Sudah lama tak kudengar kabarmu. Bagaimana hidupmu kali ini? Aku tau, kau pasti terkejut dengan banyak hal setelah menginjak dunia perkuliahan yang sama sekali tidak kita duga seperti apa lingkungannya, karna dari tempat kita berasal; dunia tidak terlihat sekacau ini.
Sekalipun kita tengah berjuang dengan sungguh-sungguh di kota yang sama, belum sekalipun aku pernah melihatmu diantara sudut-sudut kota. Aku penasaran, dimana tempatmu menenangkan diri saat tugas kuliah menumpuk? atau kemana kau melarikan diri ketika dosen yang tidak kau sukai mengajar hari ini?
Aku seringkali kabur dari mata kuliah yang menjengkelkan dan duduk menenangkan diri di kedai dekat kampus. Kadang kala, aku kabur dan bersembunyi di basemant. Atau saat tengah runyam, aku duduk memandang danau di depan Fakultas Ilmu Komunikasi sambil menghisap rokok dan makan cemilan.
Kalaupun harus mencari tempat lain, yang belakangan waktu sering aku kunjungi adalah daerah Pandau. Tempatnya seakan-akan membawaku keluar dari wilayah Pekanbaru, sekalipun itu semua hanya sugestiku sendiri. Ah, ya. Batagor di samping gedung Pascasarjana juga sering aku datangi. Semua orang juga pasti tau kalau batagor disana paling enak dibeli.
Kadangkala, kalau punya banyak waktu luang, aku sering kabur ke danau buatan. Tapi, bukan di area wisata yang penuh orang-orang itu. Aku punya tempat dan spot sendiri meskipun harus melalui jalan setapak dan jarang dikunjungi oranglain. Dari sana, senjaku tampak lebih sempurna. Matahari seakan-akan dimakan oleh air danau yang tenang. Burung-burung bersahutan, suara jangkrik mulai bermunculan. Disana, ada anjing penjaga yang baik. Aku suka berbagi makanan dengannya.
Meskipun belum semua tempat sudah aku jelajahi, tapi setidaknya diantara kekacauan dan riuhnya kota ini; aku masih menemukan waktu tenang. Tempat-tempat melarikan diri bagi diriku untuk menata ulang. Mengambil waktu untuk mengosongkan pikiran, menyusun rapi rencana yang sudah berantakan. Diantara hari-hari yang tidak selalu baik, aku masih punya jendela kamarku yang ajaib. Menghadap langit dan menampilkan bebintangan. Cara terbaik bagiku untuk mendapatkan ketenangan adalah memandang pada apa-apa yang Tuhan izinkan tampil di langit setiap harinya.
Semoga kaupun begitu. Meskipun aku tidak tau dimana kau mampu menemukan tempat-tempat terbaik untukmu mendatanginya, kuharap kau menikmati hidup yang abu-abu ini lebih baik dari apa yang aku bisa. Aku berdoa, kau kuat dan mampu menjalani beratnya dunia yang hampir kita tanggung sendiri. Sekalipun pada kesempatan yang satu ini kita tidak juga bersua, tak apa. Satu-satunya yang aku mau adalah kau tetap baik-baik saja, meskipun kelihatannya kelam kota ini akan membuat cahayamu tidak seterang dulu kala.
Semoga kau tetap putih diantara hitamnya pergaulan. Semoga kau terus lurus meskipun banyak simpang yang memanggil. Semoga kau tetap ingat tujuanmu ada disini sekalipun untuk mencapainya harus bertahan setengah mati. Aku ingin dengar kau bergelar sarjana lebih cepat dariku, walaupun aku memulainya setahun lebih dulu. Setidaknya, kau harus tampil lebih megah di muka dunia agar cahayaku mampu tersembunyi; sebab kau yang luarbiasa indah sanggup mengalahkannya.
Bersemangatlah selalu, teman lamaku. Maaf karna tidak bisa menyampaikan banyak hal langsung padamu. Suatu ketika, semoga kau membaca apa yang aku tulis disini. Semoga kau tau, cintaku telah menjelma doa-doa yang kini tidak lagi menyakiti. Kau telah digantikan yang lain, namun tetap. Kau adalah keabadian yang akan selalu aku kenang. Seseorang yang mengajariku bahwa merelakan juga akan menjadikanku seorang pemenang. Sampai jumpa pada waktu dan kesempatan yang telah dirancang oleh Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Patah Hati
PoetryBagiku, semua ini layak untuk dikenang. Entah seperti apa menurutmu. Jika kau bersedia untuk menjadikannya sebagai sejarah, maka kenanglah aku sebagai seseorang yang paling-paling mendambakan kebahagiaanmu. -Jum'at, 1 September 2017.