12. Tidak normal

31.5K 665 1
                                    

"Je,, Jeje.!!"
Aku terkesiap begitu mendapat teguran dari kedua sahabatku.
"Liat apaan sih,,?" Tanya Celina penasaran.
Aku memberikan kode dengan mengangkat dagu, menunjuk ke arah om Kenzo. Mereka berdua langsung menoleh kebelakang.

"Wah,, itu kan papi kamu Je,,!" Seru Celina.

"Mana.? Yang mana,,,?" Natasha begitu penasaran. Celina menunjuk om Kenzo yang barus saja duduk.

"Ya ampun,, ganteng parah Je. Maco gitu,," Komentar Natasha sembari menoleh ke arahku. Aku menyengir kuda menanggapinya. Kini keduanya sudah kembali menatapku.

"Ayo dong ceritain, kalian ngapain aja kemaren.?" Desak Celina. Natasha pun ikut - ikutan mendesakku.
Memaksaku untuk segera menceritakan kegiatan kami kemarin malam. Dengan suara setengah berbisik, aku menceritakan semua yang terjadi antara aku dan om Kenzo. Celina dan Natasha nampak kecewa karna yang aku ceritakan tidak sesuai dengan yang mereka pikirkan. Tentu saja mereka berfikir jika aku sudah kehilangan mahkotaku malam itu. Bergumul di ranjang bersama om Kenzo.

Sambil bercerita, sesekali aku melirik pada om Kenzo yang tidak menyadari keberadaanku.
"Sebentar ya,, aku samperin si om dulu." Bisikku pada mereka.

"Buruan sana. Pepet aja teruss,,," Goda Natasha.

"Hajar duluan kek Je, inisiatif dikit. hahaa,,," Timpal Celina dengan gelak tawa yang meledek.

"Yang udah ketagihan, nggak sabaran banget sih.!" Ketusku. Aku beranjak dan langsung menghampiri meja om Kenzo, berdiri tepat di depannya. Om Kenzo masih sibuk mengotak - atik ponsel di tanganku.

"Om Ken,," Sapaku dengan senyum yang mengembang. Tentu saja karna aku senang bisa bertemu om Kenzo.

"Jeje,,!" Om Kenzo terlihat kaget melihatku yang sudah berdiri didepannya.
"Kamu ngapain disini,,?"

"Aku,,,"

"Ken,,!"

Aku menghentikan ucapanku karna melihat laki - laki paruh baya yang datang menyapa om Kenzo.
Aku meliriknya dan tersenyum canggung.

"Papa sudah datang,," Ujar om Kenzo sembari berdiri. Mataku membulat sempurna mendengar om Kenzo memanggilnya papa. Seketika aku diam memadung dan menundukan kepala.

"Siapa anak ini Ken,,?" Tanya laki - laki paruh baya itu.

"Pengunjung disini pa. Ken tidak sengaja menempati mejanya. Kita kesana saja pa,," Om Kenzo dan laki - laki itu pergi ke meja yang ditunjuk oleh om Kenzo. Aku masih mematung melihat kepergian om Kenzo begitu saja dan mengabaikan keberadaanku. Sedikitpun om Kenzo tidak bicara padaku atau sekedar melirikku saat akan meninggalkan meja ini.

Aku kembali ke mejaku, meminta Celina dan Natasha untuk keluar dari restoran. Aku mengajak mereka untuk pergi ke bioskop.

"Tadi yang dateng siapa Je.? Kok kamu dicuekin,,?" Tanya Celina begitu kami keluar dari restoran.

"Papanya. Om Kenzo memanggianya papa,," Jawabku malas. Entah kenapa aku sangat kesal karna tidak bisa mengobrol dengan om Kenzo.

Kami menonton film bergendre romantis. Pilihan Celina dan Natasha. Adegan kissing membuatku teringat pada om Kenzo. Aku memilih mengambil ponsel dan memainkannya saat adegan di layar besar itu semakin memanas. Aku mengerutkan kening melihat notifikasi di layar ponselku. Ada chat masuk dari nomor yang tidak aku kenal.

Ternyata chat dari om Kenzo. Dia mengirimkan nomor pin atm sekaligus meminta maaf karna lupa dan baru mengirim nomor pin sekerang.
Mungkin tadi om Kenzo mengira kalau aku menghampirinya untuk meminta pin atm.
Aku hanya membalasnya dengan ucapan terima kasih, lalu kembali memasukan ponselku kedalam tas.

Aku melirik Natasha dan Celina yang begitu serius menonton film. Aku berseder dan memejamkan mata. Bayangan wajah om Kenzo terus muncul di kepalaku. Entah kenapa aku begitu menginginkan untuk kembali bertemu dengan om Kenzo dan menghabiskan waktu bersamanya.

Setelah menonton dan berbelanja, kami berpisah di parkiran. Aku memilih untuk langsung pulang. Sedangkan Natasha dan Celina ada janji untuk bertemu dengan sugar daddy nya masing - masing. Enak sekali jadi mereka. Sugar daddy mereka sering sekali meminta untuk bertemu.  Sedangkan aku tidak tau kapan om Kenzo akan menghubungiku.

**


Sudah 6 hari berlalu sejak aku bertemu dengan om Kenzo di mall waktu itu. Sampai detik ini om Kenzo sama sekali tidak menghubungiku. Setiap hari aku mengecek ponselku, berharap ada pesan masuk dari om Kenzo. Namun kekecewaan yang aku dapat. Om Kenzo tidak memberiku kabar sama sekali. Aku pun enggan untuk menghubunginya, karna aku tidak punya hak atas itu. Aku yang seharusnya ada untuk om Kenzo, bukan malah sebaliknya. Aku yang berharap om Kenzo selalu ada untukku.

Aku dan kedua sahabatku sedang berada di kanti sekolah. Kami menghabiskan waktu istirahat dengan makan siang dan mengobrol. Sebenarnya hanya Celina dan Natasha saja yang sibuk berceloteh, menceritakan kegiatan yang baru saja mereka lakukan bersama sugar daddy nya kemarin malam. Aku hanya diam, malas untuk menanggapi cerita mereka. Karna mereka hanya membuatku iri saja.

"Kamu kok jadi aneh gini sih Je.? Nggak ceria kayak biasanya. Aku jadi nyesel udah cariin papi buat kamu, malah bikin mood kamu ancur  gini deh kayaknya,," Komentar Celina. Ternyata dia bisa menyadari perubahan sikapku beberapa hari ini.

"Lagian kamu Cel.! Nyariin papi yang aneh kayak begitu. Jangan - jangan emang dia itu beneran nggak normal." Natasha menimpali dengan mengutarakan kesimpulannya. Kesimpulan yang dia ambil dari ceritaku waktu itu. Karna om Kenzo enggan meminta kepuasan dariku, tidak seperti sugar daddy yang biasa Natasha dan Celina temui. Yang selalu meminta haknya untuk merengkuh kenimkatan. Itulah kenapa Natasha menyebut jika om Kenzo tidak normal.

"Ya mana aku tau Nat. Itu kan temen papi Marvin. Padahal ganteng dan kelihatan maco,, tapi,,,

"Iiihhh,,,!! Kalian apaan sih,,!" Aku mencubit tangan mereka bergantian. Aku tidak suka mereka menyebut om Kenzo tidak normal. Buktinya om Kenzo sudah beberapa kali menciumku dan menyentuh kedua asetku.
"Om Ken masih normal.! Kalian jangan nuduh yang enggak - enggak deh,," Protesku.

"Apa buktinya,,?" Ujar Celina sedikit menantang.

"Apa kalian lupa kalau om Kenzo sudah menciumku. Dia bahkan meremas dan melahap bukit kembarku,,," Ujarku dengan suara setengah berbisik.

"Ya ampun Je,,, ketimbang cium sama mainin itu doang sih g*y juga bisa kali,,," Celetuk Natasha tanpa filter. Secara tidak langsung, Natasha sudah mengatakan jika om Kenzo adalah g*y.

"Nah bener tuh kata Natasha. Mendingan kamu buktiin aja Je, dari pada penasaran dan menduga - duga." Kata Celina. Aku mengerutkan kening, tidak paham dengan maksud Celina. Aku tidak tau pembuktian seperti apa yang dimaksud oleh sahabatku itu.

"Kamu ngomong apa sih Cel.? Aku nggak ngerti,,"

Mereka berdua menepuk kening bersamaan, menatapku heran.
"Gini nih kalo anak polos gaya - gayaan mau jadi sugar baby,,," Cibir Natasha dengan candaan. Keduanya terkekeh, menertawakan kelolosanku. Aku jadi ingat om Kenzo, dia juga pernah bilang seperti itu.

"Sini aku bisikin,,," Kata Celina sembari menyuruhku untuk mendekat. Natasha pun ikut mendekat. Keduanya bergantian membisikan perintah padaku. Menyuruhku untuk melakukan sesuatu. Mereka bilang, dengan cara sepeeti itu aku bisa tau om Kenzo normal atau tidak.

"Kamu yakin itu akan berhasil,,?" Tanyaku ragu.

"Kalau dia normal sih harusnya berhasil,," Sahut Celina. Aku hanya mengangguk dua kali.

Ponselku bergetar, aku mengambilnya dari dalam saku bajuku. Pucuk dicinta, om Kenzo pun tiba. Mataku berbinar melihat notifikasi chat masuk dari om Kenzo. Aku langsung membacanya. Om Kenzo memintaku untuk bertemu, dia akan menjemputku jam 5 sore nanti. Aku tersenyum lebar dengan debaran jantung yang bergemuruh. Rasanya tidak sabar untuk bertemu dengan om Kenzo.

"Si om,,,?" Tanya Celina dan Natasha serempak. Aku langsung menagguk cepat.

"Ini kesempatan kamu buat buktiin Je. Kalau gagal, aku saranin mendingan kamu cari yang lain deh,,"  Kata Celina.
Entah kenapa aku tidak rela mendengar usulan dari Celina. Aku sudah terlanjur klop dengan om Kenzo. Aku merasa nyaman dan nyambung saat berbicara dengannya. Tidak mau jika aku harus ganti sugar daddy.

****

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang