15. Takut

28.2K 624 0
                                    

"Kamu nggak perlu tau urusanku. Kenapa,,? Kamu kangen,,?" Lagi - lagi om Kenzo terlihat meledekku dengan mengulum senyum yang tertahan.

"Nggak, biasa aja,," Jawabku bohong. Mana mungkin aku tidak rindu pada laki - laki sebaik om Kenzo. Laki - laki yang sudah memberiku kebahagiaan hanya dalam satu kali pertemuan. Dia juga terlihat peduli padaku dengan menanyakan hal - hal kecil yang tak pernah ditanyakan oleh orang tuaku sendiri. Aku merasa dianggap saat berada disamping om Kenzo.

"Jangan bohong kamu,,," Om Kenzo menarik gemas hidungku.
"Nggak kangen tapi mau nyosor duluan,,," Lanjutnya lagi, kali ini om Kenzo terkekeh.
Aku sangat malu, mungkin saat ini wajahku sudah merona.

"Om,,,!!" Rengekku dengan wajah yang cemberut.

"Dasar bayi,,," Cibirnya. Om Kenzo mengacak - acak rambutku dengan gemas. Dia benar - benar memperlakukanku seperti anak kecil.
Aku membiarkan om Kenzo terus mengacak - acak rambutku. Aku memandangi wajah tampan om Kenzo yang terus tersenyum.

Pertandingan bola sudah dimulai sejak 20 menit yang lalu. Om Kenzo serius sekali menatap layar tv tanpa mengalihkan pandangannya. Sesekali dia berteriak dan mengumpat kesal.
Aku masih setia duduk disamping om Kenzo, diselingi dengan memakan cemilan yang sudah disediakan om Kenzo diatas meja.

Aku terus mencuri pandang kearah om Kenzo. Aku akan tersenyum saat om Kenzo sedang berteriak. Bukan hanya tampan dan baik, tapi dia bisa membuatku senyaman ini. Aku mengaguminya, om Kenzo memang pantas untuk di kagumi. Om Kenzo berbeda, dia tidak seperti sugar daddy yang banyak diketahui oleh orang - orang. Sugar daddy yang hanya mencari kepuasan dari daun muda. Yang hanya memikirkan tentang seks dan kenikmatan semata.

Semakin lama aku merasa bosan dan mengantuk, kebanyakan makan membuat mataku sulit untuk dibiarkan terbuka. Aku bergeser menjauh dari om Kenzo, lalu merebahkan kepala ku dipangkuannya.

"Aku ngantuk om,,," Ujarku. Karna saat itu om Kenzo reflek mengangkat pahanya saat aku meletakan kepala ku.

"Baru setengah sembilan Je, kamu udah teler,," Ledeknya. Aku tidak menggubris ucapan om Kenzo. Aku memejamkan mata, rasanya nyaman sekali tidur dipangkuan om Kenzo.

"Mana jaket kamu.? Kamu bisa kedinginan nanti,,"

"Di ruang makan om, di senderan kursi. Biarin aja om, nggak dingin kok,,," Jawabku tanpa membuka mata. Perlahan kesadaranku mulai hilang, aku sedang dalam perjalanan menuju alam mimpi. Antara tidur dan sadar, aku mendengar om Kenzo yang tekekeh pelan.

"Bayi besar ku,,," Sangat jelas jika itu suara om Kenzo. Aku juga merasakan tangan besarnya mengusap - usap kepalaku. Sesaat kemudian, aku tidak tau lagi yang terjadi. Aku sudah terlelap, masuk ke dalam alam mimpi.

"Je,, Jeje,,, bangun,,,"

"Emmm,,," Aku menggeliat kecil, lalu membuka mata perlahan yang terasa masih berat.
"Kenapa om,,?" Aku bangun dan duduk disebelah om Kenzo.

"Ayo pulang, udah malem."
Aku langsung melirik jam, sudah pukul 10 malam.

"Om udah selesai nonton bolanya,,?" Tanyaku, padahal layar besar didepanku sudah tidak menyala lagi.

"Udah selesai tiga puluh menit yang lalu,,"

Aku mengerutkan kening, itu artinya om Kenzo membiarkan aku tidur dipangkuannya meskipun dia sudah selesai menonton bola.

"Kok om Ken nggak bangunin aku dari tadi,,?"

"Siapa bilang.? Kamu aja yang tidurnya kayak orang pingsang, untung nggak aku jatohin kamu ke lantai,,," Sahutnya cepat. Om Kenzo beranjak dari duduknya.
"Ambil jaket kamu, aku anterin kamu pulang sekarang,," Katanya, lalu masuk kedalam kamar.

Pulang lagi,,? Minggu lalu juga begitu. Setelah bertemu, om Kenzo langsung menyuruhku pulang. Padahal kita belum melakukannya. Sebenarnya apa yang dicari oleh om Kenzo.? Lalu apa gunanya surat perjanjian itu. Kenapa harus ada poin tentang hubungan seksual jika dia tidak mau melakukannya. Om Kenzo sulit untuk ditebak.

Aku tidak mengindahkan perintah om Kenzo, yang menyuruhku untuk mengambil jaket. Aku masih duduk santai di sofa. Aku tidak mau pulang, aku ingin menginap disini bersama om Kenzo. Kali ini aku akan membujuk om Kenzo agar dia mengabulkan keinginanku

"Jeje,,! Kamu nggak denger aku nyuruh apa,," Suara tegas om Kenzo menggema. Aku menatapnya, memasang wajah seimut mungkin dan memohon padanya.

"Ak nggak mau pulang om. Boleh ya nginep disini. Pleaseee,,,," Aku mengatupkan kedua telapak tanganku.
Aku ingin lebih lama lagi berada disamping om Kenzo. Tidak masalah jika om Kenzo enggan menyentuhku lebih dari yang biasa om Kenzo lakukan. Karna menghabiskan banyak waktu bersamanya saja sudah membuatku bahagia.

"Kamu mau cari masalah,? Gimana kalau orang tua kamu nyariin,?"

"Aku sudah ijin kok om, aku udah bilang kalau mau menginap dirumah sahabatku. Jadi aku boleh nginep kan om,,?" Tanyaku dengan mata yang berbinar. Menatap om Kenzo penuh harap.
Om Kenzo menghela nafas pelan. Dia menghampiriku dan duduk disebelahku.

"Kamu mau menggoda lagi.? Aku kan sudah bilang, nggak akan nyentuh kamu diluar batas. Jadi mendingan kamu pulang aja,,,"
Tolakan halus dari om Kenzo membuatku sadar akan harga diriku yang sudah hilang.

"Aku tau om nggak tertarik sama aku, makanya aku mau nginep disini. Om Ken pasti nggak akan macam - macam kan.? Lagian aku cuma pengen nginep aja om, bete di rumah mulu. Sahabatku juga lagi pada ehem - ehem om, sama sugar daddy nya. Jadi mereka nggak ada dirumah."
Aku merebahkan diri di sofa setelah bicara panjang lebar. Posisi ku meringkuk saat ini, karna ada om Kenzo yang duduk di sebelahku.

"Ehem - ehem apa,,?" Tanyanya.

"Jangan pura - pura nggak tau deh om,,," Seru ku.
Aku memejamkan mata. Selagi om Kenzo tidak mendesakku untuk pulang, aku akan manfaatkan kesempatan ini.

"Siapa yang pura - pura. Kamu aja yang ngomongnya nggak jelas. Istilah apa itu ehem - ehem,,," Cibirnya.

"Itu loh om,, berantem di atas ranjang,,," Sahutku cepat. Tidak terdengar lagi suara om Kenzo.
"Om,,," Panggilku. Namun tak kunjung ada jawaban. Aku membuka mata, ternyata om Kenzo sudah tidak ada disampingku. Entah kapan dia beranjak dari sini.
Menyebalkan sekali dia, menghilang tiba - tiba.
Aku bangun dan mencari keberadaan om Kenzo dengan mengedarkan pandangan keseluruh ruangan di apartemen ini.
Aku tersenyum lebar kala melihat om Kenzo yang berdiri di balkon. Segera ku percepat langkah untuk menghampiri om Kenzo.

"Omm,,,,
Suara ku tertahan karna melihat om Kenzo yang ternyata sedang menelfon. Aku takut suaraku akan terdengar lagi di telfonnya. Bagaimana jika istrinya yang sedang menelfon, atau mungkin papanya. Bisa - bisa om Kenzo akan membatalkan berjanjian kami nanti.

"Sampai kapan kamu akan bermain - main,,?!! Jangan tunggu sampai kesabaranku habis.!! Aku bisa saja membunuhnya saat ini juga kalau aku mau,,!!"

Degh,,,!!
Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat. Aku kesulitan untuk bernafas. Dadaku terasa sesak, leherku seperti sedang dicekik.
Aku sangat takut saat ini, seluruh sendiku melemas. Aku kehilangan tenaga sampai tidak kuat lagi untuk berdiri. Aku terus mundur perlahan, kedua tanganku berusaha meraba apapun yang bisa aku gunakan sebagai pegangan untuk menopang tubuhku yang semakin melemas.

Crraaakkkk,,,,!!!
Tanganku tidak sengaja menyenggol vas bunga diatas nakas. Vas keramik itu jatuh dan hancur berserakan di lantai.

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang