Chapter 41

232 25 0
                                    

Seminggu kemudian....

" Mayza... Maafin aku ya. Tapi aku ngak berniat baikan sama kamu. Kamu hanyalah sahabat yang sudah bertahun-tahun memperdaya aku lewat kebaikan kamu. Sekarang, gikiran aku yang mengambil kembali semua milikku. Dan akan kupastikan kamu ngak akan pernah menyentuh milikku lagi!" Karin tersenyum menyerigai sambil menatap foto Mayza yang sudah penuh dengan coretan spidol.

Karin bangkit dari duduknya dan segera keluar menuju mobilnya. Ada tempat yang harus ia tuju saat ini. Namun, ia tak menyadari ada sosok yang sedari tadi tak sengaja mendengar semua ucapannya. Sosok itu adalah Fathur. Lelaki itu baru saja tiba dirumah Karin, dan mama Karin mempersilakan Fathur menghampiri Karin dikamarnya. Karena sudah dari tadi pagi Karin menolak keluar kamar.

Karin melajukan mobilnya menuju butik Davina. Ya... Iya ingin tau perihal baju pengantinnya. Dari awal ia memang menyiapkan baju pengantin itu bukan untuk dirinya.  Melainkan untuk orang lain.

Sedangkan dibelakang mobil Karin, ada Fathur yang mengikutinya. Fathur melajukan motornya menyusul Karin. Ia merasa penasaran dengan semua ucapan Karin yang tak sengaja ia dengar tadi. Seperti ada suatu hal yang disembunyikan Karin. Ia harus menyelidikinya.

Fathur mengeryitkan dahinya saat mengetahui bahwa tempat yang dituju Karin ternyata sebuah butik. Didepan butik itu tepatnya dibalik lemari kaca, kini terpampang tiga gaun pengantin yang sangat cantik.

' Apa mungkin Karin sudah memesan baju pengantin untuk pernikahan kami? ' batin Fathur.

Fathur segera turun dari motornya dan berjalan mengikuti Karin. Ia mencari tempat yang tidak memungkinkan Karin mengetahui keberadaannya. Ia harus tau apa yang Karin lakukan disana.

Di lain sisi, Karin duduk di ruang tunggu. Terlihat Davina datang menghampirinya. Wanita itu tersenyum cerah kearah Karin. Balutan busana kasual dan hijab marun yang ia kenakan, membuat sosok Davina terlihat sangat anggun dan berkelas.

"Hy Rin, gimana kabar kamu? "sapa Davina.

" Kabar aku baik. Kakak sendiri gimana? " Karin menjawab dengan ekpresi datar.

" Aku juga baik kok."

" Tapi sebentar lagi kabar kakak ngak akan baik-baik aja. "

Davina mengernyitkan keningnya. Ia tak paham dengan apa yang diucapkan Karin. Terlebih ekpresi Karin yang begitu datar. " Maksud kamu Rin? "

" Eum.. Ngak kok, aku cuma iseng aja." jawab Karin pura-pura sambil tersenyum kecil.

Davina hanya menganggapinya ringan. Karin bangkit dari duduknya. Ia berjalan mengitari ruangan besar itu sambil melihat gaun-gaun yang dipajang.

" Oo ya kak, gaun pesanan aku gimana? Udah siap?" tanya Karin.

" Tentu udah dong. Aku sengaja pilih yang paling spesial dan bagus khusus buat kamu." Davina tersenyum cerah sambil mengambil sebuah kotak cantik berukuran agak besar dari dalam ruangannya.

" Ini baju pengantinnya. BTW, calon kamu mana? Kok dia ngak datang? Kan seharusnya kamu dan calon kamu coba dulu pakaian disini. Biar kalo ada yang kurang bisa diperbaiki."

Karin tak menanggapi ucapan Davina. Ia membuka perlahan kotak yang didalamnya ada baju pengantin yang ia pesan. Mata Karin berbinar saat melihat baju itu. Cantik dan elegan.

Setelan baju pengantin wanita dan pria itu sungguh menakjubkan. Ingin rasanya ia memakai baju itu bersama Fathur. Tapi sayang, baju itu bukan untuknya.

Karin berusaha mengatur perasaannya. Ia tak boleh hilang fokus. Ia tak bisa membiarkan rencananya gagal. Karin menutup kembali kotak itu lalu menghadap Davina yang berdiri sambil tersenyum disampingnya.

Tentang Rasa dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang