Chapter 34

438 41 2
                                    

Jangan lupa vote⭐, share️ dan komen ya...

~~~~~~~~~~~~~~

Karin tiba di butik Davina dan segera masuk dan menghampiri Davina yang sedang duduk di ruangannya sambil memainkan ponselnya. Kebetulan butiknya sedang tidak ada pelanggan.

" Karin, tumben ke sini?." tanya Davina saat melihat kedatangan Karin.

" Iya kak. Soalnya.... Aku mau pesan baju pengantin dari butik kakak." ucap Karin sedikit malu-malu mengingat ia harus berpura-pura saat ini untuk melancarkan rencananya.

" Emang siapa yang nikah?." tanya Davina penasaran, kebetulan juga butiknya juga menyediakan gaun pengantin.

" Sebenarnya aku gak mau bilang sama siapa-siapa."

" Ada apa sih Rin sebenarnya. Jangan buat aku penasaran gitu." ucap Davina tersenyum kecil.

" Gaunnya buat aku kak. Kenapa? Kakak pikir kak Revan yang bakal nikah ya kak?." Karin menebak pikiran Davina.

Benar saja, pemikiran itu sempat terlintas dipikiran Davina. " Kamu bisa aja Rin. Jujur tadi aku sempat pikir gitu. Tapi syukurlah bukan Revan. By the way kamu beneran mau nikah? Kapan?." Davina terlihat bahagia.

" Iya kak, tapi belum tau kapan sih. Tapi ntar kalo udah jelas aku bakal hubungi kakak. Dan buat jaga-jaga ya udah aku pesan baju pengantin nya terus. Semoga aja sih segera. Kan lebih cepat lebih baik. Tapi kakak jangan bilang sama siapa-siapa ya, apa lagi sama kak Revan kalo kakak tau aku bakal nikah dan udah pesan baju pengantin. Soalnya aku udah janji gak akan bilang sama siapa pun." Karin tersenyum, tapi lebih terlihat seperti menyerigai.

Davina tersenyum cerah. Ia tak menyangka Karin akan segera menikah. " Selamat ya Rin atas kabar baiknya dan selamat kamu ngedahuluin aku."

" Oo ya kak, aku mau kakak langsung yang milih bajunya buat aku. Karena aku yakin pilihan kakak pasti yang terbaik." mohon Karin.

" Oke deh. Buat kamu aku akan menyiapkan gaun terbaik dan terbagus." ucap Davina masih tersenyum cerah.

Karin tersenyum kecil. Mereka lalu bercakap-cakap ringan sebelum akhirnya Karin pamit pulang. Karin memasuki mobilnya dan segera pulang ke rumahnya.

Dalam perjalanan pulang tak habis-habisnya Karin tertawa puas. Satu misi selesai. Karin sengaja berbohong pada Davina dengan mengatakan bahwa dirinya yang akan menikah, padahal Revanlah yang akan menikah.

Karin juga sengaja meminta Davina untuk memilihkan langsung gaun pernikahannya bukan tanpa alasan, melainkan ia ada maksud lain. Tentunya memberi kejutan tak terduga untuk orang yang tak terduga juga.

' Selamat datang di dunia dramanya Karin'

~~~~~~~~~~~

Fathur merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Pikirannya sedang kalut saat ini. Entah mengapa ia terus saja memikirkan Mayza. Rasanya tidak mungkin Mayza melakukan hal yang Karin katakan. Tapi dilain sisi ada benarnya juga apa yang Karin katakan, mengingat beberapa hari lalu saat ia mendatangi Mayza, Mayza bahkan tak bisa menjelaskan apa pun mengenai kejadian itu.

Disisi lain ia merasa bersalah saat mengingat kembali raut wajah Mayza saat itu yang terlihat sangat sedih mendengar ucapan dirinya yang terdengar cukup menusuk. Tapi disisi lain ia merasa terkhianati oleh perlakuan Mayza. Mengapa tidak, wanita yang dicintainya itu ternyata lebih memilih lelaki lain daripada dirinya. Atau memang dirinya lah yang tidak pantas memiliki Mayza.

Fathur menghembuskan napasnya kasar. Ia meraih ponselnya dan membuka galeri foto. Yang saat ini ia lihat adalah foto Mayza saat mereka masih kuliah dulu. Foto yang iseng ia ambil dan bahkan membuatnya ketahuan oleh Mayza.

Fathur tersenyum geli takkala mengingat momen saat itu. Terlebih pikirannya kini mengingat kejadian tak terduga yang membuatnya akhirnya sadar bahwa ia mencintai Mayza. Momen saat mereka berebutan kamera Fathur hingga tanpa sengaja membuat Mayza tersandung rerumput taman yang justru membuat Mayza jatuh tepat diatas tubuhnya.

'Astaga Fathur... Lo mikirin apaan sih.'

Fathur berusaha mengalihkan pikirannya yang saat ini terbang ke masa lalu manisnya yang seharusnya sudah ia lupakan, mengingat wanita yang ada di masa lalu manisnya itu sebentar lagi akan menjadi istri orang lain.

Fathur bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju jendela kamarnya. Dilihatnya hujan turun deras membasahi tanah. Suasana ini membuatnya sedih, seakan hatinya  ikut jatuh bersama iringan hujan yang jatuh ke bumi. Sakit dan lebur seketika.

Fathur masih saja memikirkan Mayza. Dan entah mengapa hati dan pikirannya menolak lupa akan kenangan manis itu seakan hanya kenangan itulah yang menjadi momen paling istimewa dihidupnya.

Fathur berjalan keluar kamarnya dan menuju keluar rumahnya. Tanpa ragu ia melangkahkan kakinya menuju derasnya hujan. Ia melentangkan kedua tangannya menikmati tiap rintikan hujan yang jatuh membasahi wajah dan tubuhnya.

Hujan ini membuatnya sadar bahwa hatinya kini sangatlah rapuh. Hujan ini juga tanpa sadar mengundang air mata yang sedari tadi ia tahan, jatuh bersamaan dengan hujan yang turun. Hatinya terasa begitu sesak seakan ada rantai yang membelenggu erat hatinya hingga membuatnya hampir gila rasanya.

Entah sejak kapan ia menjadi lelaki cengeng seperti saat ini. Tapi tak ada salahnya menangis sesekali. Menangisi masa yang seharusnya tak dikenang. Mungkin dengan ini sesak dihatinya bisa sedikit terobati.

Fathur masih membentangkan kedua tangannya diiringi air mata yang masih mengalir dari matanya. Seorang Fathur kini terlihat begitu rapuh dan tak berdaya seakan seluruh dunianya kini sudah lenyap.

Fathur berteriak keras. Sangat keras hingga suaranya tenggelam bersama suara derasnya hujan. Ia menenggelamkan wajahnya dibalik tangannya. Biarlah hujan ini menghapus jejak air mata sedihnya dan biarlah suara hujan ini yang menghapus jejak jeritan hatinya yang terasa begitu menyesakkan.

Kini ia hanya bisa perlu menyakinkan dirinya dan menguatkan hatinya menerima kenyataan bahwa sosok yang sangat dicintainya takkan pernah bisa ia rengkuh. Mungkin takkan mungkin bisa untuk selamanya.

Namun ada satu hal yang membuat Fathur sangat sulit meredam amarahnya. Amarahnya pada seseorang yang sengaja memberinya sebuah harapan palsu hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk kembali ke Jakarta. Ya... Seseorang yang memohon kebahagian untuk wanita yang kini malah membuat seluruh dunianya hancur.

Di sisi lain ada seorang Mayza yang juga merasa sangat rapuh dan tidak berdaya. Ia duduk dibangku taman rumahnya. Hujan membasahi tubuhnya. Ia menikmati setiap alunan suara hujan yang turun seakan itu dapat menjadi pelipur laranya yang terasa sangat sesak.

~~~~~~~~~~~~~~~~

Mayza menenggelamkan wajahnya dibalik tangannya. Ia merasa saat ini berada dititik terlemahnya. Hujan yang turun seakan membuatnya candu dan ingin menangis melepas semua beban yang merongrong dadanya. Begitu sesak dan mengakitkan.

Andai ia bisa memutar balikkan waktu ingin rasanya ia memperbaiki masa lalunya dan mengungkapkan perasaannya pada Fathur. Dan andai saja ia bisa berterus terang dan menolak tegas lamaran Revan sejak awal, pasti semua akan lebih baik. Tapi ia sadar waktu yang telah berlalu takkan bisa kembali. Rasa dan rindunya yang tak tersampai itu hanya bisa ia simpan sebagai kenangan.

Mayza dan Fathur kini sama-sama berada di titik terlemah mereka. Tak ada tempat untuk mereka mengadukan rasa mereka selain pada sang Maha Pencipta. Kini mereka hanya akan berjalan sesuai garis suratan takdir.

Takdir yang mungkin takkan pernah mempersatukan dua insan yang tulus mencintai itu. Mungkin benar bahwa tidak semua cinta itu akan berlabuh di hati yang diharapkan. Tapi apa salah jika mereka ingin rasa itu datang dan tersampaikan dan bukan hanya menjadi bumerang bagi hati mereka sendiri?

Ya Allah... Hamba pasrah pada jalan yang Engkau tetapkan.





TBC

Maaf ya semuanya author udah lama banget ngak updatenya. Tapi kedepannya author akan usahan yang terbaik dan semoga kalian tetap setia dengan cerita author sampai akhir ya.😇😇😇

Jangan lupa vote, share dan komen kalian ya. Biar author makin semangat buat lanjutin cerita ini di tengah kesibukan yang menumpuk.
Salam hangat😘😘😘

Tentang Rasa dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang