Chapter 30

957 60 12
                                    


Tuk... Tuk... Tuk...

Suara ketukan pintu terdengar. Mayza yang sedang menonton acara televisi pun segera menuju pintu utama rumahnya.

" Ya... Siapa?". Tanya Mayza seraya membuka pintu.

Betapa terkejutnya Mayza takkala seseorang yang saat ini tengah membuat bimbang hatinya berdiri tepat di depan pintu rumahnya. Sebuah senyuman terukir di bibir merah jambu nya.

"Fathur? Ngapain kamu datang kesini? Apa ada hal penting yang mau kamu sampaikan?". Tanya Mayza sopan masih menyungging kan senyumnya.

" Tepat sekali. Aku memang mau menyampaikan hal penting. Dan aku harap hal yang akan aku sampaikan ini akan selalu teringat di pikiran kamu". Ucap Fathur serius.

Mayza memudarkan senyumannya. Keningnya berkerut tanda tak mengerti. " Emangnya hal apa yang mau kamu sampaikan?. Kok wajah kamu serius gitu?".

" Sebelumnya aku harap kamu gak lupa waktu aku pernah telpon kamu dan kasih alamat dimana aku mau menemui kamu ".

" Maksud kamu apaan sih Fathur?. A--aku gak ngerti deh maksud kamu apa?. Telpon? Kapan kamu nelpon aku? Dan alamat? Alamat apa? Aku benar-benar gak ngerti". Mayza benar-benar bingung saat ini.

" Oh jadi kamu udah lupa? Kapan kamu lupanya? Apa kamu lupa saat kamu malah nyuruh orang lain buat memenuhi undangan makan siang sama aku kemarin?" Ucap Fathur sinis.

Jika mengingat kejadian kemarin, Fathur benar-benar kesal. Ia telah bersusah payah menyiapkan makan siang dengan nuansa yang romantis sekaligus untuk melaksanakan niat baiknya, yaitu melamar Mayza.

" Wajah kamu kok serius dan sekesal itu? Emang apa yang udah terjadi? " Mayza masih tak paham.

" Seharusnya kamu tanya sama diri kamu sendiri, apa yang sudah terjadi kamarin?." Ucap Fathur penuh penekanan.

" Emang a--apa yang udah terjadi kemarin?". Mayza mulai gelagapan menghadapi tingkah Fathur.

"Masak kamu gak ingat sih sama momen bahagia kamu kemarin?".

" Momen bahagia apaan sih yang kamu maksud?".

" Kamu udah nerima lamaran Revan kan? Makanya kamu tanpa ngabarin aku lagi, lebih memilih nyuruh orang lain buat menggantikan kamu untuk makan siang sama aku. Kamu tau gak, kemarin aku bukan sekedar nyiapin makan siang buat kita. Tapi lebih dari itu aku ingin melamar kamu buat jadi istri aku May". Ucap Fathur.

Seketika bibir Mayza terasa kaku. Lidahnya tak mampu mengucap sepatah kata pun. " A--A--aku---".

" Apa kamu juga lupa tentang hal bahagia kamu kemarin? ". Potong Fathur.

" Tunggu dulu... Aku rasa ada yang salah. Aku gak tau apa-apa tentang yang kamu bilang. Dan aku BELUM menerima lamaran kak Revan".

" Bohong! Kalo kamu gak nerima lamaran Revan kamu pasti datang nemui aku. Tapi ini kamu malah nyuruh orang lain datang. Apalagi coba kalo kamu memang menerima lamaran itu, terlebih ini bukan pertama kalinya Revan melamar kamu. Dan sekarang kamu justru sedang menghindari aku dengan mencoba untuk gak pernah ketemu sama aku lagi. Sekarang satu hal yang aku minta sama kamu!". Ucap Fathur akhirnya sambil membuang napasnya kasar.

" Aku minta... Mulai sekarang kamu lupakan bahwa kita pernah menyatakan cinta satu sama lain. Lupakan aku yang pernah mencintai kamu. Lupakan aku yang telah kembali untuk memperjuangkan kembali cinta aku sama kamu. Dan anggap saja bahwa aku adalah Fathur  yang sudah menghilang sejak tiga tahun yang lalu". Ucap Fathur menekankan.

Bagai disambar petir rasanya telinga Mayza saat mendengar setiap penekanan yang keluar dari bibir Fathur atas ucapannya. Tak terasa ada bulir bening yang menyusup turun perlahan keluar membasahi pipi ronanya.

" Apa aku gak salah dengar?". Suara Mayza terasa berat.

" Sama sekali ngak. Aku harap kamu bisa ingat apa yang aku katakan tadi".

" Gimana mungkin aku gak akan ingat setiap kata yang kamu ucapkan. Karena ucapan kamu tadi benar-benar menyakiti perasaan aku". Tak terasa tangis Mayza pecah.

" Dan gimana mungkin aku gak akan ingat kejadian kemarin. Disaat aku gak mau percaya begitu saja dengan kenyataan, tapi semua bukti yang ada memang menunjukkan bahwa hal itu benar+benar terjadi". Ucap Fathur.

Mayza mencoba menyerap setiap kejadian yang terjadi. Dan mencoba mengikhlaskan apa yang baru saja didengarnya.

" Dan aku rasa... Kita memang gak jodoh. Dan kamu sudah membuktikan bahwa kamu memang gak pantas untuk aku perjuangankan.  Karena apa? Karena kamu mencintai aku disaat kamu memang sudah siap dinikahi pria lain". Ucap Fathur kecewa.

Mayza tak mampu mengucapkan apa pun. Ia hanya bisa menutup mulutnya tak percaya betapa ucapan terakhir yang diucapkan oleh Fathur begitu meluluh--lantakkan hatinya.

" Aku ucapkan selamat buat kamu dan Revan. Semoga kalian selalu bahagia dan tentunya kamu gak akan ngulangin kesalahan yang kamu lakukan ke aku saat ini dengan kembali membagi cinta kamu dengan orang lain. Karena itu gak baik". Ucap Fathur sinis.

Mayza masih memantung. Sekali lagi Fathur sukses mencabik hatinya dengan ucapannya.

" Kalo gitu... Aku permisi. Assalamualaikum". Ucap Fathur langsung pergi meninggalkan Mayza yang masih membisu tanpa bisa mengucapkan apa pun.

Mayza menghela napasnya. Ia menghapus kasar air mata yang sudah membasahi pipinya sedari tadi dengan tangannya.

Mayza segera masuk kembali ke dalam dan segera menuju kamarnya di lantas atas. Sesampainya dikamar, tak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain meringkuk sedih didepan pintu kamarnya sambil menenggelamkan wajahnya dibalik lengannya.

Ia hanya bisa meratapi nasib yang sedang menimpanya kini. Ia tak  menyangka bahwa cinta yang selama ini disimpannya dengan rapi selama tiga tahun itu harus berakhir menyedihkan.

Ia bahkan rela mengabaikan perasaan Revan yang begitu tulus padanya hanya demi menunggu Fathur yang pergi tanpa pamit dan tanpa kepastian.

" Apa ini terjadi karena aku yang selama ini aku gak peduli sama perasaan kak Revan yang begitu tulus? ". Tanya Mayza pada dirinya sendiri.

Mayza kembali menenggelamkan wajahnya dibalik lengannya. Sekali lagi, ia hanya bisa kembali meratapi kenyataan dihadapannya itu.

Ia hanya bisa menerima semua tuduhan yang bahkan tak bisa ia pahami yang diberikan oleh Fathur. Kini, ia hanyalah terlihat seperti seperti perempuan tanpa harga diri dihadapan Fathur.

Bahkan hanya untuk sebatas membela dirinya saja lidahnya terasa kelu. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menerima semua apa yang diucapkan Fathur kepadanya.

' Ya Allah... Betapa menyedihkannya hamba saat ini... '. Bisik batinnya.








TBC

Bagi kalian y punya ide buat kelanjutan cerita ini di Chapter selanjutnya, bisa kok tulis pendapat kalian di kolom komentar 😇😇

Dan gimana nih kelanjutannya menurut kalian?? Kalian bisa terima gak kalo Mayza digituin sama Fathur??? 🤔🤔

Kalo ada yang pernah merasakan menjadi orang yang paling menyedihkan seperti Mayza, jangan lupa komen di kolom komentar ya 🤗🤗

Jangan lupa baca terus cerita ini dan jangan lupa share ke teman teman kalian ya. Votenya juga yang banyak ya... 😊😊

Tentang Rasa dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang