Chapter 22

1.2K 77 2
                                    


Pagi hari menyapa. Mayza sudah siap-siap untuk berangkat kerja. Ia keluar dari rumahnya dan hendak masuk ke dalam mobil. Tapi, sebuah suara memanggilnya.

"Mayza... ".

Mayza melirik ke arah suara dan menemukan Karin di sana.

"Lho Rin, ngapain kamu ke sini?".tanya Mayza.

"Aku nebeng ya".

"Trus kamu tadi ke sini pake apa?".

"Taxi".

Mayza manggut-manggut. Ia tak mau bertanya lebih lanjut tentang tumben-tumben-an nya Karin ingin berangkat bersama dirinya.

Mayza dan Karin segera masuk ke mobil. Tapi, seseorang kembali memanggil Mayza. Mayza menoleh.

Tukang antar bunga kemarin.

"Punten teh. Ini ada paket lagi buat teteh".

Mayza mengernyitkan dahinya. "Dari orang yang sama pak? Oh... maaf, mas".tanya Mayza-meralat panggilannya kepada tukang antar bunga yang kemarin katanya ngak mau di panggil pak, tapi mas saja.

Dilain sisi, Karin memilih duduk di dalam mobil saja sambil menguping pembicaraan Mayza dan tukang antar bunga itu.

"Iya mbak. Bisa tanda tangannya ".

Mayza menanda tangan bukti penerima bunga. Tak lama, pengantar bunga itu pamit. Kali ini tak banyak basa-basi seperti kemarin.

Mayza memperhatikan buket ditangannya. 'Bunganya beda sama yang kemarin '.batin Mayza.

Mayza Memperhatikan kembali bunga itu. Mungkin ada secarik kertas yang bisa membuat Mayza tau, siapa pengirimnya.

Tak ada kertas apa pun. Mayza mendesah panjang. Pikirannya mulai kalut tentang ada kemungkinan seseorang iseng kepadanya.

Mayza masuk ke dalam mobil. Didalam mobil, Karin celingak-celinguk melihat buket ditangan Mayza.

Mayza yang menyadari tingkah Karin, langsung menyodorkan buketnya yang disambut antusias oleh Karin.

"Itu pengantar bunga yang kemarin?".tanya Karin.

"Iya".

"wahhh, cakep banget nih bunga".karin terpana.

"Aku heran deh Rin, siapa sih yang ngirim bunga ini terus. Kemarin. Hari ini. Jangan-jangan besok dikirim lagi".Mayza tak habis pikir.

"Dari pengagum rahasia kamu kayaknya".ucap Karin. Masih terpana sama bunga ditangannya.

"Pengagum rahasia dari mana coba".

"ya elah.. Trima aja napa?. Itu namanya rezeki. Kan bisa buat ngehias rumah, biar cantik gitu".

"kayaknya aku harus cari tau siapa orangnya ".

"Ya ampun May... kamu gak usah repot-repot buat cari tau siapa orangnya. Palingan nanti dia muncul sendiri. Gini ya May.. mending kamu tunggu aja besok. Siapa tau ada kiriman lagi".

"Masa iya sih besok dikirim lagi".

"Bisa jadi kan?".

Mayza menimang-nimang ucapan Karin. Ada baiknya juga kalo ia menunggu sampai besok. Mungkin pengirimnya masih mengiriminya buket lagi besok.

~~~~~~~~~

Mayza memperhatikan buket buga di atas mejanya itu. Karin yang membawanya masuk. Padahal Mayza ingin bunga itu di mobilnya saja. Takut bunga itu mengusik pikirannya lagi.

Mayza larut dalam lamunannya memikirkan nama Fathur kembali muncul dibenaknya. Tapi ia juga tidak yakin bahwa bunga itu dari Fathur. Mengingat Fathur yang sudah lama tak ada kabar.

Lamunan Mayza buyar saat seseorang mengetuk pintu ruangannya.

"Iya. Silahkan masuk".ucap Mayza.

Mayza melirik ke arah pintu. Ternyata itu Revan.

"oh.. Kak Revan. Masuk aja kak. Aku kirain siapa tadi".ucap Mayza buru-buru menyembunyikan bunga diatas mejanya. Tak mau Revan bertanya tentang bunga itu.

Revan berjalan masuk dan duduk didepan Mayza. "Bunga dari siapa May?".tanya Revan.

Mayza menjadi gelagapan mendengar pertanyaan Revan. Padahal ia tadi sudah secepat mungkin menyembunyikan bunga itu dari Revan.

"Ah... Itu.. Da.. Dari.. Eum".Mayza gelagapan tak tau harus menjawab apa.

"May... ".panggil Revan.

"Ya. Oh... Eum.. Itu dari temen kuliah aku. Yah.. temen kuliah. Kita dulu lumayan dekat. Makanya dia ngasih aku bunga".ucap Mayza berdusta.

Dalam hati ia merutuki kebohongan nya tadi. Ia tak mempunyai pilihan lain. Tak mungkin jika harus berkata jujur tentang bunga itu.

"oh.. ".Revan manggut-manggut.

Mayza merasa sangat lega saat Revan tak bertanya lebih lanjut lagi. "o ya kak. Ada apa ke sini?".

"kamu ada waktu luang gak May? Soalnya aku mau ngajak kamu makan siang bareng. Gimana?"ajak Revan.

"Eum.. Boleh juga".jawab Mayza.

Mendengar jawaban Mayza, ada secuil senyuman yang tersungging di bibir Revan.

Langsung saja keduanya keluar untuk makan siang di salah satu restoran yang tak jauh dari rumah sakit.

Setibanya di restoran, Keduanya langsung mencari tempat yang nyaman.

"Kamu mau pesan apa May?".tanya Revan.

"Samain aja deh kak. Oo ya, aku permisi ke toilet dulu".ucap Mayza.

" Ok ".ucap Revan lembut.

Mayza segera menuju toilet wanita. Tapi, belum ia sampai ke toilet, ia melihat seorang laki-laki sedang berada di kasir restoran.

'orang itu.... '.batin Mayza.

Mayza berjalan sedikit mendekat. Yang terlintas di pikiran Mayza, orang itu adalah Fathur.

Mayza berusaha memastikan penglihatannya. Jujur, sampai saat ini ia masih berharap bahwa Fathur akan muncul kembali.

"Apa mungkin itu Fathur ya".

Mayza berjalan mendekat sedikit lagi. Namun nihil, orang tersebut beranjak pergi. Dengan cepat Mayza segera mengejar sosok tadi.

Sampai di luar restoran, orang tadi menghilang. Mayza mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru. Tapi sosok itu tak ia temukan. Padahal ia yakin sekali bahwa orang itu adalah Fathur.

Mayza mendesah panjang. Ia tak tau harus apa. Tak mungkin jika ia nekat untuk terus mencari orang tadi. Sedangkan di dalam Revan pasti sedang menunggunya.

Mayza memilih segera masuk karna ia tak Revan memorgokinya sedang di luar restoran.

Dalam hati, ia sangat berharap suatu saat nanti ia bisa bertemu kembali dengan Fathur. Sosok yang sudah lama ia nantikan kehadirannya kembali.




TBC

Gimana.....

Semoga masih semangat ya.... 😊😁

Jangan lupa vote dan komen nya ya... 😇😇

Sorry typo..😇

Tentang Rasa dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang