5. Dibatalkan

48.9K 1K 8
                                    

Aku bisa melihat perubahan di wajah om Kenzo yang terlihat lebih cerah dari sebelumnya. Wajah yang tadinya seperti menyimpan beban, kini perlahan mulai sirna. Apa dugaanku benar, kalau om Kenzo juga kesepian dan butuh kebahagiaan sepertiku.? Dan dia sedang mencari kebahagiaan dengan cara yang salah, seperti yang akan aku lakukan sekarang.

"Kamu pikir aku dukun bisa baca pikiran orang,," Kata om Kenzo. Sisa - sisa tawa masih tertinggal di bibirnya. Aku merasa ikut bahagia melihatnya seperti itu.

"Ya kali aja om. Oh ya om, emangnya mau ngapain ke apartemen,,? Kita nggak langsung itu kan om,?" Tanyaku lagi. Aku masih saja penasaran, dan memberanikan diri bertanya pada om Kenzo.

Om Kenzo melirikku, perlahan dia menepikan mobilnya dan berhenti pada jalan yang sepi.

"Mau nunjukin surat perjanjian yang harus kamu tanda tangani. Nggak langsung apa maksud kamu,,?" Tanya om Kenzo dengan tatapan yang sulit di artikan.

Astaga,,, aku benar - benar sangat malu saat ini. Aku pikir om Kenzo akan langsung meminta kepuasan dariku. Seperti yang di ceritakan oleh Celina dan Natasha, jika sugar daddy mereka langsung meminta haknya saat itu juga.
Aku mendadak salah tingkah dan tidak berani menjawab, aku menundukan pandangan dan menggit bibir bawahku.

"Sepertinya manis,,," Aku mendongak begitu mendengar ucapan om Kenzo. Sesaat aku tidak tau apa maksud ucapannya. Namun perlahan aku mengerti, om Kenzo sedang mengomentari bibirku. Karna pandangan mata om Kenzo tak lepas dari bibirku.

"O,,om,, om mau ngapain,," Ucapku gugup karna om Kenzo semakin mendekat padaku.
Dia menarik tengkuk ku, tanpa meminta persetujuan dariku, dia mencium dan m******p bibirku dengan lembut namun penuh n***u.

Aku terpaku, namun ku biarkan om Kenzo terus menciumku. Aku merasakan sensasi yang luar biasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Tubuhku bahkan menegang, seperti sedang di aliri arus listrik bertegangan tinggi. Aku menunduk malu setelah om Kenzo melepas ciumannya. Terdengar deru nafas om Kenzo masih memburu, begitu juga denganku.

"First kiss,,?" Katanya. Tebakan om Kenzo sangat benar. Wajar jika om Kenzo tau kalau itu ciuman pertamaku, karna bibirku yang kaku dan tidak membalas ciumannya. Aku mengangguk untuk menjawab pertanyaan om Kenzo.

"Kamu masih virgin.?" Ujarnya lagi. Aku bisa apa selain mengangguk. Memang benar aku masih virgin, bahkan tidak pernah tersentuh laki - laki manapun.
"Ok,,, kita batalkan saja. Aku nggak mau ngerusak kamu. Rumah kamu dimana.? Biar aku anter pulang,,," Katanya.

Aku menatap om Kenzo dengan mata yang berkaca - kaca. Aku kecewa karna om Kenzo akan membatalkan niatnya untuk menjadikanku sebagai sugar babynya. Kenapa harus dibatalkan hanya karna aku masih virgin.? Bukankan justru akan menguntungkan baginya.? Karna dia akan menjadi yang pertama.

"Kenapa om.? Kenapa harus batal.? Harusnya om seneng dong punya sugar baby yang masih virgin. Jangan di batalin ya om, pleasee,,," Protesku. Kemudian aku memohon padanya. Aku merasa nyaman dan aman saat bersama om Kenzo. Aku tidak mau melepaskan om Kenzo begitu saja.

"Kamu itu anak baik - baik, aku yakin kamu juga belum pernah ke club kan.? Aku tidak mau menjadi orang pertama yang akan merusakmu,," Katanya.

Aku tidak tau apa yang ada di dalam pikiran om Kenzo. Setauku, sugar daddy yang pernah bersama Celina dan Natasha tidak akan peduli pada masa depan sugar babynya. Tapi kenapa om Kenzo begitu peduli pada ku. Kali ini aku semakin yakin jika om Kenzo benar - benar laki - laki yang berbeda, dia tidak hanya butuh kepuasan semata. Tekatku semakin kuat untuk tidak melepaskan om Kenzo. Dia harus menjadi sugar daddy ku.!!!

"Aku tidak akan keberatan jika harus menyerahkannya pada om. Jadi aku mohon, terima aku ya om,,,," Sekali lagi aku memohon tanpa malu. Aku merendahkan harga diriku serendah - rendahnya didepan om Kenzo.
Untuk apa.? Tentu saja untuk mengejar kebahagiaanku yang belum pernah aku rasakan seumur hidupku.

"Aku akan mengantarmu pulang, ayo katakan dimana rumahmu,,"

Aku menatap kesal pada om Kenzo, percuma saja aku memohon padanya. Om Kenzo masih teguh pada pendiriannya untuk membatalkan kerja sama kami.

"Aku nggak mau pulang om.! Anterin aku ke club saja.!" Jawabku ketus. Aku membuang muka keluar jendela, enggan menatap om Kenzo yang sudah membuatku putus asa.
Ku dengar om kenzo tertawa.

"Club.? Club apa yang buka jam segini.?" Katanya meledek.

"Aku nggak peduli om, pokoknya anterin aku ke club. Aku mau nunggu disana sampai clubnya buka.!" Sahutku. Aku sudah terlanjur kesal dan kecewa pada om Kenzo. padahal aku hampir mendapatkan kebahagiaan ku, tapi om Kenzo menghancurkannya begitu saja sebelum sempat aku rasakan.

Om Kenzo tidak membalas perkataanku. Dia kembali melajukan mobilnya. Entah kemana om Kenzo akan membawaku. Sepanjang perjalanan kami saling terdiam.
perlahan mobil om Kenzo memasuki gedung apartemen mewah. Aku bisa menebak kalau om Kenzo membawaku ke apartemennya.
Apa itu artinya om Kenzo tidak jadi mematalkannya.?
Seulas senyum kembali menghiasi wajahku, aku sangat bahagia karna om Kenzo membawaku kesini, bukan ke club.

Aku mengikuti langkah om Kenzo sampai ke dalam apartemennya yang mewah dan luas.

"Duduk Je,,, Kamu mau minum apa.?"
Aku menurut dan duduk di sofa.

"Apa aja om, asal jangan air keran ya. hehe,,," Jawabku asal. Ku lihat om Kenzo kembali tersenyum, lalu beranjak ke dalam.

Aku menatap om Kenzo yang datang dengan membawa dua minuman kaleng di tangannya. Namun fokusku tertuju pada kedua lengannya yang kekar berotot. Om Kenzo sudah melepaskan jaket kulitnya, bentuk badannya jadi semakin terlihat atletis karna hanya mengenakan kaos lengan pendek yang pas di tubuhnya.
Rasanya aku ingin menyentuh otot - otot seksi yang tercetak di badannya. Ya ampun,,, entah sejak kapan pikiranku jadi seliar ini.

"Ngeliatin apa kamu.? Kecil - kecil udah mesum." Celetuk om Kenzo. Lagi - lagi aku ketahuan sedang memikirkan hal kotor. Om Kenzo selalu saja bisa menebak pikiranku. Malu sekali rasanya.

"Kecil apanya sih om.? Aku tuh udah gede tau, udah dewasa. Umur aku udah mau delapan belas tahun loh om,," Ujarku, aku menolak di bilang kecil. Lagipula postur tubuhku juga tinggi, kalau disebut kecil rasanya kurang pantas.
Aku memiliki tinggi 169 cm, mungkin keturunan papa yang memang memiliki tubuh tegap dan tinggi.

"Delapan belas tahun itu masih ingusan. Nggak usah sok - sokan bilang dewasa, lagian ke club aja belum pernah, pacaran juga belum pernah kan,,?" Kata om Kenzo, dia sudah duduk dan tengah membuka minuman kaleng di tangannya, lalu memberikannya padaku. Aku menerimanya dengan seulas senyum. Perhatian sekali om Kenzo. Minum pun sampai dibukain segala.

"Yaudah sekarang kita pacaran aja om. Terus ke club deh. Gampang kan,,?" Ujarku santai. Aku menenggak sedikit minuman kaleng di tanganku, rasanya lebih segar dan enak, mungkin karna minumnya sambil ngelihatin om Kenzo yang manis dan tampan.

Om Kenzo menghela nafas.
"Kamu tau kan profesi yang akan kamu jalani itu seperti apa.?" Tanya om Kenzo dengan nada yang sangat lembut. Bukannya langsung menjawab pertanyaannya, aku malah terpesona dengan kelembutan suaranya.

"Ta,,taulah om,,," Jawabku gagap karna baru saja tersadar.
"Sahabat aku udah cerita semuanya sama aku om. Jadi gimana om.? Nggak batal kan om.?" Tanyaku dengan penuh harap.

"Tentu saja batal.!" Jawabnya tegas.
Aku tidak tau apa yang ada di dalam pikiran om Kenzo. Kalau memang dia mau membatalkannya, lalu kenapa dia mengajakku ke apartemennya. Padahal aku sudah berharap dan sangat senang saat om Kenzo membawaku kesini. Nyatanya dia hanya memberikan harapan palsu saja padaku.

****


Jangan lupa tinggalkan like.

Happy reading😊

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang