34. Menemui Fely

14.2K 458 5
                                    

Pulang sekolah nanti aku akan mendatangi tempat tinggal baru kak Fely. Kini giliran aku yang harus membantu kak Nicho. Aku harus membuat hubungan keduanya kembali seperti dulu. Aku yakin kak Fely menyembunyikan sesuatu dari kami. Yang membuat dia akhirnya memilih untuk meninggalkan kak Nicho dengan alasan yang hanya di buat - buat.
Nyatanya sampai detik ini kak Fely memang belum menikah, dia bahkan tidak mau mengenalkan laki - laki itu pada kak Nicho. Kalau kak Fely memang sudah menikah, dia pasti tidak akan ragu untuk menunjukan laki - lain itu pada kak Nicho.

*


Natasha dan Celina sudah lebih dulu pergi ke kantin,   aku memang menyuruh mereka untuk ke kantin lebih dulu karna aku harus ke toilet.
Dari kejauhan aku melihat mereka sedang asik menatap layar ponsel yang ada di tangan Celina. Aku jadi curiga, jangan - jangan mereka sedang menonton ritual ehem - ehem. Memang dasar ABG girang nggak tau tempat.!

"Hayoo.! Nonton apaan kalian.!" Tegurku dengan suara pelan. Keduanya kompak menatapku.

"Jangan mikir yang macem - macem kamu Je. Kita juga tau sikon kali, masa iya nonton kuda - kudaan disini. Nih liat,,," Celina menyodorkan ponselnya padaku.
Dia menunjukan foto wanita bertubuh seksi dengan kedua bongkahan yang besar, juga memiliki paras yang cantik.
"Foto siapa itu,,?" Tanyaku.

"Ya ampun Je,, masa foto model internasional kamu nggak tau,," Celetuk Natasha.
Aku menggelengkan kepala sembari duduk didepan keduanya.

"Mana aku tau.! Aku tuh nggak pernah tertarik sama dunia model atau artis. Jadi nggak kenal sama mereka - mereka,,," Aku mengambil jus milikku yang aku pesan pada Celina sebelum mereka ke kantin tadi. Segar sekali rasanya menyeruput jus mangga siang - siang begini.

"Dia Nadine Je,, model asal Indo yang berkiprah di Amerika,,,"

Uhhukk,,, uhhuukkk,,,
Mendengar nama Nadine membuatku langsung tersedak jus yang baru saja masuk kedalam mulutku.

"Ya ampun,, pelan pelan Je. Nggak ada yang mau minta juga." Ujar Natasha.
Mereka pikir aku tersedak karna minum terlalu buru - buru.

"Kamu nggak papa Je.?"

Tanpa menghiraukan kepanikan mereka, aku langsung merebut ponsel yang ada di tangan Celina.
"Coba liat,,"
Aku kembali memandangi dengan seksama foto model yang bernama Nadine ini. Apa mungkin Nadine ini adalah orang yang sama.? Nadine yang ada kaitannya dengan om Kenzo.
Ah,, rasanya tidak mungkin. Pasti bukan dia.

Tidak mau pusing memikirkan wanita itu, aku langsung mengembalikan kembali ponsel Celina.

"Seksi banget ya Je. Andai aja aku punya bentuk tubuh kaya gini, pasti para papi nggak mau lepas,," Seloroh Celina kemudian terkekeh sendiri.

"Yang ada kamu malah kewalahan Cel. Ditagih jatah mulu tiap hari,," Timpal Natasha.
Aku hanya diam saja menyimak pembicaraan mereka yang semakin lama semakin ngelantur.
Tau sendiri mulut mereka seperti apa, filternya sudah tidak sanggup lagi menyaring ucapan mereka yang terlalu fulgar.

**


Aku memasuki gedung apartemen sederhana. Ternyata malam itu kak Nicho sempat mengantarkan kak Fely pulang. Namun kak Fely tidak mengijinkan kak Nicho untuk masuk ke dalam apartemennya. Kak Fely bahkan langsung masuk dan mengunci pintunya, dia enggan membuka pintu meski kak Nicho terus menggedornya. Sampai akhirnya kak Nicho di tegur oleh satpam dan di usir.

Aku sempat ingin tertawa saat kak Nicho menceritakan kejadian itu. Aneh saja rasanya. Seorang Nicholas yang memiliki segalanya dan berwajah tampan, harus berjuang mengejar cinta sampai seperti itu. Padahal aku tau betul seperti apa wanita - wanita diluar sana yang terus mengejar kak Nicho. Dulu saat dia masih kuliah disini, banyak teman wanita kak Nicho yang mendekatiku. Mereka datang kerumah dengan membawa banyak makanan dan boneka untukku. Tentu saja aku yang masih kecil dan lugu, sangat senang mendapatkan semua hadiah itu. Ternyata semua itu hanya trik untuk mendapatkan hati kak Nicho.

Aku menarik nafas dan membuangnya perlahan. Aku sedikit gugup untuk bertemu dengan kak Fely. Bingung harus mulai dari mana untuk menjelaskan pada kak Fely, sekaligus mengorek informasi untuk mengetahui alasan kak Fely yang sebenarnya.

Meski ragu, aku tetap memencet bel. Berharap kak Fely ada di dalam saat ini.
Tak berselang lama, pintu di buka. Kak Fely sedikit terkejut melihatku.

"Hai kak,, apa kabar,,,?" Aku menyapanya seolah tidak pernah terjadi sesuatu antara kak Fely dan kak Nicho.

"Baik Je,,," Meski kak Fely menjawab sapaanku, namun matanya melihat kesekeliling. Aku tau apa yang kak Fely pikirkan.

"Aku dateng sendiri kak. Kak Nicho sudah kembali ke New York setelah malam itu." Ucapku bohong.
Aku hanya ingin tau bagaimana reaksi kak Fely.
Seketika wajah manisnya berubah, dia nampak melamun.

"Kak,, aku boleh masuk,,?" Suaraku mengagetkannya. Entah apa yang sedang kak Fely pikirkan tadi.

"Oh iya,, masuk Je."

Kami masuk kedalam. Apartemennya sangat sepi.

"Mau minum apa Je.? Kamu langsung ke sini abis sekolah.?"

"Apa aja kak." Aku duduk di sofa leter L.
"Iya kak, abisnya males kalau pulang dulu. Dirumah juga nggak ada temen,,"
Kak Fely hanya tersenyum, lalu meninggalkanku di ruang tamu seorang diri.
Dia kembali dengan membawa dua oren jus.

"Di minum dulu Je,," Kak Fely tetap ramah dan baik seperti dulu. Aku jadi kangen hangout bareng kak Fely.

"Ibu Grace mana kak.?" Tanyaku setelah meneguk sedikit oren jus yang di sodorkan oleh kak Fely.
Aku memang sudah biasa memanggil ibu kak Fely dengan sebutan Ibu juga, karna dulu hubunganku dengan mereka memang sangat dekat.

Bukannya menjawab, kak Fely malah kembali melamun. Sepertinya dugaanku benar. Aku yakin ada sesuatu yang terjadi dan disembunyikan rapat - rapat oleh kak Fely pada kami. Dari raut wajahnya saja, aku bisa melihat kalau kak Fely sedang memiliki masalah.

"Kak.!" Lagi - lagi aku harus menyadarkan kak Fely dari lamunannya.

"Hah.?" Kak Fely bengong menatapku.

"Kakak baik - baik aja kan.? Ibu Grace juga.?" Tanyaku hati - hati.

Tess,,,, tesss,,
Air mata kak Fely tumpah. Aku dibuat bingung dengan keadaan ini, namun aku segera menghampiri kak Fely dan memeluknya dari samping. Meskipun aku belum tau apa yang terjadi, tapi aku yakin kak Fely butuh orang yang bisa menguatkannya saat ini.

"Ibu koma, Je,,," Ucap kak Fely dengan suara yang bergetar. Dia terlihat sangat rapuh. Aku pun syok mendengarnya. Segera ku tatap kak Fely.

"Sejak kapan kak.? Apa ini yang membuat kakak meninggalkan kak Nicho.?" Aku menatapnya dengan rasa penasaran yang tinggi.
Sejak dulu kak Fely memang tidak mau merepotkan kak Nicho, dia bahkan selalu menolak jika kak Nicho membantu keuangannya atau membantu biaya pengobatan ibu Grace.

"Ibu di rawat di Singapura sejak setahun yang lalu. Sudah dua bulan ini ibu koma,," Kak Fely menjelaskannya sambil terus menangis.
Sejak satu tahun yang lalu.? Itu artinya sejak kak Fely memutuskan hubungannya dengan kak Nicho.
Kenapa kak Fely harus melakukan semua ini.? Kenapa dia harus menambah luka disaat dia juga sedang terluka karna sakit yang diderita oleh ibunya.

"Kenapa kakak nggak cerita sama aku dan kak Nicho.? Kenapa kakak harus menyimpan kesedihan ini sendiri.? Aku dan kak Nicho akan selalu ada buat kakak, kami pasti akan membantu kakak. Tapi kenapa kak Fely memilih untuk pergi.?"

Aku yakin kak Nicho juga belum tau tentang kabar ini. Entah bagaimana reaksi kak Nicho kalau dia tau saat ini ibu kak Fely sedang koma. Dia pasti akan sedih, membayangkan kak Fely harus menanggung semua ini sendirian.

"Maafin kakak Je. Tapi kakak mohon, jangan ceritain semua ini sama kakak kamu,," Kak Fely menggenggam tanganku, dia benar - benar memohon agar aku tidak menceritakannya pada kak Nicho.

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang