16. Menginap

27.5K 640 0
                                    

"Jeje,,!" Seru om Kenzo.

Mataku membulat sempurna saat melihat om Kenzo menatap ke arahku. Badanku gemetar, aku tidak menyangka ada orang sekejam itu. Bagaimana bisa om Kenzo punya niatan untuk membunuh. Aku tidak percaya om Kenzo sangat mengerikan. Apa semudah itu baginya untuk melenyapkan nyawa seseorang.
Bagaimana jika nanti dia membunuhku,?
Tubuhku semakin bergetar membayangkannya.

Om Kenzo berjalan cepat ke arahku.
"Ss,,stop om.!! Jangan mendekat,,!" Teriak ku dengan suara yang terbata.

"Je,,, kamu kenapa.?" Om Kenzo terlihat bingung padaku.

Aku melangkah mundur, sekuat tenaga aku berlari menjauhi om Kenzo. Aku mengambil jaket dan tas milikku, lalu keluar dari apartemen om Kenzo. Aku tidak berani menoleh kebelakang meskipun om Kenzo terus memanggilku. Menintaku untuk berhenti.

"Kamu kenapa,,?"
Om Kenzo mencekal tanganku saat aku akan masuk kedalam lift.

"Lepasin om, aku mau pulang,," Ucapku dengan suara yang bergetar. Aku berusaha menarik tanganku dari cengkraman om Kenzo. Namun sia - sia.

"Jelasin dulu, kamu kenapa.?" Om Kenzo enggan melepaskanku, dia semakin erat mencengkram tanganku.

"Aku takut om,, lepasin aku mau pulang,," Aku meronta, meminta untuk dilepaskan. Aku semakin takut saja melihat om Kenzo, hingga akhirnya aku menangis.

"Kamu dengar pembicaraanku di telfon tadi,,?"
Tanpa berani menatap om Kenzo, aku mengangguk pelan.
"Kamu pikir aku serius.? Aku hanya mengancam saja. Kamu juga nggak perlu tau kenapa aku bicara seperti itu." Jelasnya lembut. Perlahan om Kenzo mengendurkan cengkramannya. Dia mengusap pipiku dengan sebelah tangannya lagi.

"Nggak usah takut. Kamu mau pulang,,?"
Nada bicara om Kenzo yang lembut membuat ku kembali tenang. Sangat berbeda dengan yang om Kenzo katakan di telfon tadi, terdengar mengerikan dan penuh amarah.

Aku menggeleng. Meskipun aku masih sedikit takut pada om Kenzo, tapi aku tidak ingin mengakhiri pertemuan kita malam ini. Aku masih ingin bersama om Kenzo, menghabiskan waktu di sampingnya.

Om Kenzo mengusap pelan rambutku.
"Ayo,,," Dia menggandengku untuk kembali ke apartemennya.

Om Kenzo memintaku untuk duduk, sedangkan dia pergi membersihkan serpihan vas bunga yang tidak sengaja aku jatuhkan tadi. Sebaik dan selembut itu om Kenzo memperlakukanku, lalu apa yang aku takutkan.?

"Maaf om, udah pecahin vas bunganya,," Ucapku lirih. Om Kenzo sudah kembali dan duduk disebelahku.

"I'ts oke,,," Lagi - lagi om Kenzo mengusap kepalaku dengan lembut. Terasa begitu tulus dan penuh kasih sayang. Atau hanya aku saja yang terlalu berlebihan menanggapi perlakuannya. Tapi yang jelas, aku tidak lagi takut padanya.
Kelembutan om Kenzo kembali membuatku merasa aman dan tenang saat ini.

Biasa di abaikan oleh kedua orang tuaku, membuatku terlalu bahagia menerima perlakuan baik dari om Kenzo. Mungkin jika saat ini aku diberi dua pilihan antara kedua orang tua ku dan om Kenzo, aku akan lebih memilih om Kenzo. Aku memang lebih menyayangi kedua orang tuaku, tapi aku akan memilih orang yang bisa membuatku bahagia dan menganggap keberadaanku. Seperti yang om Kenzo lakukan setiap kali kami bertemu.

"Kamu mau tidur,,? Kamarnya disitu,,,"
Om Kenzo menunjuk kamar tamu yang terletak disebelah kamarnya. Untuk apa aku tidur disana, bukankah aku bisa tidur satu kamar bersama om Kenzo. Lagipula dia juga sudah janji tidak akan menyentuhku diluar batas. Aku ingin merasakan tidur dalam pelukan om Kenzo yang begitu nyaman. Seperti saat aku tidur dipelukan kak Nicho.

"Jeje mau tidur sama om Ken aja. Boleh ya om,,," Aku merengek, memegangi lengan besar om Kenzo dan menatapnya memohon.
Andai saja om Kenzo mau menuruti keinginanku, tentu saja aku akan sangat senang. Peduli apa tentang malu dan harga diri, apapun yang membuatku bahagia, aku harus bisa mendapatkannya.

"Jangan main - main Je.! Nggak ada acara tidur satu kamar,,," Tolaknya tegas. Aku langsung cemberut menatapnya, ku lepaskan lengan om Kenzo dan menggeser dudukku untuk menjauh.

"Ya sudah aku tidur di sofa aja om,," Ujarku untuk mengancam. Berharap om Kenzo membujukku, lalu menyetujui keinginanku. Aku yakin om Kenzo tidak akan tega membiarkanku tidur di sofa.

"Terserah kamu saja. Jangan teriak kalau nanti ada hantu yang mucul disini,," Om Kenzo berusaha menakut - nakutiku. Dia pikir aku akan takut dan pindah ke kamar tamu. Sejak kecil aku sudah biasa sendiri dalam rumah megah milik orang tuaku, aku lebih suka menyendiri saat mama dan papa pergi ke luar negeri. Tinggal sendirian di apartemen ini pun aku tidak masalah.

"Nggak apa - apa om, biar hantunya bisa memenin aku,," Sahutku cuek. Aku merebahkan tubuhku di sofa. Ku lihat om Kenzo beranjak dan masuk ke kamarnya. Tidak memperdulikanku yang sedang mencoba untuk membujuknya. Tega sekali om Kenzo, dia membiarkanku tidur disofa dari pada harus tidur dengannya.

Tidak berniat untuk kembali membujuk om Kenzo, aku memilih untuk memejamkan mata.
Aku sudah bahagia membayangkan akan tidur bersama om Kenzo, namun yang ada aku malah tidur disofa seperti ini.

"Kak Nicho,,,! Jangan pergi lagi kak, jeje kangen,," Aku mendekap erat tangan kak Nicho, tidak mengijinkannya kembali ke New York.

"Kaka masih harus kuliah Je, kaka janji akan pulang lagi bulan depan,,," Kak Nicho berusaha melepaskan tangannya dari dekapanku. Aku menangis, aku tidak mau kak Nicho pergi dan meninggalkan aku sendiri disini. Sedangkan mama dan papa tidak pernah peduli padaku. Tidak pernah menanyakan keadaanku, atau sekolahku.

"Jeje kesepian kak, Jeje mau sama kak Nicho. Jangan pergi lagi kak, Jeje mohon,,," Aku semakin terisak. Namun kak Nicho tetap pergi dan kembali ke New York. Aku terus menangis sampai akhirnya terlelap.

Aku membuka mata karna tenggorokanku terasa sangat kering. Aku berusaha mengumpulkan kesadaranku, aku merasa asing pada tempat ini. Bukankah tadi aku ada dirumah, aku baru saja menangis karna kak Nicho pergi.
Aku hampir menjerit saat menoleh kesamping, aku mendapati om Kenzo tidur disebelahku.
Ternyata aku hanya mimpi bertemu kak Nicho, aku masih berada di apartemen om Kenzo dan saat ini berada di kamar. Ini bukan kamar om Kenzo. Sepertinya om Kenzo memindahkanku ke kamar tamu dan dia ikut tidur disini.
Kenapa tadi harus repot - repot menolak ku yang ingin tidur bersamanya, tapi sekarang dia malah tidur bersamaku. Om Kenzo sangat aneh.

Aku turun dari ranjang dengan hati - hati, tidak mau mengganggu tidur nyenyaknya. Aku pergi ke dapur untuk menengguk air dingin. Aku kepanasan karna tidur mengenakan jaket dan selimut tebal menutupi tubuhku.
Setelah meneguk habis satu gelas air dingin, aku kembali lagi ke kamar. Aku sempat melirik jam diruang tv, yang masih menunjukan pukul 2 dini hari.

"Habis ngapain kamu,,?" Suara om Kenzo terdengar memecah malam yang sunyi. Aku baru saja masuk ke kamar, ku tutup kembali pintu kamar lalu berjalan mendekat ke ranjang.

"Habis minum om, haus banget." Sahutku. Aku melepaskan jaket, meletakannya diatas nakas, lalu naik ke atas ranjang.
"Kok bangun om.? Om mau minum juga,,?" Aku menatap om Kenzo yang sedang tiduran menyamping kearah ku. Om Kenzo menggeleng.

*****


Like jangan lupa ya.

My SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang