Temu Tanpa Rencana

193 9 2
                                    

Kau tau? Hari-hari setelah aku usai menulis cerita ini, dipenuhi hitam yang mengabu. Langkahku bahkan tak pernah tentu. Apalagi berharap. Diriku yang malang ini -yang mencintaimu tanpa henti. Tak lagi berkeinginan menumbuhkan jalan agar memiliki akses menemuimu. Telah kupasrahkan urusan paling berhargaku pada Tuhan. Dan, sungguh. Hari aku mengatakan itu pada-Nya, ternyata membawakan rencana yang berbeda.

Aku tak pernah menyangka kita akan duduk semeja. Saling tatap namun canggung, tanpa bicara. Rencana ini tak pernah sekalipun terbayangkan di kepala. Meski bagimu semua yang kita lalui malam itu sebatas perjumpaan singkat yang tidak berharga. Menurutku, melihatmu dengan jarak sedekat itu, adalah hal-hal yang sulit untuk dilupa.

Kau tentunya tau, aku melawan diriku. Kutampakkan dimatamu bahwa diriku yang malang ini sangatlah bahagia. Menikam kesedihan yang membendung hati dan kepala. Sungguh, senyumku benar-benar tak pernah utuh. Hatiku yang bersorai tanpa suara, menangis sejadi-jadinya. Malam itu, kebahagiaan dan rasa sedih bersama-sama menghakimiku.

Kau tak pernah mengerti, dan akupun tak mau memaksamu. Cintaku yang tumbuh tinggi kadangkala membuat kacau seisi hidupku. Dan terkadang, saat aku berhasil merapikan itu; matamu menjadi jembatan yang menghubungkan kembali segala rindu. Merusak imajinasi, membuatku kembali mencampurkan hal-hal yang kau miliki kedalam rencana-rencana dimasa nanti.

Rinduku memanglah puas, tetapi hatiku berujung naas. Ketika aku telah beres dari impian yang melibatkanmu, senyum yang kau bawa kembali menyuburkan impian itu. Sepersekian detik kemudian, kenyataan menamparku. Kenyataan bahwa bagaimanapun kau tetap tak bisa kumenangkan, membuatku menyesal sejadi-jadinya melihat sosokmu.

Kuingin kau mengerti. Diantara hidupku yang tak pernah sempurna, kau adalah apa yang kudamba melengkapi. Hanya saja, sepasang tangan ini memang bukan yang paling pantas memenuhi genggamanmu. Semua yang berniat aku genapi, tak kau relakan untuk kuisi.

Kau hanya tak pernah tau, bahwa cintaku yang tumbuh jauh, selalu mencintaimu dengan kesadaran penuh. Sadar akan kemungkinan yang tak mungkin. Sadar bahwa kau hanya hal-hal yang tak sepantasnya masih kuingin. Kebahagiaanmu menjadi hal yang kuutamakan disepanjang hidupku. Karna itu, meski sulit untukku -meski takkan pernah menjadi mudah bagi diriku. Kurelakan kau memilih bahagiamu, mendekap yang kau mau. Memenuhi kriteria yang kau impi, dan kudoakan dia lebih baik dari yang kau cari.

Semoga, pelan-pelan, waktu akan membuatmu memahami. Bahwa aku, memang mencintaimu sedalam itu. Namun yang kumau, bukanlah memaksamu denganku. Aku ingin kau terbang bebas, mencari bahagiamu; melupakan aku yang mendambamu setengah gila. Mencintamu tanpa karena. Aku ingin suatu ketika kita kembali bertemu, namun kau telah lupa. Bahwa aku, pernah mengemis untuk kembali kau terima.

Narasi Patah Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang