30. Drama percintaan

17K 482 8
                                    

"Kak Fely,,,," Ucapku lirih. Aku melihat kak Nicho langsung menengok kebelakang. Aku yakin perasaan kak Nicho saat ini pasti bercampur aduk, setelah 1 tahun tidak bertemu dengan wanita yang amat dia cintai.

Tanpa pikir panjang, kak Nicho langsung berdiri dan menghampiri kak Fely. Aku masih duduk di tempatku, kak Fely terlihat kaget melihat kak Nicho yang tiba - tiba menghadang jalannya.

"Ikut aku,,!" Aku mendengar ketegasan dari suara kak Nicho, dia mencengkram tangan kak Fely. Perlakuan kak Nicho pada kak Fely membuatku kaget. Ini pertama kalinya aku melihat sisi yang berbeda dari kak Nicho. Aku tidak pernah melihat kak Nicho sekasar itu pada kak Fely.

"Lepasin Nich,,,!" Kak Fely menarik tangannya dari genggaman kak Nicho. Suasana di restoran itu mulai bising. Mereka saling berbisik, melihat kedua sejoli yang saat ini menjadi pusat perhatian.

"Ikut atau aku akan menggendongmu.!" Kak Nicho kembali mencengkram tangan kak Fely, lalu menariknya keluar dari restoran. Kak Fely hanya diam, berjalan menyeimbangkan langkah kak Nicho yang setengah menyeretnya.
Aku masih duduk diam ditempatku, bingung harus berbuat apa. Tidak mungkin aku menyusul mereka, saat ini pasti sedang terjadi perdebatan di antara keduanya.
Aku harap mereka bisa menyelesaikan masalah dengan cara baik - baik. Semoga saja kak Nicho tidak melakukan kekerasan pada kak Fely.

Hingga makanan datang, kak Nicho belum juga kembali. Aku semakin cemas, takut terjadi sesuatu di antara mereka. Karna tidak tenang, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari restoran. Berdiri didepan restoran dengan mengedarkan pandangan untuk mencari keduanya. Namun aku tidak melihat mereka.
Entah kemana kak Nicho membawa kak Fely pergi. Tapi mobil milik kak Nicho masih terparkir disana.

"Jangan - jangan,,,?"
Aku langsung berlari mendekati mobil kak Nicho. Mobil yang memiliki kaca gelap jika dilihat dari luar. Aku yakin kak Nicho membawa kak Fely kedalam mobilnya.

Aku tersentak begitu pintu mobil belakang terbuka, membuatku reflek mundur beberapa langkah. Kak Fely keluar dari mobil dalam keadaan menangis. Dengan telapak tangan yang terus mengusap bibirnya.

"Kak Fely,,," Aku menahan tangan kak Fely.

"Je,,," Kak Fely memelukku, dia semakin terisak dengan badan yang gemetar.
"Hubungan kami udah berakhir Je, tolong bilang sama dia jangan mengangguku lagi,," Ucapnya setelah melepaskan pelukannya.

"Aku nggak akan ganggu kamu, asal bawa laki - laki itu kehadapanku.!" Kak Nicho keluar dari mobil, tatapannya sangat tajam pada kak Fely.

"Dia dan kamu nggak punya urusan.! Tolong jangan egois.!" Tegas kak Fely, dia segera berlari meninggalkan kami.

"Udah kak.! Nggak begitu caranya." Aku menahan kak Nicho yang hendak mengejar kak Fely. Aku bisa melihat kemarahan yang terpendam dari raut wajahnya. Dia terus menatap kepergian kak Fely dengan sorot mata tajam.

"Kakak malah bikin kak Fely takut. Kakak udah nyakitin kak Fely. Apa kak Nicho nggak bisa bicara baik - baik.?!" Aku kesal sendiri pada kakakku ini. Ternyata kak Nicho bisa berlaku kasar pada wanita yang dia cintai. Aku jadi heran, kenapa kak Nicho tega berbuat seperti itu pada kak Fely. Sesakit hati itukah kak Nicho.? Atau dia tidak bisa menerima kenyataan untuk berpisah dengannya.

"Kesabaran seseorang ada batasnya Je. Selama ini kurang apa kakak sama dia.? Tapi dengan mudahnya dia mengakhiri hubungan kami. Apa susahnya menunggu,,!!" Geram kak Nicho. Dia meremas kasar rambutnya, lalu menendang ban mobil untuk meluapkan kekesalannya.

"Iya tapi nggak gitu juga caranya kak. Yang ada kak Fely malah makin menjauh. Gimana kakak bisa perbaiki hubungan nantinya. Kak Fely aja tadi keliatan takut banget sama kakak,,"
Aku berusaha untuk memberikan nasehat pada kak Nicho, meskipun aku tidak tau apa yang aku ucapkan sudah benar atau belum. Tapi aku mencoba untuk melihat fakta yang ada di depan mata.

Kak Nicho mengusap kasar wajahnya. Dia terlihat sangat kacau. Aku bisa merasakan hal itu.
"Ayo pulang,,," Ajaknya.
Aku menatap kesal pada kak Nicho, seenaknya saja mengajakku pulang.

"Aku tau mood kakak lagi buruk, tapi nggak maen pulang gitu aja dong kak. Makanan kita baru aja dateng, ayo makan dulu." Aku menarik tangan kak Nicho, mengajaknya untuk kembali masuk ke restoran.

"Je, kakak udah nggak nafsu makan. Kamu makan dirumah aja nanti. Ayo pulang,,,"
Kak Nicho masih saja memaksaku untuk pulang.

"Aku nggak mau. Kakak aja sana yang pulang. Aku bisa pulang sendiri. Lagian sayang makanannya, udah di bayar,,,"

"Yaudah terserah kamu, kakak pulang. Kamu langsung pulang kalo udah selesai makan,,"

"Iya. Kakak hati - hati bawa mobilnya, jangan mentang - mentang lagi sakit hati, bawa mobil sampe ugal - ugalan." Ledekku.

"Anak kecil tau apa,,," Kak Nicho tersenyum, lalu masuk kedalam mobilnya.

Aku hanya bisa menghela nafas. Rumit sekali hubungan asmara orang dewasa. Aku yakin baik kak Nicho maupun kak Fely, mereka masih saling mencintai. Meskipun aku bisa melihat kak Fely sedikit takut saat melihat sikap kasar kak Nicho tadi, namun masih ada cinta dari sorot matanya. Entah apa yang membuat kak Fely akhirnya memilih untuk meninggalkan kak Nicho. Aku yakin pasti ada alasan lain, bukan hanya ingin menuruti permintaan ibunya.
Huffttt,, aku terlalu belia untuk memahami percintaan orang dewasa.

Aku kembali masuk kedalam restoran, sayang sekali kalau makanan sebanyak ini tidak di makan. Baru saja akan memasukan makanan ke mulutku, aku kembali dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang mampu membuat senyumku merekah. Siapa lagi kalau bukan om Kenzo. Apa ini yang di namakan jodoh pasti bertemu.? hihihi,,,
Aku terkekeh geli dalam hati.

Tanpa menunggu lama, aku langsung bergegas menghampiri om Kenzo.
"Hai om,,," Sapaku dengan ceria seperti biasa. Aku sadar kalau sikapku pada om Kenzo seakan sedang berusaha untuk menarik perhatiannya. Sedikit manja dan menggemaskan menurutku, tapi entah bagaimana menurut om Kenzo. Aku harap dia tidak ilfill dengan sikapku.

"Je,,," Ucapnya, om Kenzo mengedarkan pandangannya sejenak. Lalu kembali menatapku.
"Lagi ngapain kamu.? Sama siapa.?"

"Makan lah om. Tadinya sama kakak aku, tapi dia udah pulang." Jawabku cepat.

"Kamu ditinggalin.?" Ada nada kecemasan dari suaranya. Senang sekali rasanya, aku merasa om Kenzo perhatian padaku.

Aku menggelengkan kepala.
"Aku yang minta di tinggalin. Tadi kakak ku abis ketemu sama mantannya disini, terus mereka ribut. Eh,, malah ngajak aku pulang. Kan sayang makanannya, udah dipesen nggak ada yang makan." Aku menunjuk mejaku. Om Kenzo hanya menganggukan kepala.

"Om sama siapa.? Lagi nunggu seseorang ya,,?' Tanyaku karna om Kenzo masih terus mengedarkan pandangannya. Belum sempat dia menjawab, ponsel miliknya berbunyi.
Dia merogohnya dari saku jaket. Om Kenzo terlihat menghela nafas, lalu kembali memasukan ponselnya.

"Kenapa om,,?"

"Nggak bisa dateng, lagi ada urusan mendadak." Kata om Kenzo.
Aku ber O ria sembari menganggukan kepala. Enggan bertanya lebih jauh siapa yang akan dia temui.

"Temenin aku makan yuk om, nggak nih enak makan sendirian."
Om Kenzo menyetujui ajakanku. Tentu saja hatiku berbunga - bunga saat ini. Ternyata ada untungnya juga kak Nicho pulang lebih dulu. Aku bisa dinner dengan om Kenzo malam ini. Ya ampun,,, berasa sedang kencan kalau seperti ini.

"Katanya mau ke Paris om.? Kapan,,?" Tanyaku.

"Besok Je. Mau ikut,,?"
Aku tau om Kenzo sedang bercanda. Dia sedikit mengulum senyum. Aku menggeleng pelan.

Kami menghabiskan makan malam tanpa banyak bicara. Om Kenzo memilih untuk memakan makanan milikku. Sedangkan aku memakan makanan yang di pesan kak Nicho.
Aku pikir om Kenzo tidak mau memakannya, tapi dia tidak protes saat aku memintanya untuk menghabiskan makanan kami.

"Mau langsung pulang,?" Tanya om Kenzo setelah kami selesai makan. Aku menggelengkan kepala sembari menarik kedua sudut bibirku.
"Aku tau apa yang ada di pikiran kamu,," Om Kenzo mengacak - acak rambutku.

****

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang