32. Semakin rumit

14.9K 477 5
                                    

Perasaanku semakin tidak tenang. Kenapa kehidupan om Kenzo sangat rumit dan membuatku sangat penasaran. Dua wanita yang ada dalam kehidupan om Kenzo menjadi teka teki besar yang sulit untuk aku pecahkan.
Om Kenzo benar - benar misterius.

Aku bahkan sulit untuk menebak ada hubungan apa om Kenzo dengan wanita yang bernama Nadine. Padahal aku cukup jelas mendengarkan percakapan mereka. Namun aku tidak bisa menentukan status hubungan keduanya. Jika dibilang dia adalah tunangan om Kenzo, lantas kenapa hubungan keduanya terlihat dingin. Bahkan om Kenzo terkesan benci pada wanita itu.

Tapi yang membuatku bingung, wanita itu memanggil om Kenzo dengan sebutan sayang.
Dia bahkan menawarkan pada om Kenzo untuk menghabiskan malam bersama sebelum om Kenzo pergi ke Paris. Dan yang tak kalah membingungkan, wanita itu menyebut tentang perjanjian. Perjanjian seperti apa yang dia maksud.? Kenapa mereka harus terikat dengan perjanjian.?
Ya ampun,,, kenapa aku tidak mampu untuk menebaknya.
Belum selesai masalah dengan wanita yang bernama Felicia, kini datang lagi wanita yang membuatku jauh lebih penasaran.

Cukup lama aku berdiam diri di dalam kamar tamu, tapi om Kenzo belum juga memanggilku untuk keluar. Padahal suasana diluar sudah hening, aku juga yakin kalau wanita itu sudah pergi sejak terdengar suara dentuman pintu yang sengaja di banting cukup keras. Sepertinya wanita itu sangat marah pada om Kenzo. Terlebih om Kenzo sudah mengancamnya dengan foto syurnya bersama laki - laki.

Aku memutuskan untuk keluar dari kamar dengan sedikit membuka pintu lebih dulu, ingin memastikan kalau sudah tidak ada Nadine disana. Ruang tamu terlihat sepi, aku segera keluar dari kamar. Namun tidak ada om Kenzo di ruang tamu.

"Om,,," Aku memanggilnya sembari berkeliling untuk mencari keberadaan om Kenzo. Aku tidak tau kemana om Kenzo. Apa mungkin dia keluar apartemen untuk menyusul Nadine.?

Mataku langsung tertuju pada pintu kamar om Kenzo yang terbuka. Langkahku langsung tertuju kesana. Pintu balkon yang terbuka, membuatku yakin jika om Kenzo ada disana.
Benar saja dugaanku, dia tengah duduk bersender dengan memegang minuman beralkohol di tangannya.

Tidak mau mengganggu om Kenzo, aku memutuskan untuk pulang. Sepertinya om Kenzo juga lupa kalau aku ada disini.

"Awww,,," Kaki ku tersandung meja kecil setelah berbalik badan dan berjalan beberapa langkah. Terlalu banyak berfikir membuatku tidak fokus saat berjalan.

"Je,,,! Astaga aku lupa kamu disini,,"
Om Kenzo meletakan minuman itu di atas meja, lalu segera menunduk dan menggendongku.

"A,,aku nggak kenapa napa kok om,,," Aku bergerak untuk minta diturunkan, namun om Kenzo tidak menghiraukannya. Dia membawaku mendekati ranjang, mendudukanku di tepi ranjang.

"Diem disini, jempol kaki kamu merah."
Aku langsung menunduk melihat kaki ku, untuk memastikan ucapan om Kenzo. Memang sedikit merah di ujung, dan sebenarnya lumayan sakit.
Aku memperhatikan om Kenzo yang sibuk membuka laci kecil. Dia kembali dengan kotak p3k di tangannya, lalu berjongkok di depanku dengan satu lutut dijadikan tumpuan.

"Mau di apain om, ini cuma memar sedikit doang kok,,"

"Jangan banyak protes Je.!"
Aku langsung diam. Ucapan om Kenzo menegaskan agar aku tidak lagi banyak berbicara dan membiarkan dia berbuat semaunya.

Om Kenzo mengoleskan salep di jempol kaki ku dengan gerakan hati - hati. Aku terus menunduk, menatap om Kenzo yang terlihat amat perhatian padaku. Sakit rasanya, di perhatikan oleh orang yang tidak mungkin menjadi milikku. Ini seperti jadi peringatan untukku, agar aku sadar suatu saat perhatian itu akan hilang dan tak akan kembali lagi bersama pemiliknya. Kebersamaan ku dengan om Kenzo hanya akan menjadi kenangan indah dalam hidupku.

"Aku antar kamu pulang ya,," Om Kenzo mendongak untuk menatapku. Aku mengangguk pelan. Saat ini aku memang ingin sendiri. Kehidupan pribadi om Kenzo yang begitu rumit, memaksaku untuk berfikir lebih keras lagi. Sebenarnya aku bisa saja tutup mata dan telinga, tidak peduli pada kehidupan om Kenzo. Tapi sayangnya aku tidak bisa seperti itu. Urusan pribadi om Kenzo seakan ikut menjadi urusanku.

Baik aku dan om Kenzo, kami sama - sama diam sepanjang perjalanan. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri, sibuk menjawab pertanyaan yang terus muncul dalam benakku. Pertanyaan yang berkaitan dengan om Kenzo dan kedua wanita itu.
Sedangkan aku tidak tau apa yang membuat om Kenzo terus diam saat ini.

Mobil om Kenzo berhenti di seberang rumahku.

"Makasih om,," Ujarku lirih.
Aku mengurungkan niat saat akan membuka pintu mobil, karna om Kenzo bicara padaku.

"Nggak ada yang mau kamu tanyakan,,,?" Katanya sambil terus menatap ke arahku.

"Aku nggak ngerti om. Tanya apa maksudnya,,?"

"Sejak tadi kamu diem, kamu denger obrolanku dengan Nadine bukan.? Kamu nggak mau tanya sesuatu,?" Jelasnya.
Kini aku paham maksud om Kenzo. Aku memang sudah menduga kalau om Kenzo pasti tau apa yang membuatku terus diam.
Om Kenzo sudah hapal dengan semua sikapku.

Aku menggeleng pelan.
"Aku nggak berhak tanya urusan pribadi om Ken. Bukannya sudah tertulis dalam surat perjanjian. Dilarang mencampuri urusan pribadi masing - masing." Sahutku lirih.
"Aku pulang dulu om, makasih udah temenin makan dan anterin pulang." aku tersenyum tipis, sedikit menganggukan kepala padanya.
Aku segera membuka pintu, namun om Kenzo menahanku dan menutup kembali pintu mobilnya.

Aku membiarkan om Kenzo mencium bibirku, aku memejamkan mata tanpa berniat untuk membalas ciumannya. Om Kenzo justru membuatku semakin terbawa perasaan. Entah kenapa semakin hari ciuman om Kenzo terasa berbeda. Aku tidak merasakan lagi ciuman yang penuh nafsu seperti dulu. Rasanya om Kenzo menciumku dengan penuh perasaan. Atau mungkin aku yang terlalu terbawa perasaan.?

"Jangan mikirin hal yang nggak penting. Semuanya akan baik - baik saja,,," Pesan om Kenzo setelah melepaskan ciumannya.
Om Kenzo mengusap lembut pucuk kepalaku, lalu meninggalkan satu kecupan disana.
Rasanya aku ingin sekali menghambur ke pelukan om Kenzo. Kenapa dia semakin membuatku merasa nyaman.

Meskipun aku tidak tau maksud dari ucapan om Kenzo, namun aku merasa jika om Kenzo seolah sedang menegaskan kalau hubungan kami lah yang akan baik - baik saja. Tidak mau berkhayal terlalu tinggi, aku memilih untuk menepis prasangka baikku yang belum tentu benar.

Aku hanya tersenyum, lalu melambaikan tangan padanya.
"Bye om,,, sampai jumpa." Ucapku sebelum keluar dari mobilnya.

Aku berjalan pelan menuju rumah. Ternyata sedikit tau tentang kehidupan om Kenzo justru membuatku semakin tidak tenang. Rasa penasaranku bahkan semakin tinggi.
Kalau boleh memilih, lebih baik aku tidak tau sama sekali tentang wanita yang memiliki hubungan dengan om Kenzo.
Hufftt,,,, Aku hanya bisa menghela nafas panjang untuk mengurangi beban pikiranku.

"Loh,,, kok non Jeje pulang sendirian.? Den Nicho mana non.?"
Aku langsung menatap penjaga rumah yang baru saja membukakan gerbang untukku.
Jadi kak Nicho belum pulang.? Lalu kemana dia.? Apa terjadi sesuatu pada kak Nicho.?

"Pergi sama temennya pak,,," Sahutku bohong.
Aku bergegas masuk kedalam rumah sembari merogoh ponsel dalam tasku.
Berkali - kali menghubungi nomornya, tapi tidak tersambung.
Aku hanya bisa mondar - mandir diruang tamu, sambil terus menghubungi kak Nicho. Meskipun hasilnya sama, tidak tersambung.

"Kak.!" Aku berlari menghampiri kak Nicho yang baru saja masuk kedalam rumah.
"Ya ampun,, kakak kemana aja.?" Tanyaku cemas. Beruntung kak Nicho pulang dengan selamat. Aku sudah berfikir yang tidak - tidak.

"Kenapa wanita keras kepala sekali. Kakak tau dia masih punya perasaan, apa susahnya mengaku.!" Geramnya.
Aku paham, kak Nicho pasti bertemu lagi dengan kak Fely. Apa perdebatan mereka semakin memanas.?

"Kakak nggak kasar lagi kan sama kak Fely.? Kak Fely nggak di apa - apain kan.?" Aku justru khawatir pada kak Fely. Aku takut kak Nicho lepas kendali.

Aku mengikuti kak Nicho yang duduk di sofa. Dia menyenderkan tubuhnya, terlihat sekali kalau kak Nicho sangat kacau.
"Apa perlu kakak menghamilinya lebih dulu,,,?"
Ucapan kak Nicho membuatku spontan memukul tangannya.

"Jangan gila kak.!" Bentakku kesal.

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang