Demi kamu; aku menjadi lembaran yang hilang. Kupertanyakan hatiku atas hal-hal yang bukan menjadi kesalahanku. Kuhantam diriku kuat-kuat, membentuk perasaan tabah yang lebih hebat. Kuminta langit menjagamu dari segala hal yang menyakiti hati. Kulalui pelbagai langkah penuh derita agar sampai pada puncak kau berada.
Demi kamu; aku pernah berjuang begitu hebatnya. Melepaskan hal terpenting yang kupunya. Meluangkan waktu agar mampu menahanmu tinggal tak berkelana. Kukorbankan mimpi-mimpi demi permintaanmu menemani. Kubuang jati diriku agar kau bersedia mencintaiku. Aku menjadi segala bentuk yang seperti kau inginkan. Kusebrangi arus hebat dalam aliran keras kepalamu. Berulangkali aku hanyut ditelan perasaan sedih. Tetapi untuk menyenangkanmu, kupapah diriku agar menelan seluruh bentuk keegoisanmu dengan tanpa mengeluh.
Aku pernah meluangkan ruang-ruang penuh dalam dadaku demi menaruhmu dalam-dalam. Kubiarkan segala yang menjadi hal-hal pentingku tertinggal diam-diam. Perasaan paling hebat tersisih untukmu yang pernah begitu baik terpilih. Demi kamu; aku rela memberi segala jiwa. Raup senyumku, patahkan harapanku. Kau kubiarkan melakukan apa saja atas diriku yang mencintaimu dengan amat sangat. Kumaafkan segala perkara yang kau ulang berkali-kali. Walaupun kau belum tentu bersedia memaafkan jika aku yang mengulangi. Aku hancur untuk bertahan bersamamu, lepas landas sendirian. Terburai sebuah inginmu yang tak pernah memandang penting kepentinganku. Kau tak pernah peduli dengan perasaan sedih yang menyakitiku kemudian.
Lalu demi kamu, aku rela melihat hatiku terbagi-bagi. Kubiarkan pelbagai duka itu membelah-belah dada. Kulepaskan kau memilih manusia yang menurutmu sempurna. Meski setelah kuberi kau segala hal yang kubisa. Aku diam saat separuh warasku kau bawa, aku hengkang dan legam dalam cerita usang kita. Demi kamu, aku menjadi lilin yang rela meleleh tak henti. Kuterangi hari-hari kelabu milikmu. Meski pada kenyataannya, mau tak mau aku akan tiada. Aku harus pergi dan terhapus. Kuyakinkan hatiku bahwa segala perkara yang melemahkan dada harus kumaafkan demi kamu. Untukmu yang tega. Atas perlakuanmu yang tercela.
Semesta memang punya bingkisan tersendiri, aku dititipkan sebuah ujian paling dahsyat dalam hari-hari. Aku dipilih sebab mampu memberimu segala hal yang kau cari. Hingga akhirnya, demi kamu; aku harus bisa melepaskanmu berbahagia. Dengan atau tanpaku. Kuputuskan berlari dari segala tempat yang biasanya kau lalui. Kuhapus linang-linang yang terjatuh dari bola kaca milikku. Aku tak mampu melihatmu lagi, aku begitu kalut dalam arus patah hati. Karena setelah tanpamu, puing-puing hatiku tercecer entah kemana. Harapanku tak lagi tertuju atas apapun yang dahulu kurancang menuju masa mendatang. Aku tak pernah mampu menerima bahwa yang paling kucinta menyakitiku dengan tega.
Dan terakhir, demi kamu; kupelajari caranya mengikhlaskan sepenuh hati. Kubabat segala keinginan untuk memelukmu kembali. Kulepaskan perasaan terdalam yang pernah begitu lama tenggelam. Semuanya demi kamu. Demi mencintaimu, demi mengihklaskanmu. Demi kebahagiaan yang kau pilih atas hari-harimu yang tanpaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Patah Hati
PoetryBagiku, semua ini layak untuk dikenang. Entah seperti apa menurutmu. Jika kau bersedia untuk menjadikannya sebagai sejarah, maka kenanglah aku sebagai seseorang yang paling-paling mendambakan kebahagiaanmu. -Jum'at, 1 September 2017.