Rumah

780 28 0
                                    

Tidak ada manusia yang ingin bertopeng. Tetapi mau bagaimana lagi; banyak orang-orang dewasa yang memilih menyimpan luka-luka. Pulang untuk melepaskan tangis dan sesak. Segala masalah yang menggenggam jiwa.

Mereka tak pernah mau terlihat lemah. Memutuskan tertawa besar saat berada diluar rumah. Menjadi liar, membebaskan diri sebebas-bebasnya. Apapun yang telah menyakiti hati, mereka tahan sendiri. Tumpahkan diatas bantal saat berbaring dikamar. Kau mana tau akan hal kecil itu. Kau bilang, jadilah dirimu sendiri. Kau ingin tau segala yang membuatku sakit hati. Padahal tanpa kau sadari, ada beberapa kesedihan yang memang harus ditelan sendiri. Tak mesti dibagi-bagi.

Aku punya rumah untuk pulang. Untuk menangis sehebat-hebatnya saat segala perjuanganku tak terbalas seimbang. Walaupun, perihal rasa sakit tak ada dustanya. Dada selalu bergores tak menentu setiap pulang berkelana. Tualang yang panjang menyakiti lengan-lengan dan jemari kaki. Aku hempaskan semua sedih dan pedih dalam ruang kamar yang hampa. Aku lepaskan segala perih yang menyiksa. Itu sebabnya, atas permasalahan berat yang kalian tau; aku terlihat tak pernah merisaukan semua itu. Aku diam dan tertawa, aku bertingkah biasa saja. Karena malam kemarin, telah kukuatkan diriku menerima segala takdir. Aku tak mau membawa getar getir itu saat melangkah keluar dari tempatku pulang melabuhkan lelah.

Sungguh, manusia tetap manusia. Yang lucu, belum tentu tak merasakan pilu. Yang gemar membuat tawa, tak berarti selalu bahagia. Jangan sembarangan bicara, orang-orang baikpun punya hati jua. Jangan sesukamu berbuat, kau tak tau tualang apa yang membuatnya terlihat kuat. Tolong sekali, senyum bukan berarti tak punya beban menusuk hati. Tetapi belajar menyembunyikan hal-hal sakit yang tidak perlu dibagi-bagi. Hargai manusia yang ada, betapa lucupun mereka. Betapa kuat menguatkanmu. Mereka tetaplah manusia.

Narasi Patah Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang