Chapter 36

253 32 10
                                    


Karin terlihat duduk dikursi belajarnya sambil menatap tajam kearah foto Mayza ditangannya. Ia sedang memikirkan hal apa yang harus ia lakukan terhadap gadis itu. Terdapat satu foto lagi ditangannya, yaitu foto milik Davina. Ia juga sedang memikirkan hal yang sama terhadap orang itu.

Menurut Karin, semua hal yang mengganggu pikirannya juga yang mengusik keluarga berawal dari Davina. Ya... Davina awal semua kekacauan dalam hidupnya. Davina telah menghancurkan hidup kakaknya, yang kehancuran itu pula menjadi titik mulai dari rumitnya permasalahan dalam keluarganya.

Sejak Revan gagal tunangan dengan Davina, Karin terpaksa memperkenalkan Mayza pada Revan agar laki-laki itu bisa kembali tersenyum. Tanpa ia sadari, ia telah membawa bumerang bagi dirinya sendiri.

Ia tak tau, jika Mayza lah orang ketiga dalam hubungannya dengan Fathur. Sahabatnya itu juga telah menjadi alasan hancurnya hati Revan, kakak yang paling ia sayangi untuk kedua kalinya. Ia berpikir bahwa ia selama ini telah melakukan semua yang terbaik untuk sahabatnya itu, tapi kini... Sahabatnya itu tak lebih dari benalu bagi keluarganya.

Karin meraih sebuah spidol diatas meja belajarnya. Ia menulis tanda palang difoto wajah milik Davina, kemudian berlanjut ke wajah Mayza. Namun, ia lalu mencoret seluruh wajah Mayza saking kesalnya ia terhadap sosok dalam foto itu.

Karin meletakkan sembarang spidol itu, ia lalu mengepalkan tangannya dan memukul meja belajarnya. Ia memegang keras rambutnya dengan kedua tangannya sambil berteriak keras. Tak lama, ia mulai terisak setelah beteriak keras seperti orang gila. Ia terisak keras sambil mengatupkan wajahnya. Kini... Ia merasa sangat kesal, tapi disisi lain hatinya terluka karena harus melakukan cara kotor untuk mengembalikan ketenangan hidupnya. Ia menangis, tersedu-sedu dalam hati. Disaat pikirannya berusaha memikirkan cara untuk menghancurkan Davina juga Mayza, tapi hatinya malah menolak. Namun, ia harus memutuskan, terus maju atau menuruti hati kecilnya.

' maafkan aku Mayza... '

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Revan termenung memikirkan kejadiaannya dengan Fathur dua hari lalu. Sejauh ini, apa yang Fathur katakan adalah benar. Ia tak lebih dari seorang pecundang yang mengambil kembali sesuatu yang telah ia berikan. Sebagaimana ia telah mempersilakan Fathur untuk memperjuangkan Mayza.

Namun, mengapa ia mengambil kembali keputusan itu? Ya... Ia hanya manusia biasa. Selama dua bulan Mayza tak memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia telah bertemu kembali dengan Fathur. Begitu pula Fathur, ia tak pernah menceritakan apa pun. Ingin bertanya pada Fathur langsung, namun ia tak mau terkesan memaksa. Semuanya serba salah...

Dengan keadaan yang demikian, ia menjadi kalut. Terlebih dorongan adik serta kedua orang tuanya yang memintanya untuk kembali melamar Mayza, akhirnya ia memutuskan untuk kembali maju.

Setelah memutuskan untuk kembali maju, pikirannya kembali dibuat kalut kala Mayza malah meminta waktu lebih selama tiga hari. Dari situ, semua spekulasi kembali menghantui pikirannya. Bahkan sempat terlintas di benaknya bahwa mungkin ia benar-benar harus mengikhlaskan Mayza.

Saat ia sedang mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi dalam hubungannya, ia malah dikejutkan oleh kabar bahagia yang keluar dari bibir orang yang dicintainya itu. Wanita itu... Menerima lamarannya.

Revan sangat berbahagia dengan kabar itu. Namun, pikiran buruk kembali menghantuinya. 'apakah Mayza benar-benar menerimanya dengan sepenuh hati? Atau... Ia hanya terpaksa menerima lamarannya? '

Semua anggapan itu pun akhirnya terjawab saat mengetahui saat Mayza jatuh sakit, dan ditengah kondisinya itu, wanita itu malah memikirkan Fathur. Ternyata Fathur memang benar-benar kembali. Tapi... Mengapa Mayza terlihat terpukul? Apakah Fathur mencampakkannya?

Pikiran Revan masih saja memikirkan hal tersebut. Padahal harusnya ia pergi ke rumah sakit, tapi lihatlah dia saat ini. Ia malah galau sendirian di kamarnya.

Revan bangkit dari duduknya. Ia menuju cermin dan melihat dirinya sendiri dalam cermin itu. Lama... Sangat lama ia menatap dirinya sendiri, lalu tanpa sadar ia malah melayangkan tinju ke arah dirinya yang didalam cermin.

Seketika cermin itu hancur berkeping-keping. Darah segar mengucur dari jejari tangannya. Tangannya merasakan pedih yang amat sangat, seperti pedih yang dirasakan hatinya. Saat itu, untuk kedua kalinya, Revan berada dititik paling rapuh dalam hidupnya.

Ya... Laki-laki itu sedang rapuh saat ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~
Mayza baru saja selesai shalat Zuhur. Sudah dua hari ia terus-terusan terbaring dikasur. Hari ini ia memutuskan untuk mengakhiri penyesalannya. Percuma ia terus memaksakan diri, toh orang yang ia harap memperjuangkannya tak akan kembali menatapnya lagi.

Ia sudah memutuskan untuk terus maju. Didepannya kini ada Revan, ia sudah terlanjur menerima lamaran Revan. Kini, Revan lah orang yang memperjuangkan cintanya. Bukan Fathur.

Hari ini hujan kembali turun. Mayza berniat untuk pergi ke rumah sakit hari ini. Walaupun ia masih kurang sehat ditambah hujan cuaca tak mendukung, tapi ia harus berusaha bangkit. Ia tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan dan menjadikan hujan sebagai alasan.

Baru saja ia akan bersiap-siap ke rumah sakit, terdengar ketukan pintu dipintu utama rumah. Tak ada yang membuka pintu, ia lupa bahwa kedua orang tuanya sedang keluar. Mayza lalu bergegas menuruni tangga dan membukakan pintu.

Betapa terkejutnya Mayza saat melihat siapa yang datang. Itu adalah Revan. Tubuhnya basah karena kehujanan. Dan tunggu... Apa yang dilihat Mayza itu? Tangan Revan berlumuran darah.

" Astagfirullah.. Kak Revan, tangan kakak kenapa berdarah gitu? " ucap Mayza sambil menutup mulutnya, terkejut.

Revan tak bergeming, ia tak menjawab apa pun. Ia hanya berdiri sambil menatap lekat sosok dihadapannya itu.

" Ya udah, kita masuk dulu yuk. Biar aku obatin lukanya. " tawar Mayza, ia tak tega melihat kondisi Revan saat ini.

Mayza lalu menggiring Revan duduk, lalu ia bergegas mengambil handuk dan kotak P3K. Setelah itu, ia memberikan handuk yang ia ambil tadi pada Revan, agar ia bisa mengeringkan tubuhnya.

Sambilan itu, Mayza segera membersihkan luka Revan dan mengobatinya. " Maaf ya kak, aku izin obatin lukanya. "

Mayza mengobati luka Revan dengan hati-hati. Sedangkan Revan, ia hanya menatap Mayza. Tapi kali ini dengan tatapan sendu. Hatinya terasa lebih tenang saat bersama Mayza. Tapi, perlahan dirinya semakin remuk dari dalam.

Mayza selesai mengobati luka Revan. Ia lalu menawari teh pada Revan. "Kak, aku buatin teh hangat ya."

Revan tak bergeming... Ia hanya menatap Mayza. Mayza lalu menganggap diamnya Revan sebagai 'iya', lalu bergegas ke dapur. Namun baru saja ia bangkit dari duduknya, Revan meraih pergelangan tanggannya. Refleks, Mayza terdiam. Dilihatnya pergelangan tangannya yang dipegang Revan. Hati Mayza tiba-tiba berdesir... Seperti ada sesuatu disana.

" May... Lebih baik kita akhiri saja."
















TBC

Eh... Ladalah... 😱
Napa nih?? Kok Revan malah bilang gitu???🤔🤔

Jangan lupa vote⭐️ dan komen ya🤗🤗🤗

Tentang Rasa dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang