tidak memungkinkan ia kembali melihat kebelakang, tetapi harus kedepan.

" Aku ngak tau apa yang kamu pikirkan tentang aku. Tapi coba kamu pikir dan bayangkan posisi aku saat ini. Aku rasa aku sudah memberikan kesempatan kedua untuk kamu. Kamu tau betul perasaan aku ke kamu dari bertahun-tahun lalu. Kamu menghilang, aku sabar nunggu kamu meski saat itu aku ngak tau kepastian kamu sedikitpun. Tapi sekarang ngak bisa lagi Fat.

" Aku akan merasa bodoh dan berdosa jika aku harus kasih kamu kesempatan lagi dan membuat Revan harus menunggu lagi. Jadi aku mohon hargai keputusan aku. Anggap saja kalau kita ngak pernah ketemu apalagi pernah memiliki perasaan yang sama." Mayza melangkah masuk dan menutup pintu rumahnya. Ia tak mau merusak keputusan yang sudah ia buat.

Suara sesungukan terdengar dari mulut Fathur. Tangis yang sedari tadi ia tahan, kini tak dapat dibendung lagi. Usaha terakhirnya terhempas begitu saja. Dan kini ia hanya bisa menerima semuanya, meski ia ingin menolak.

"Aaarrrrggghhhhh...... " Fathur menghempas kepalan tangannya ke lantai, muluapkan segala amarah dan kesedihannya. Kali ini, ia hanya bisa pasrah.

~~~~~~~~~~~~

Davina membuka dus berisi barang-barang lama yang ia simpan. Ia tak ingin membuangnya karena barang-barang itu memiliki makna dan kenangan baginya.

Semua kenangan masa lalunya bersama Revan ia simpan di dus itu. Ternyata, tak hanya Revan, selama ini Davina masih menyimpan kenangan dari masa lalunya itu. Tak pernah ada niatan dalam hatinya untuk membuang semua kenangan itu, meski dulu ia sempat berpaling dari mantan kekasihnya.

Davina menilik isi dalam dus. Ada surat, swafoto dirinya dan Revan, ganci, botol minum, set perhiasan hadiah ulang tahun dari Revan, boneka, kotak musik, mp3 hingga puluhan tiket bioskop yang masih ia simpan rapi.

Ia juga mendapati sebuah desain baju pengantin yang dulu sempat ia buat. Ia membuat desain itu sejak ia masih berhubungan dengan Revan. Ia ingin membuat gaun pengantin untuk pernikahannya kelak dengan Revan. Namun kenyataannya, ia malah membuat gaun pengantin untuk pernikahan Revan dengan wanita lain.

Gemuruh menghampiri hati Davina tanpa diundang. Ia melihat kedua tangannya sendiri. Tangan itulah yang telah menyiapkan gaun untuk orang yang ia cintai dengan wanita lain.

Tangannya gemetar, bersamaan dengan itu, tangisnya pecah. Sudah berkali-kali ia mencoba melupakan dan mengikhlaskan Revan, namun tak pernah berhasil. Tubuhnya terus saja bergetar hebat kala memikirkan hal itu. Karena sejauh ini, tak ada kesedihan yang luar biasa yang ia rasakan selain kabar pernikahan Revan.

" Hikks....hikkss, hikkss. Maafin aku Van, aku masih ngak bisa lupa. Bahkan untuk mempercayai kabar itu saja susah Van, apalagi harus melupakan kamu. Maaf... Maafin aku Revan... Hikksss...."

~~~~~~~~~~~

2 Bulan kemudian...

H-6 menuju hari pernikahan Mayza dan Revan. Sejauh ini, hubungan mereka menjadi semakin dekat. Hanya saja, hubungan antara Mayza dengan Karin masih belum kembali membaik sepenuhnya. Padahal Mayza sudah berusaha mendekati Karin, dan sebentar lagi mereka juga akan menjadi keluarga.

Dan mengenai hubungannya dengan Fathur, jelas tak pernah ada komunikasi lagi selama 2 bulan belakangan. Ia sendiri tak mau tahu menahu tentang kabar Fathur. Ia hanya ingin fokus terhadap hubungannya dengan Revan.

Mayza baru saja pulang dari rumah sakit dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia membuka ponselnya dan membuka Instagram. Beberapa saat kemudian, ada pesan masuk dari Revan.

" Mayza... Kamu sibuk ngak besok? Karna kebetulan besok hari minggu, aku mau ajak kamu ke sebuah tempat. Gimana?"

" Memangnya kemana?"

"Rahasia. Kalau begitu, sampai jumpa besok pagi ya. Selamat malam... ^_^

~~~~~~~~~~~~~~~




Wah.. Wah.. Wah... Update lagi nih setelah sekian abad tak up😥

Baca terus ya kelanjutan cerita nya dan jangan lupa vote⭐️ dan komen kalian ya😇🤗🤗🤗


Tentang Rasa dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang