Bab 25. Penasaran

18.2K 531 4
                                    

Om Kenzo sibuk sekali, sejak tadi dia belum beranjak dari laptop di depannya. Aku sampai bosan berdiam diri disampingnya. Sesekali aku memainkan ponsel untuk membalas pesan grub dari Celina dan Natasha.
Kantukku bahkan mulai menyerang. Entah kenapa rasanya sangat lelah dan mengantuk.
Apa mungkin efek dari permainan om Kenzo tadi.? Aku merasa mengeluarkan banyak tenaga saat seluruh badanku menegang.

"Om,,," Panggil ku lirih, aku takut mengganggu konsentrasinya.
"Om,,," Sekali lagi aku memanggilnya, namun om Kenzo tidak bergeming. Pikirannya sudah terfokuskan pada layar laptop didepannya, sampai tidak mendengar suara disekitarnya. Padahal jarak kami sangat dekat.
Aku menghela nafas pelan lalu memilih untuk beranjak. Lebih baik aku pulang saja dan tidur dirumah, dari pada harus jadi patung disebelah om Kenzo.

"Je,,! Diam disini atau kontrak berakhir.!" Seru om Kenzo dengan ancaman, hingga membuatku langsung menghentikan langkah dan berbalik badan. Dia melihatku pergi, tapi tidak mendengar suaraku. Saat ini matanya bahkan masih menatap laptop.

"Bukannya om Ken sibuk.? Aku pulang aja ya om, takut ganggu. Aku juga cape plus ngantuk berat." Jelasku.

"Jangan nyetir kalau ngantuk. Sini,,," Kali ini om Kenzo mentapku sambil menepuk pahanya. Kenapa malah memintaku untuk duduk dipangkuannya.? Bukankah itu akan mengganggu pekerjaannya.?

"Tidur disini,," Ujarnya sekali kali lagi.
Ternyata om Kenzo menyuruhku untuk tidur dipangkuannya. Tentu saja aku tidak menolak.
Aku mengangguk dan kembali mendekat pada om Kenzo. Aku berbaring meringkuk dengan kepala berapa di pangkuan om Kenzo.

"Emangnya nggak ganggu kerjaan om Ken,,?" Tanyaku, aku menatap wajah om Kenzo dari bawah. Om Kenzo menunduk, terlihat seulas senyum tipis mengembang di wajahnya

"Nggak, tidur aja,," Sahutnya. Tak lupa dia mengusap lembut kepalaku, namun setelah itu kembali fokus pada pekerjaannya.

Parfum maskulin milik om Kenzo terasa menusuk hidungku. Memberikan ketenangan dan kenyamanan dalam setiap hirupan nafasku. Kenapa aku bisa dengan mudahnya merasa nyaman pada om Kenzo.? Sementara aku tahu jika hubungan kami tidak lebih dari sekedar sugar baby dan sugar daddy. Dimana sugar daddy hanya butuh kepuasan setelah itu akan menghilang. Ya, om Kenzo akan pergi setelah kontrak kami berakhir. Bahkan sewaktu - waktu dia bisa memutuskan kontraknya.

Aku memejamkan mata, untuk menghilangkan rasa kantuk yang semakin lama tidak bisa ditahan lagi. Tidur dipangkuan om Kenzo membuatku cepat terlelap dan menyambut mimpi indahku.

Aku menggeliat, membuka mata dengan perlahan. Saat ini aku bukan lagi berada di sofa, melainkan berada di atas ranjang. Om Kenzo memindahkanku ke kamar tamu. Lalu dimana om Kenzo.?
Aku turun dari ranjang dan keluar kamar.
Om Kenzo masih saja berdiam diri didepan layar kecil itu.

"Kamu udah bangun. Ayo makan siang dulu,," Om Kenzo menutup laptopnya, lalu berdiri menghampiriku.

"Tapi aku belum masak om,," Sahutku.

"Siapa yang bilang mau makan masakan kamu,," Om Kenzo berjalan melewatiku, aku membuntutinya sampai ke ruang makan.
Ternyata om Kenzo sudah menyiapkan makan siang untuk kami. Beberapa menu sudah tertata rapi di atas meja.
Makan siang yang telat karna sudah pukul 1 lewat. Ternyata aku tidur hampir 2 jam.

"Om Ken yang masak,,?" Tanyaku.

"Iya. Buruan makan,,"

Sambil terus menyantap makananku, aku terus mencuri pandang untuk menatap om Kenzo.
Sejak kemarin malam dia menghabiskan waktu bersamaku. Sebenarnya apa status om Kenzo.? Apa arti cincin yang melingkar di jari manisnya itu.? Jika memiliki istri atau tunangan, kenapa dia membiarkanku untuk terus berada disisinya sejak kemarin.? Apa wanitanya tidak akan curiga,,?
Ah,,!! Otakku terlalu sempit untuk memahami kehidupan pribadi om Kenzo. Tapi aku selalu penasaran dibuatnya.

"Om,,," Panggilku lirih. Kami baru saja menghabiskan makan siang, namun masih berada di meja makan.

Om Kenzo menatapku. Aku jadi ragu untuk bertanya.
"Apa,,,?" Katanya dengan suara datar.

"Emm,,,  nggak jadi om." Ucapku santai. Meski sebenarnya sedikit takut karna tatapan om Kenzo yang semakin menajam.

"Mau minta pulang lagi,,,?" Ujar om Kenzo, dia beranjak dari duduknya. Membawa piring dan gelas bekas miliknya ke wash tafel. Aku pun mengikuti apa yang om Kenzo lakukan.

"Nggak kok om. Tadinya mau nanya, tapi lupa." Aku mengelak. Karna aku sadar, urusan pribadi om Kenzo tidak seharusnya menjadi konsumsiku. Om Kenzo bahkan melarangku untuk mencampuri urusan pribadinya.

"Begini yang katanya siswi berprestasi.? Tapi pelupa,,," Ledek om Kenzo. Dia mengangkat sebelah sudut bibirnya.

"Lupa itu hal yang wajar om,, nggak ngaruh sama prestasi."
Aku mulai mencuci piring bekas makan siang kami. Om Kenzo berdiri di sebelahku dengan bersender pada dapur, menghadap ke arahku.
Tak lupa menyilangkan kedua tangan di dadanya.

Om Kenzo tidak lagi menanggapi ucapanku. Dia asik memperhatikanku yang sedang mencuci piring. Kadang saat aku meliriknya, om Kenzo tiba - tiba menatapku. Meskipun om Kenzo hanya menunjukan ekspresi datarnya, hal itu tetap saja membuatku salah tingkah dan canggung.

"Aku lagi nyuci piring om, bukan lagi ngerjain soal ujian. Nggak perlu di awasin sampai segitunya, nanti naksir loh om,," Kata ku dengan menahan rasa gugup.
Aku tidak berani menatap om Kenzo, masih terus fokus pada pekerjaanku.

"Kepedean kamu.!" Ketusnya. Om Kenzo menoyor pelan keningku dengan jari telunjuknya. Namun dia masih tersenyum setelah itu.

"Iih,,, om Ken,,!!" Seruku kesal.
Saat aku akan membalasnya, om Kenzo sudah lebih dulu beranjak dari tempatnya. Dia bahkan masih sempat mengacak - acak rambutku.

Aku tersenyum melihat om Kenzo yang semakin menghilang dari pandangan mataku.
Hubungan macam apa ini.? Kenapa aku sebahagia ini menjalani profesiku yang tentu saja sangat salah. Hal ini membuatku menyesal, menyesal karna tidak dari dulu melakukannya. Jika aku tau akan seindah ini, mungkin sudah dari 2 tahun yang lalu aku mengikuti jejak Celina dan Natasha.

Sayangnya kedua sahabatku itu tidak pernah mengajakku, atau menyuruhku untuk menjadi sugar baby juga seperti mereka. Celina dan Natasha hanya menceritakan saja kegiatan yang mereka lakukan bersama sugar daddynya.
Dan cerita mereka sudah cukup untuk menghiburku kala itu.

Sudah 3 jam berlalu sejak kami selesai makan siang. Aku dan om Kenzo menghabiskan waktu dengan menonton acara tv yang sebenarnya tidak penting. Suara tv yang menyala hanya dijadikan backsound dalam cumbuan kami yang ringan. Hanya sebatas memagut bibir, diselingi dengan tangan nakal om Kenzo yang memainkan dua bukit kembarku.

Kedua tanganku bergelayut mesra di leher om Kenzo. Aku mengembangkan senyum tipis penuh arti padanya.

"Hitung berapa kali aku muasin kamu. Kamu harus ganti nanti,,," Ujar om Kenzo sembari membenarkan b*a dan dress ku yang sudah melorot sampai perut.

"Kenapa harus nanti om.? Sekarang kan bisa,,"
Sahutku dengan entengnya.

"Bayi besarku udah agresif rupanya,,!" Om Kenzo menarik gemas hidung ku.
Aku membisu. Bayi besarku,,? Sudah dua kali om Kenzo menyebutku seperti itu. Kenapa aku sangat senang karna om Kenzo menyebutku 'bayi besarku'. Itu artinya om Kenzo menganggapku sebagai miliknya.?
Hufftt,, tentu saja aku adalah miliknya selama 1 tahun.

*

Aku sudah bersiap untuk pulang. Begitu juga om Kenzo yang sudah bersiap untuk pergi. Om Kenzo akan menemui wanita yang bernama Felicia. Meskipun dia tidak bilang padaku, tapi aku masih ingat percakapannya dengan orang yang mengurus apartemen ini.

"Bye om,, sampai jumpa,," Aku melambaikan tangan pada om Kenzo. Sebelum itu, aku meninggalkan satu kecupan di pipinya.

"Hemm,,, hati - hati di jalan,,"
Aku mengangguk, lalu keluar dari apartemen om Kenzo.

Aku masuk kedalam mobil, melajukan mobilku hingga keluar dari gedung apartemen.
"Siapa wanita itu,,? Apa aku perlu mengikuti om Kenzo.? Aku benar - benar penasaran,,"
Aku berbicara pada diriku sendiri sambil menghentikan mobilku. Menepikan mobilku ditempat yang tidak akan dilihat om Kenzo jika dia keluar nanti.

*****


Terus dukung novel othor ya.
Pastikan sudah like sebelum atau sesudah baca, biar semangat lanjutnya.

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang