3. Sugar Daddy

70.3K 1K 0
                                    

Aku kembali mengutarakan keinginanku untuk mencari sugar daddy. Masa bodo dengan keperawanan, masa bodo dengan masa depanku nanti. Saat ini aku hanya butuh kesenangan dan kebahagiaan yang selama ini tidak diberikan oleh kedua orang tuaku.
Aku juga ingin bebas dan bahagia seperti Celina dan Natasha. Dan aku juga ingin merasakan sensasi nikmat yang mereka bilang surga dunia itu.

"Kamu yakin.?" Sekali lagi Celina meragukan keinginanku. Dia masih saja tidak percaya padaku. Karna selama ini aku tidak pernah melewati batas dalam berteman dengan mereka. Aku tidak pernah pergi club atau pun minum - minuman seperti mereka. Wajar saja kalau mereka ragu saat aku mengutarakan ingin menjadi sugar baby seperti mereka.

"Sangat yakin. Kalian bisa nggak cariin sugar daddy.? Tapi aku nggak mau yang udah tua bangka ya.! Paling nggak yang umurnya tiga puluhan aja." Kataku memberi syarat.

"Yaelah,, belum juga di mulai, udah pasang standart aja kamu Je,," Timpal Natasha.

"Biarin,,, kalian juga begitu kan.!" Celukku.

"Ok,, ok,, Nanti aku tanyain sama papi dulu. Nanti aku kabarin kamu kalau udah ada. Sekarang aku boleh pergi kan.? Papi udah nungguin nih,,," Kata Celina tak sabar.

"Aku juga harus pergi Je,,," Sambung Natasha.

"Yaudah sana,, sana,,,! Pergi kalian.!" Aku langsung mengusir keduanya. Dengan gelak tawa yang nyaring, keduanya meninggalkanku dan masuk kedalam mobil masing - masing.

Takut mendapat gangguan dari para siswa karna duduk sendirian di taman, aku pun langsung bergegas menuju mobil dan meninggalkan sekolah. Terpaksa aku pulang kerumah megahku yang sunyi sepi.

Aku menatap garasi rumah yang dipenuhi oleh deretan mobil - mobil mewah dan mahal.
Untuk apa kedua orang tuaku membeli begitu banyak mobil dan menumpuknya di garasi. Mobil - mobil itu pun jarang di pakai dan hanya menjadi pajangan saja di garasi. Sayang sekali, hanya menghambur - hamburkan uang saja.
Mungkin karna mereka bisa dengan mudah mendapatkannya.

Kata papa, untuk apa bekerja siang malam kalau tidak dipakai untuk menyenangkan diri. Dengan mengoleksi berbagai mobil limited edition, papa merasa bangga dengan hasil kerja kerasnya. Dan papa bilang jika itu adalah bentuk apresiasi untuk diri sendiri yang sudah bekerja keras hingga sesukses ini.

Apapun itu, aku tidak peduli.! Untuk apa sukses kalau keluarga terabaikan dan tidak ada kehangatan didalamnya.
Papa dan mama mungkin bisa hidup bahagia hanya dengan mengandalkan uang saja, tapi tidak denganku. Bagiku semua kemewahan yang aku dapatkan tidak ada artinya sama sekali.

Hari ini moodku sangat buruk. Gagal hangout bersama Celina dan Natasha membuatku sangat kesal. Aku terpaksa kembali kerumah, berdiam diri di dalam kamar. Biasanya aku akan berselancar di sosmed sampai bosan, setelah itu berselancar di alam mimpi. Terkadang aku menyesal karna terbangun dari mimpi indahku. Rasanya aku ingin terus bermimpi hanya sekedar untuk merasakan kebahagiaan.

Mataku berbinar saat ponselku berdering, ada panggilan vidio masuk dari kak Nicho. Aku langsung menggeser tombol hijau.
"Kak Nichooo,,, Jeje kangen,,," Aku berteriak dan merengek, mataku bahkan berkaca - kaca dan tanpa bisa ku tahan, aku menangis. Aku kesepian kak,,,,

"Come on my baby,,, kamu kenapa,,? Papa dan mama memarahimu,,?" Aku bisa melihat kepanikan di wajah kak Nicho. Setidaknya aku masih punya keluarga yang peduli dan sayang padaku. Jika sudah seperti ini, rasanya aku ingin terbang ke New York dan memeluk kak Nicho ku.

"Tidak, mereka sedang ke Paris. Aku rindu kak Nicho. Kapan kakak pulang,,,"
Aku sangat rindu jalan - jalan dengan kakakku, makan diluar berdua, pergi ke pantai bedua. Kak Nicho sangat memanjakanku selama ini.

Aku bersyukur memiliki kakak sepertinya, yang masih memiliki kepedulian pada keluarga.
Kepergian kak Nicho ke New York 2 tahun lalu membuatku sangat sedih. Kak Nicho akan pulang setiap 3 bulan sekali. Dan saat itu aku akan selalu membuntutinya kemanapun dia pergi. Aku bahkan selalu merengek untuk tidur bersama dengannya, jika sudah begitu, kak Nicho tidak bisa menolak. Kak Nicho sudah seperti papa dan aku anaknya. Memang sedekat itu aku dan kak Nicho.

"Mereka selalu sibuk.!" Aku bisa melihat ketidak sukaan kak Nicho dengan kedua orang tua kami yang super sibuk dengan binisnya.
"Dua bulan lagi Je,,, Apa kau lupa kalau kaka baru pulang sebulan yang lalu."

"Ya aku tau,,,"

"Udah nggak usah sedih, nanti kita liburan ke bali kalau kaka pulang. Okeey,,,?"
Aku mengangguk menanggapi ucapan kak Nicho.

Aku mengakhiri panggilan setelah cukup lama berbincang dengan kak Nicho. Kasian sekali kakak ku itu, dia harus merelakan kekasihnya menikah dengan laki - laki lain karna dia tidak bisa memberikan kepastian pada kekasihnya yang sudah ingin menikah. Semua ini karna papa. Papa tidak mengijinkan kak Nicho menikah sebelum dia berhasil menggantikan posisi papa menjadi pemimpin perusahaan.
Sekejam itu papa pada kak Nicho, sampai kak Nicho harus kehilangan cinta pertamannya.

Aku terbangun karna mendengar ponselku yang terus berdering. Sebelum aku meraih ponsel, aku menggeliat lebih dulu. Euumm,,, enak sekali rasanya.
"Ya, ada apa,," Suaraku serak karna baru saja bangun tidur. mataku bahkan masih terpejam. Aku mengambil ponsel dengan cara merabanya. Ternyata aku tertidur setelah berbicara panjang lebar dengan kak Nicho.

"Masih tidur ya.? Bangun woyy,,,!" Ku jauhkan ponselku karna teriakan Celina menggema di telinggaku, sakit sekali rasanya.

"Kalau masih tidur, terus siapa yang angkat telfon." Sahutku.
"Lagian pake teriak - teriak segala.!" Protesku kesal.
Ku dengar Celina tertawa renyah tanpa beban. Emang dasar ya sugar baby girang, abis ketemu papi bisa langsung happy begitu.

"Cepetan kesini.! Aku udah dapet calon papi nih buat kamu,,,"

Mataku langsung terbuka lebar, aku bahkan sudah merubah posisi dengan duduk bersila diatas ranjang. Mendadak aku berubah semangat mendengar kabar baik dari Celina.

"Kamu serius Cel.? Secepat itu.?"
Aku sedikit tidak percaya dengan ucapan Celina. Gampang sekali mendapat sugar daddy untukku.

"Iya,, makanya buruan kesini. Ke apartemen xxx lantai 5 no 3."

Sepertinya Celina benar - benar serius. Kalau tidak, mana mungkin dia sampai menyebutkan alamat.
"Tunggu,,, kaya apa dulu orangnya.? Ganteng nggak.? Udah tua belum.?" Aku harus selektif memilih calon sugar daddy yang akan menghabiskan waktu denganku. Aku tidak mau dia seumuran dengan papa, apa lagi kalau sampai wajahnya tidak mendukung. Ah dasar aku ini, belum apa - apa udah pilah - pilih.

"Mana aku tau. Aku juga belum liat orangnya. Dia rekan bisnisnya si papi. satu jam lagi dia kesini, buruan mandi dan dandan yang cantik.! Byeee,,,"

"Dasar Cecel.!" Aku mendengus kesal karna Celina mematikan sambungan telfonnya begitu saja.

Ya ampun,,, aku akan punya sugar daddy dan jadi sugar baby.?
Bukannya mandi dan bersiap, aku malah melamun. Sebenarnya aku sedikit takut dan masih ragu dengan keputusanku.
Aku takut papa dan mama akan tau jika aku menjadi simpanan lelaki hidung belang pencari kepuasan.
Tapi aku juga ingin merasakan kebahagiaan dan kesenangan yang dirasakan oleh Celina dan Natasha.
Kalau mereka tidak bahagia, tidak mungkin selama dua tahun ini mereka masih bertahan menjadi sugar baby.

Aku sudah berdandan secantik dan semenarik mungkin dengan riasan makeup tipis. Meskipun sebenarnya aku sudah cantik dan menarik tanpa harus mengenakan make up, tapi aku ingin tampil maksimal untuk calon sugar daddy ku.
Ah,, ya ampun,, sepertinya aku sudah gila karna melangkah sejauh ini. Tapi siapa yang peduli.??

****


Terus dukung karya author dengan cara vote ya.
Jangan lupa tinggalin like dan komennya😊

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang