20. Datang

19.4K 597 3
                                    

Aku sudah bersiap untuk pergi ke club. Paling tidak, aku bisa melupakan sedikit rasa rindu ku pada om Kenzo yang sampai detik ini tidak menghubungiku.
Dress pendek diatas paha dan tanpa lengan, terbalut seksi ditubuh indahku. Dress berwana navy ini sangat kontras dengan kulitku yang putih susu.
Rambut ku di buat curly, untuk menampilkan kesan dewasa pada wajahku yang imut bak bayi ini. Pantas saja om Kenzo memanggilku bayi.

Aku turun ke bawah, papa dan mama nampak sudah rapi dengan setelan yang telihat formal.
Mereka sedang menunggu tamu penting di ruang tamu. Aku berjalan menghampiri mereka.

"Kamu mau kemana Je,,,?" Belum sempat aku bicara, papa sudah lebih dulu bertanya padaku.
Tumben sekali.

"Mau jalan sama Celina dan Natasha pah. Jeje nginep dirumah Celina ya malam ini. Boleh kan mah,,,?" Ucapku pelan.

"Kapan mama pernah ngelarang kamu. Biasanya kamu juga menginap dirumah mereka tanpa ijin. Jangan pulang larut malam nanti,,,"

Tentu saja mereka sangat membebaskanku. Mereka sangat percaya padaku, percaya jika aku tidak akan macam - macam diluar sana. Karna selama ini aku selalu menjadi anak yang baik untuk mereka. Tapi sayangnya mereka tidak peduli akan hal itu.

"Iya. Jeje pergi dulu mah, pah,,,"
Seperti biasa, aku akan mencium pipi mereka bergantian.

"Maaf Tuan,,, Diluar sudah ada Tuan Andreas,,"
Penjaga rumah memberi tahu jika tamu yang di tunggu oleh mama dan papa sudah datang.
Aku langsung bergegas pergi dari ruang tamu, lalu pegi ke garasi untuk keluar lewat sana. Aku malas untuk bertemu dengan rekan bisnis mereka. Terlebih saat ini aku akan pergi dan pakaian yang aku kenakan sedikit terbuka.
Aku mengintip dari pintu garasi, rekan bisnis papa terlihat baru saja masuk kedalam.

Aku menghampiri mobilku yang terparkir dihalaman rumah. Sengaja tidak aku masukan mobilku di garasi saat pulang sekolah tadi siang.

"Mau kemana kamu,,," Seseorang mencekal tanganku saat aku akan membuka pintu mobil.
Suara itu sangat familiar di telingaku. Bahkan suara itu yang selama tiga minggu ini sangat aku rindukan. Aku segera menoleh.

"Om Ken,,,"
Perasaanku bercampur aduk saat ini, tentu saja aku sangat kaget. Kenapa om kenzo bisa ada dirumahku,? Lalu aku harus bilang apa padanya. Dia akan tau jika aku tinggal dirumah ini.

"Kamu mau kemana,,,?" Sekali lagi om Kenzo bertanya padaku. karna aku terus bengong menatapnya.

"Om kok ada disini,,,?"

"Kenapa.? Kamu keget.? Orang tua kamu yang sudah mengundangku kesini,,,"

Mataku membulat sempurna. Bagaimana om Kenzo bisa tau kalau mereka orang tuaku.
Tapi bukankah rekan bisnis papa sudah masuk kedalam.? Apa om Kenzo juga bagian rekan bisnis mereka.? Ya ampun,,!! Bagaimana kalau mama dan papa tau tentang ini. Aku menjadi simpanan rekan bisnis mereka. Dunia bisnis sangat sempit.

"Ken,,,,!!!" Teriakan dari dalam rumah membuat om Kenzo langsung melepaskan tangannya.
Dia menatap seseorang yang keluar dari dalam, laki - laki paruh baya yang baru saja masuk bersama kedua orang tuaku.

"Kenapa lama sekali.? Ayo masuk,,,!" Serunya lagi.

"Ya, sebentar pah,,!"

Papa.? Ada berapa papa om Kenzo. Laki - laki paruh baya itu bukan orang yang di panggil papa oleh om Kenzo saat di mall waktu itu.
Apa mungkin salah satu dari mereka adalah ayah dari istri om Kenzo,,? Entah lah,,,

Laki - laki paruh baya itu kembali masuk kedalam. Om Kenzo mengambil dompet, mengeluarkan akses card dari dalam dompetnya, lalu menyodorkannya padaku.

"Datang ke apartemenku. Aku nggak ngijinin kamu pergi, atau kontrak kita berakhir,,," Ujarnya dengan acaman di akhir kalimat.

"Tapi om,, aku sudah janji sama Celina dan Natasha,,"

"Batalkan. Jangan coba - coba untuk pergi ke club,," Om Kenzo meletakan akses card di tanganku, karna aku yang tak kunjung mengambilnya.

"Kenapa om Ken tau aku mau pergi ke club.? Aku kan tidak bilang,,,"

"Lalu mau pergi kemana dengan dandan seperti ini.?" Katanya.

Aku melihat penampilanku, rasanya tidak masuk akal jika om Kenzo hanya menebak dari penampilanku. Banyak remaja diluar sana yang berpakaian seperti ini hanya sekedar pergi ke mall atau cafe. Kenapa om Kenzo bisa langsung menebak jika aku akan pergi ke club.

"Mau ke apartemen atau kontrak berakhir.?"
Aku tersadar dari lamunan setelah om Kenzo kembali mengancamku. Tidak,!! tentu saja aku tidak mau jika kontrak ini berakhir.

"Iya om, Jeje akan ke apartemen,,," Ujarku pasrah.

"Bagus,,," Om Kenzo mengusap kepalaku dengan lembut. Jika saja ini bukan dirumahku, aku pasti sudah menghambur kepelukan om Kenzo. Aku benar - benar rindu padanya.

"Om,,," aku menahan tangan om Kenzo saat dia akan beranjak.
"Jangan bilang sama mereka ya,,," Ujarku memohon.

"Aku nggak sebodoh itu Je,,," Katanya.
Benar juga, mana mungkin om Kenzo mau membuka keburukannya sendiri didepan rekan bisnis dan orang yang dia panggil papa. Apa lagi om Kenzo sudah beristri.
"Hati - hati dijalan. Aku akan langsung ke apartemen setelah ini." Ujarnya lagi. Om Kenzo meninggalkanku dan masuk kedalam.

Aku langsung mengabari kedua sahabatku lewat grup. Tentu saja mereka sangat kesal padaku karna aku mendadak membatalkan janji. Namun pada akhirnya mereka mengerti saat aku bilang akan bertemu dengan om Kenzo. Keduanya justru ikut senang karna aku bisa bertemu lagi dengan om Kenzo.

Sepanjang perjalanan menuju apartemen om Kenzo, aku terus berkutat dengan pikiranku sendiri. Banyak pertanyaan yang terus muncul tapi aku tidak bisa mendapat jawabannya.
Om Kenzo membuatku berfikir keras. Aku akan menagih penjelasan padanya. Penjelasan kenapa dia bisa tau jika mereka adalah orang tuaku, padahal setiap om Kenzo mengantarku pulang, aku selalu menunjuk rumah lain. Itu pun aku mengatakan jika rumah tersebut milik Natasha.

Kenapa om Kenzo juga tidak kaget saat melihatku ada disana. Dengan santainya menghampiriku dan melarangku untuk pergi. Dia bahkan tau jika aku akan pergi ke club. Kenapa aku merasa om Kenzo sudah tau banyak tentang ku.
Huftt,,,, memikirkan hal itu hanya membuatku pusing saja.

Aku langsung duduk di depan tv begitu sampai di apartemen om Kenzo. Aku menyalakan tv agar apartemen ini tidak terlalu sepi.
Aku mengambil ponsel di dalam tas ku, ponsel yang sejak tadi terus bergetar saat aku masih berada di jalan.
Ternyata banyak pesan masuk dari Celina dan Natasha, mereka sangat kepo dengan pertemuan ku dan om Kenzo malam ini.
Aku tidak menggubris pertanyaan mereka, hanya mengirim emot dengan lidah yang menjulur. Biar saja mereka terus penasaran.

Sudah 2 jam aku menunggu om Kenzo, perutku bahkan sudah keroncongan karna belum makan malam. Aku beranjak ke dapur, mencari sesuatu yang mungkin bisa aku masak untuk mengisi perutku. Aku membuang nafas kasar, ternyata tidak ada makanan apapun disini. Sekalipun itu mie instan. Hanya ada air putih dan beberapa minuman kaleng saja.
Pasti tidak diisi karna om Kenzo pergi selama 3 minggu.

Aku mengambil minuman kaleng, lalu kembali duduk di depan tv. Selang 30 menit, bell apartemen berbunyi. Aku berjalan cepat untuk membukakan pintu. Akhirnya om Kenzo datang juga. Aku akan memintanya untuk menemaniku makan diluar.

"Om,,,," Senyum lebar terbit di bibirku. Aku menatap om Kenzo dengan mata berbinar.
Om Kenzo tersenyum, dia melangkah masuk sambil menyodorkan kantong plastik padaku.

"Udah laper ya,,? Aku bawain makanan buat kamu,,,"

Aku mengambil makanan itu dengan senang hati.
"Kok om tau aku belum makan,,?"

Om Kenzo terkekeh kecil, dia mengusap pucuk kepalaku.
"Bukannya kamu pergi dari rumah sebelum jam makan malam,,"
Om Kenzo berlalu, aku segara mengikuti langkahnya di belakang. Aku ingin langsung meminta penjelasan darinya.

*****

Jangan bikin baper anak orang kau om.!
wkwkwk

Siapa yang gregetan sama om Kenzo.? Angkat kakinya. eh,,, angkat tangan maksudnya. Hihi

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang