28. Ada waktunya

15.6K 475 13
                                    

Om Kenzo bilang, enak jika duduk di balkon pada saat sore hari. Enak apanya,,?? Aku hanya bisa melihat gedung - gedung yang menjulang tinggi dari atas sini. Juga melihat matahari yang perlahan akan terbenam. Om Kenzo menyandarkan punggungnya pada senderan kursi, dengan kedua telapak tangan yang berada dibelakang kepalanya. Pandangan mata om Kenzo lurus kedepan, terlihat menerawang jauh dari sorot matanya.

Sepertinya om Kenzo sedang galau. Aku memang bisa merasakannya sejak baru datang ke apartemen ini. Namun kegalauan om Kenzo semakin bertambah setelah mengangkat telfon dari wanita bernama Nadine.
Apa yang harus aku lakukan untuk menghadapi om Kenzo yang sedang galau.? Mungkin kami akan terus berdiam diri jika aku tidak membuka pembicaraan.

"Om,,,,
Baru saja memanggil om Kenzo, ponselku sudah berdering. Aku merogoh ponselku di dalam saku baju.

"Siapa,,,?" Om Kenzo terus menatap ponsel yang ada ditanganku.

"Kakak ku om,,, sebentar ya om, aku angkat dulu." Aku beranjak meninggalkan om Kenzo di balkon. Om Kenzo hanya mengangguk pelan.

"Hallo kak,,,," Sapaku dengan ceria seperti biasa. Beruntung saat ini kak Nicho tidak melakukan panggilan vidio. Aku akan gelagapan jika itu terjadi. Mau beralasan apa aku.

"Kamu dimana Je,,?"
Pertanyaan kak Nicho membuatku senang.

"Kak Nicho pulang,,? Kenapa nggak ngabarin,,?"

"Kejutan,,, tapi orangnya nggak ada dirumah,"
Mataku semakin berbinar, aku sangat bahagia mendengar kepulangan kak Nicho. Dia pulang lebih awal. Aku sudah tidak sabar untuk pergi jalan - jalan bersamanya.

"Yeeeaayyy. Aku otw sekarang kak. Lagi dirumah Celina,," Ujarku bohong.

"Hati - hati, jangan ngebut Je,,," Pesannya.

"Siap kak. Byee,,,"
Aku mematikan telfon, berlari keluar dari kamar om Kenzo dan pergi ke ruang tamu untuk mengambil tasku.

"Mau kemana kamu,?"
Aku berbalik badan setelah mendengar suara om Kenzo. Aku tersenyum menatapnya.

"Aku pulang dulu ya om,,," Seruku dengan ceria.

"Jangan coba - coba pulang kalo aku nggak ngijinin,,," Mataku membulat setelah mendengar jawaban om Kenzo. Dia tidak mengijinkan aku untuk pulang saat ini.

Aku mendekat pada om Kenzo, bergelayut pada lengannya yang sedang di silangkan didepan dada.
"Kakak aku baru pulang dari New York om, aku harus pulang sekarang. Boleh ya om,,," Rayuku dengan suara manja untuk membujuk om Kenzo. Tak lupa memasang wajah memelas untuk menarik simpatinya.
Aku bisa melihat saat ini om Kenzo seperti sedang menahan tawanya. Kedua bibirnya dikatupkan rapat - rapat. Om Kenzo kembali memasang wajah datar saat menyadari jika aku memperhatikannya.

"Aku nggak mempan dibujuk pake cara anak kecil kayak gitu,,," Ucapnya datar.
Aku diam sejenak, mencerna ucapan om Kenzo. Dia enggan dibujuk dengan rayuan, lalu aku harus menggunakan cara seperti apa.?
Mungkinkah aku haruss,,,?

Aku langsung menatap om Kenzo, dia nampak menarik sudut bibirnya.
"Udah selesai mikirnya,,?" Tanyanya lalu tersenyum tipis. Aku mengangguk cepat, tak lupa membalas senyum om Kenzo.

Aku bergeser untuk berdiri didepan om Kenzo, mengalungkan kedua tanganku di lehernya dengan manja. Tanpa malu, aku me***at bibir om Kenzo. Menciumnya tanpa jeda, tidak membiarkan om Kenzo untuk membalasnya.
Kedua tangan om Kenzo meraih pingganggu, menarikku kedalam pelukannya.

"Sejak kapan kamu jadi pinter,,," Ledek om Kenzo setelah aku melepaskan ciumannya.

"Aku itu dari lahir emang udah pinter om,,," Aku menyengir kuda, juga masih mengalungkan tangan di leher om Kenzo.

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang