4. Om Kenzo

59.7K 1K 48
                                    

Aku memilih menggunakan taksi untuk pergi ke apartemen yang di maksud oleh Celina. Jika aku menggunakan mobil mewahku, bisa - bisa identitasku sebagai putri Alexander William akan terbongkar. Aku akan memilih untuk menutupi identitas diriku. Lagipula sugar daddyku juga pasti tidak peduli siapa diriku dan tidak akan bertanya jauh tentang kehidupanku. Seperti yang Celina dan Natasha ceritakan padaku, jika sugar daddynya tak pernah bertanya tentang siapa mereka dan berasal darimana.

Ini pertama kalinya aku bertemu dengan papi barunya Celina. Pantas saja Celina ngebet buru - buru pulang dari sekolah, ternyata sugar dadynya lumayan tampan meskipun umurnya sudah matang. Wajar saja karna blasteran jerman.
Bisa aku tebak jika umurnya sekiktar 35an. Parah sih,, terpaut 17 tahun dengan Celina.
Itu artinya saat Celina berumur 1 tahun, si papi kelas 3 SMA.
Aku jadi deg degan, kira - kira berapa umur laki - laki yang akan menjadi sugar daddyku. Semoga saja tidak lebih tua dari sugar daddynya Celina.

"Cel,,," Aku menyolek lengan Celina yang sedang duduk disebelahku.
Aku langsung berbisik saat Celina menoleh.
"Nanti jangan sebutin identitasku ya,, aku nggak mau mereka tau siapa aku."

"Beres Je, kamu tenang aja,,"
Aku bernafas lega mendengarnya.

Astaga,,, Aku melongo melihat laki - laki tampan yang baru saja masuk ke apartemen Om Marvin, sugar daddynya Celina.
Laki - laki bertubuh tegap tinggi, berwajah tampan dan sangat jelas kalau dia lebih muda dari Om Marvin.
Dia memakai setelan celana jeans warna hitam yang dipadukan dengan jaket kulit warna coklat dan kaos putih didalamnya, membuat penampilannya sangat keren.

"Duduk Ken,,, Itu wanita lu,,," Kata om Marvin, lalu menyuruhnya untuk duduk, om Marvin juga menunjuk kearah ku. Laki - laki yang di panggil Ken oleh om Marvin segera menoleh ke arahku. Aku tersenyum kikuk padanya. idiihh,,, kok ngeselin ya, dia sama sekali tidak membalas senyumku.
Aku lihat dia berjalan ke arah om Marvin, membisikan sesuatu di telinganya. Om Marvin mengangguk dua kali. Aku jadi penasaran, apa yang sedang dibisikan oleh laki - laki itu pada Om Marvin. Aku mengalihkan padanganku saat dia menatapku.

"Ayo ikut,,," Katanya. Suaranya berat dan seksi. Sangat cocok dengan wajahnya yang tampan.

"Aku Om,,?" Bodohnya diriku, sudah tau dia bicara padaku, aku malah tanya yang tidak penting. Saking kikuknya.

"Siapa lagi memangnya.? Masa temen kamu."

"Sialan lu Ken, itu punya gue,," Ucap Om Marvin tak terima.

"Posesif banget lu,,,!"

"Udah sana Je, buruan ikut. Langsung hajar aja, ganteng maksimal itu sih,," Bisik Celina padaku.

Aku menurut, aku pamit pada Celina dan Om Marvin. Lalu keluar dari apartemen bersama calon sugar dadyku.
Semoga saja keputusanku tidak akan membuatku menyesal dikemudian hari.
Kalaupun nantinya aku menyesal, paling tidak aku sudah merasakan kebahagiaan diluar sana.
Aku sudah bosan menjalani kehidupan yang monoton, hampa dan lurus - lurus saja, aku juga ingin merasakan dunia luar seperti sahabatku.

Banyaknya uang yang papa dan mama berikan padaku, nyatanya tidak mampu membuatku bahagia. Sampai aku harus mencari kebahagiaan dengan cara yang salah. Ya, aku sangat sadar jika langkahku keliru. Tapi aku remaja yang masih mencari jadi diri, butuh perhatian dan kebahagiaan.

Keluar dari apartemen om Marvin, aku langsung mengikuti langkah calon sugar dadyku yang berjalan cepat. Aku sampai setengah berlari mengikutinya. Tubuhnya sangat tinggi, mungkin lebih dari 180 cm. Pantas saja langkahnya begitu lebar, membuatku sedikit tertinggal di belakangnya.

"Om,, tungguin dong. Jangan cepet - cepet jalannya. Udah kebelet ya,,,?" Seruku dengan candaan.
Aku membungkam mulutku karna si om langsung berbalik badan dan menatapku dengan tatapan yang sulit di artikan.

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang