17. Satu ranjang

41.1K 690 2
                                    

"Ya sudah kamu tidur lagi, ini masih pagi. Aku balik ke kamarku," Aku menahan tangan om Kenzo saat dia akan beranjak.

"Jangan pergi om, temenin aku tidur ya. aku janji nggak akan godain om,,," Aku merebahkan diri disamping om Kenzo, lalu memeluk lengannya seperti guling. Om Kenzo diam, dia tidak mengiyakan atau menolak permintaanku.
Aku semakin erat memeluk lengan om Kenzo, lalu kembali memejamkan mata.
Rasanya nyaman sekali tidur disamping om Kenzo. Aroma parfum maskulin dari tubuhnya pun membuatku merasa tenang.

"Kamu sengaja memancingku,,,?" Aku langsung membuka mata dan menatap om Kenzo. Manik matanya begitu dalam dan sulit diartikan saat menatapku. Om Kenzo terlihat sedang menahan sesuatu.

"Mancing apaan sih om,,? Aku kan nggak ngapa - ngapain,,," Protesku. Aku tau maksud ucapan om Kenzo. Dia menuduh jika aku sedang mencoba untuk menggodanya.

"Lalu ini apa,,,?" Om Kenzo mengarahkan kedua manik matanya, menunjuk lengan besarnya yang ada di dalam dekapanku. Karna aku terlalu erat memeluknya, lengan om Kenzo sangat menempel dengan kedua asetku. Terlebih saat ini aku hanya mengenakan you can see. Dalam posisi tidur menyamping seperti ini, membuat belahan bajuku begitu rendah hingga kedua asetku terlihat menyembul keluar.

Aku langsung melepaskan lengan om Kenzo.
"Maaf om,,," Ucapku lirih. Aku bergeser untuk menjauh, namun om Kenzo langsung menarikku. Dia membungkam bibirku, mel*matnya dengan kasar. Tangan om kenzo menurunkan baju dan bra yang aku kenakan, dia meremas kuat kedua asetku dengan gerakan sedikit kasar.
Mendapat serangan mendadak dari om Kenzo, membuatku tidak bisa berkutik. Badanku bahkan sudah menegang dan terasa panas. Rasa nikmat yang menjalar ditubuhku seperti aliran listrik bertegangan tinggi.

"Kamu yang memulai,,," Bisik om Kenzo ditelingaku dengan nafas yang memburu setelah cukup lama menciumku.
Badanku semakin menegang setelah mendapat bisikan dari om Kenzo. Apa itu artinya om Kenzo akan melakukan itu padaku.? Meminta haknya yang tertulis dalam surat perjanjian.
Aku sudah tidak bisa lagi berfikir jernih. Aku terbawa suasana oleh cumbuan yang diberikan oleh om Kenzo. Hingga aku hanya diam, tidak memberikan respon apapun padanya.

Aku memejamkan mata saat om Kenzo merubah posisinya, dia berada diatas tubuhku. Mengungkung ku dengan tubuh besarnya. Kedua tanganku mencengkram seprei dengan kuat, merasakan bibir om Kenzo menjelahi setiap inci leher jenjangku.
Aku menggigit bibir bawahku, menahan desahan yang hampir lolos dari mulutku akibat rasa nikmat yang menjalar.

Tangan om Kenzo semakin turun ke bawah, menyingkap rok pendekku hingga ke atas. Menyusup masuk dalam hot pants yang aku kenakan. Om kenzo menyentuhnya, membuat badanku menggeliat hebat.
Aku membuka mata, menatap lekat kedua manik mata om Kenzo yang juga sedang menatapku.

"Om,, a,,aku,,,

"Nikmati saja, nggak akan lebih dari ini,," Ujar om Kenzo dengan suara yang terdengar berat.
Aku sedikit kecewa karna om Kenzo sudah memberikan peringatan lebih dulu. Padahal aku ingin bilang padanya kalau aku bersedia untuk melakukannya sekarang.

"Omm,,!!" Ujarku dengan nafas yang tersenggal. Aku memegang erat tangan om Kenzo diarea pahaku, memintanya untuk menghentikan permainnya. Aku sudah tidak tahan lagi, ada sesuatu yang terasa akan meledak dari bawah pusarku.

"Kenapa,,?"

"Udah om,, aku pengen pipis,,,"
Ya, itu yang aku rasakan saat ini. Rasa nikmat yang luar biasa, berpusat pada pusarku hingga aku merasa ingin buang air kecil.

Om Kenzo tersenyum kecil padaku.
"Itu bukan pipis. Jangan di tahan, lepaskan saja."
Setelah mengucapkan itu, om Kenzo mencium bibirku. Tangannya dibawah sana juga kembali memberikan kenimatan padaku. Aku menuruti perkataan om Kenzo untuk tidak menahan sesuatu yang terasa akan meledak.

"Omm Ken,,,,!!" Desahku sedikit berteriak.
Badanku bergetar hebat, aku bahkan memeluk erat tubuh om kenzo. Rasa nikmat yang baru saja aku dapatkan tidak bisa diungkapkan dengan kata - kata. Aku terus memeluk om Kenzo, jantungku bedetak cepat dengan nafas yang tersenggal.
Om Kenzo terus mengusap lembut kepalaku.

"Jeje pipis om,,," Ucapku lirih sambil menahan malu. Aku sudah mengotori seprei om Kenzo.
Om Kenzo tertawa, membuatku langsung melepaskan pelukanku.
Kini om Kenzo berbaring disebelahku, namun sebelum itu dia lebih dulu menutup tubuhku menggunakan selimut. Tubuh yang hampir telanjang bulat karna semua yang aku kenakan sudah sersingkap dan berkumpul di perut rataku.

"Sudah aku bilang, itu bukan pipis,,," Katanya pelan, namun ku lihat om Kenzo mengulum senyum. Senyum yang seakan geli padaku.

"Bukan pipis,,? Tapi tadi kelua,,,,

"Kamu itu terlalu polos,,," Om kenzo memotong ucapanku, dia mengacak gemas pucuk kepalaku. Aku membisu, aku masih belum paham dengan apa yang baru saja terjadi. Om Kenzo bahkan tidak memberitahuku.

"Ayo tidur lagi, masih pagi,,," Om Kenzo menarikku, membawaku kedalam dekapannya.

"Om nggak mau kaya gituan,,?" Entah keberabian darimana hingga aku bisa mengajukan pertanyaan itu dalam kondisi seperti ini.

"Jangan memancingku terus Je.! Kamu sendiri yang akan kuwalahan mengimbangiku nanti,,"

"Tapi om,,,"

Om Kenzo meletakkan telunjuk di bibirku, meminta ku untuk tidak bicara lagi. Setelah itu dia memejamkan matanya. Aku diam, tidak lagi mengeluarkan kalimat apapun. Aku membiarkan om Kenzo untuk tidur, sedangkan saat ini aku terus menatap wajah tampannya.

Ada perasaan bahagia sekaligus malu yang menyelimutiku saat ini. Bahagia karna bisa tidur dalam dekapan om Kenzo, namun aku malu karna begitu pasrah saat om Kenzo menyentuh mahkotaku. Aku membiarkan dia memberikan kenikmatan padaku.

Aku tersenyum lebar membayangkan perlakuan om kenzo padaku tadi. Namun ada rasa takut yang menelisik hatiku, aku takut cumbuan om Kenzo akan menjadi candu untukku. Lalu bagaimana jika kontrak kerja sama kami berakhir.? Apa aku bisa membiasakan diri tanpa cumbuan dari om Kenzo. Atau mungkin aku akan lebih kesulitan untuk membiasakan diri tanpanya.

Tidak mau mengacaukan moodku yang sedang baik, aku memutuskan untuk memejamkan mata sambil memeluk om Kenzo.

Cahaya mentari yang menembus jendela kamar, memaksa mataku untuk terbuka. Aku melirik om Kenzo yang masih terlelap disebelahku. Ini salah satu pagi terindah dalam hidupku. Dimana aku bisa melihat orang yang perhatian dan peduli padaku saat pertama kali aku membuka mata. Wajah tampan dan manis itu yang telah menghadirkan kebahagiaan berbeda dalam hidupku.

Aku mendekat, meletakan kepalaku didada bidangnya. Aku memeluk tubuh om Kenzo, seakan tidak mau mengakhiri pagi indahku.
Aku memejamkan mata, mendengarkan detak jantung om Kenzo yang beraturan. Detak jantung yang terdengar jelas ditelingaku.
Hanya mendengar detak jantungnya saja, aku merasa setenang ini. Om Kenzo benar - banar mirip dengan kak Nicho. Aku bisa merakasan jika om Kenzo juga mampu menjagaku dan melindungiku seperti kak Nicho.

"Aku kesulitan bernafas Je, kepalamu berat sekali,,"
Aku langsung memberingsut, menjauh dari dada om Kenzo.

"Hehe,, maaf om,," Ucapku, lalu tersenyum menatapnya. Om Kenzo hanya tersenyum tipis.

*****

Jangan lupa like

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang