13. Kembali bertemu

27.5K 677 2
                                    

Aku pulang kerumah dengan wajah yang kembali ceria. Seperti saat aku pulang setelah bertemu dengan om Kenzo waktu itu.
Rasanya sudah tidak sabar untuk bertemu dnegannya jam 5 sore nanti. Om Kenzo akan menjemputku, di tempat saat om Kenzo mengantarku pulang satu minggu yang lalu.

Aku langsung masuk kedalam walk in closet, mencari baju yang sesuai untuk aku pakai nanti. Aku akan mengikuti saran dari kedua sahabatku yang sudah profesional dalam bidangnya. Apalagi kalau bukan urusan goda - mengoda. Saat ini aku merasa sudah gila. Ya, aku gila hanya karna ingin merasakan kebahagiaan sekaligus kenikmatan.
Tapi aku yakin, masih banyak remaja di luar sana yang lebih gila dariku. Melakukan hal yang sudah jelas tidak di benarkan dalam hal apapun. Tapi ini hidupku. Ini duniaku. Aku berhak melakukan apapun dan siap menerima konsekwensinya. Bukankah itu simpel,,?

Setelah hampir satu jam berendam di dalam bathtub, aku segera mandi dan bersiap untuk pergi. You can see warna putih dan rok hitam di atas lutut, melekat sempurna di tubuhku. Aku memakai jaket untuk menutupi tubuh bagian atasku yang berbalut kain minim hingga memperlihatkan lekuk tubuhku. Aku memoles wajah dengan riasan natural. Menurutku, wajah ini akan jauh lebih menggemaskan jika tidak memakai make up berlebihan. Percaya diri sekali aku.

Aku pamit pada penjaga rumah. Juga berpesan padanya untuk memberitahukan mama dan papa kalau aku akan menginap dirumah Celiana.
Aku menunggu di tempat yang sudah aku janjikan. Tak berselanh lama, mobil mercy berhenti di depanku. Aku bisa menebak jika itu mobil om Kenzo. Benar saja, begitu aku mendekat, pintu mobil langsung dibuka olehnya. Aku tersenyum manis pada om Kenzo.

"Hay om,,," Sapaku ramah dengan mata berbinar. Aku sudah seperti menemukan harta karun yang berharga di depan mataku.

Om Kenzo tersenyum.
"Ayo masuk,,,"
Aku menurut, langsung masuk dan menutup pintu mobil. Setelah itu, om Kenzo melajukan mobilnya.

"Gimana sekolah kamu,,,?"
Aku yang tadinya sedang asik memandangi wajah tampan om Kenzo sambil melamun, kini menatapnya heran. Pertanyaan macam apa itu.? Sejak kapan sugar daddy seperti orang tua yang menanyakan tentang sekolahku. Bahkan orang tuaku saja tidak pernah menanyakan hal itu.

"Gimana apanya om,,,?"
Sejujurnya aku masih sedikit bingung dengan pertanyaan om Kenzo. Entah dia menanyakan tentang biaya, keseharianku di sekolah, atau tentang prestasiku.

"Gimana keseharian kamu di sekolah, apa ada masalah.? Atau kamu yang sering bikin masalah,,,?" Jelas om Kenzo, dia sedikit tertawa di akhir kalimat. Tawa yang seolah sedang meledekku.

Aku diam sejenak, menatap om Kenzo yang terlihat serius ingin mengetahui tentang keseharianku di sekolah. Aku juga melihat ketulusan di matanya saat bertanya padaku.
Aku merasa om Kenzo sangat perhatian dan peduli padaku. Dia menanyakan hal yang tidaj pernah di tanyakan oleh wanita yang melahirkanku. Dadaku terasa sesak. Kenapa harus orang yang baru aku kenal yang membuatku merasa dianggap keberadaannya. Kenapa bukan kedua orang tuaku.
Air mataku menetes, hatiku terlalu melow. Segera ku hapus air mataku sebelum om Kenzo melihatnya.

"Aku ini anak baik - baik om. Mana pernah bikin masalah di sekolah. Kalau bikin para siswa berantem sih sering,,," Sahutku cepat hampir tanpa jeda.

"Berantem kenapa,,?" Om Kenzo melirikku sekilas, lalu kembali fokus menyetir.

"Gara - gara ngerebutin aku om,," Jawabku santai. Om Kenzo tertawa, tawa yang terdengar mengejek.

"Emangnya kamu punya apa sampe direbutin.? Apa disekolah cuma kamu doang yang perempuan,,?"  Om Kenzo benar - benar mengejekku. Dia menahan tawa sambil bicara padaku.

"Kayaknya mata om bermasalah deh. Aku ini cantik, seksi, putih mulus, langsing. Gimana nggak jadi rebutan para cowo di sekolah. Udah gitu aku ini siswi berprestasi,,," Jelasku dengan rasa percaya diri yang tinggi.
Lagi - lagi om Kenzo tertawa. Biarkan saja dia menertawakanku. Aku justru senang karna bisa melihatnya tertawa renyah dan terlihat mempesona. Menggemaskan sekali om Kenzo, jadi sugar baby nya seumur hidup pun aku tidak keberatan.

"Kamu itu  kelewat percaya diri. Mereka nggak tau aja kelakuan kamu di luar sekolah. Kalau meereka tau kamu jadi sugar baby, apa mereka masih mau ngerebutin kamu,,,"

Aku tau om Kenzo hanya berniat untuk meledekku. Tidak aku masukan ke dalam hati ucapan om Kenzo. Lagipula yang di katakan om Kenzo memang benar. Jika mereka tau kelakuanku yang menjijikan ini, jangankan untuk memperebutkanku, mereka pun pasti jijik untuk sekedar menyapaku.

"Kita mau kemana om,,,?" Tanyaku penasaran.
Aku sengaja mengalihkan pembicaraan. Rasanya malas untuk membicarakan keburukanku sendiri, aku hanya ingin bersenang - senang dengan om Kenzo.

"Ke apartemen. Ada pertandingan bola di tv jam delapan nanti. Temenin nonton ya,,,"

Whaattt,,,???
Aku melongo mendengar jawaban om Kenzo. Dia mengajakku bertemu hanya untuk menemaninya menonton pertandingan bola. Padahal otak suci ku yang sudah terkontaminasi ini sudah berkelana jauh. Aku pikir om Kenzo akan meminta haknya, sesuai yang tertulis dalam surat perjanjian. Aku jadi curiga, kenapa om Kenzo tidak pernah membahas hal intim itu. Apa benar dugaan Natasha kalau om Kenzo tidak normal.?
Ya ampun, aku rasa itu tidak mungkin.

"Nonton bola om,,,? Cuma itu.?" Tanyaku dengan wajah yang kebingungan menatapnya.
Aku tidak habis pikir dengan sikap om Kenzo.

"Iya. Memangnya mau apa lagi,,?" Tanyanya, dia seakan sengaja ingin membuatku berkata junur dengan apa yang aku pikirkan saat ini.

"Kirain mau ngajak jalan atau nonton, om. Inu kan malam minggu, banyak pasangan kekasih yang jalan atau nonton." Sengaja tidak aku utarakan apa yang ada di dalam pikiranku.
Aku yakin om Kenzo akan meledekku habis - habisan jika aku mengungkapkan keinginanku yang ingin bermesraan dengannya.

"Kamu lupa kalau kita bukan sepasang kekasih. Sudah jangan banyak protes,,"  Ujarnya tak mau di bantah lagi.
Aku memilih untuk diam. Om Kenzo bisa kesal jika aku banyak bicara dan banyak keinginan.

Kami sudah sampai di apartemen. Padahal pertandingan bola baru akan di mulai lebih dari dua jam lagi. Lalu aku harus apa sekarang.? Duduk berdiam diri di depan tv tanpa berbuat apapun. Sedangkan om Kenzo langsung masuk ke dalam kamarnya. Dia bilang akan mandi.  Saat om Kenzo menjemputku, dia masih mengenakan setelan jas rapi. Sepertinya dia baru saja pulang dari kantor.

Aku merogoh ponsel dari dalam tasku. Ponsel yang baru saja bergetar tadi. Ada pesan masuk dari Celina. Dia menyuruhku untuk menjalankan rencana dengan baik, tak lupa dia memperingatkanku untuk membatalkan kontrak jika om Kenzo tidak tergoda padaku.
Aku sudah panas dingin memikirkannya. Ada rasa penasaran sekaligus takut untuk melakukannya.
Bagaimana kalau om Kenzo benar - benar tidak normal.?

Tanpa pikit panjang lagi, aku langsung melepaskan jaket. Aku benar - benar geli melihat tubuh seksiku yang hanya berbalut you can see dengan tali spageti. Aku meletakkan jaket pada senderan sofa, lalu menyalakan tv agar bisa bisa berpura - pura fokus pada tv jika om Kenzo keluar dari kamar.
Entah ide gila apa yang Celina dan Natasha berikan padaku. Membuatku seperti tidak punya harga diri lagi.

Om Kenzo keluar dari kamarnya. Memakai celana pendek dan kaos polos warna putih. Om Kenzo menghampiriku sembari menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil. Dia duduk di sebelahku tanpa menghiraukan pakaian minimku.

"Kenapa nggak ambil minum.? Kamu nggak haus.?" Tanya om Kenzo tanpa menatapku, fokus mengeringkan rambutnya.
Perlahan aroma maskulin dari parfum om Kenzo, terasa menusuk di hidungku. Membuat jantungku berdetak kencang, ingin rasanya menghambur kepelukan om Kenzo.

"Om,,," Panggilku lirih. Aku memberanikan diri untuk mendekat. Menghapus jarak di antara kami. Om Kenzo menoleh, mata kami saling bertmu. Aku semakin mendekatkan wajahku  sambil memejamkan mata.

***

Likenya jangan lupa ya.😁

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang