Pada rutinitas lain yang aku miliki, aku menoleh ke arah seseorang yang amat sangat niat mendekatiku. Ia berusaha keras, walaupun aku sudah mengabaikannya berwaktu-waktu. Lama sekali aku mengumpulkan keberanian untuk mempercayainya, bertahun-tahun lamanya. Pada akhirnya, aku percaya padanya. Kupikir seseorang yang tadinya bersungguh-sungguh, tidak akan mempermainkan perasaanku begitu saja.
Barangkali ungkapan “Jangan terlalu berharap pada manusia” menjadi tameng yang seharusnya aku ingat kuat-kuat waktu itu. Ya, ternyata ia tidak sebegitu niat. Ia hanya luka dan butuh untuk dirawat. Ia tau, aku pernah sangat setia pada satu hati yang dulunya kupikir tidak akan mengkhianatiku. Ia berharap mendapat kesetiaan seperti itu dari seseorang yang ternyata tidak sebegitu diinginkannya. Bodohnya, aku yang sudah tau jelas tengah diperlakukan dengan tidak berharga, bersedia menemaninya.
Aku tidak mengerti posisi seperti itu dinamai sebagai apa. Yang aku tau, ia hanya perlu ditemani dan diyakinkan bahwa ia berharga setelah wanita lain dengan tega menyakitinya. Pelampiasan? Mungkin akan terdengar sedikit aneh karna nyatanya semua perhatian ia curahkan. Kadangkala dia menyenangkanku dengan hadiah kecil yang dibawanya, ataupun dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
Namun, begitulah lelaki. Banyak orang yang mengatakan bahwa lelaki itu makhluk yang sederhana. Jika kau dibingungkan oleh sikapnya, maka bukan kau orangnya. Pelan-pelan aku dituntun pada kenyataan yang terang-benderang.
“Aku menyukai orang lain.” Imbuhnya.
Kurasa tak perlu aku jelaskan lagi seperti apa rasa sakitnya. Bayangkan saja, kau merawat seseorang yang dihancurkan orang lain. Saat ia sembuh, ia memilih hati yang lain. Matanya berkilau saat menceritakan seperti apa kelebihan perempuan pilihannya yang jelas-jelas juga aku miliki. Aku tidak bisa menyanggah apapun. Dari sana aku tau, aku kalah. Aku kalah dengan orang yang ia pilih.
Sayangnya, dari hal-hal terburuk itu aku bermula. Kau pikir wanita mana yang akan membantumu menyiapkan hal-hal romantis, untuk kau berikan pada seseorang yang kau suka? Mencerca air matanya demi melihat kau bahagia. Senyum pahit yang amat sangat palsu itu menjadi langganan yang tampil ketika kita bertemu dan isi kalimatmu hanya dia-dia saja. Aku menukar rasa sayangku dengan pahit setengah mati agar kisah cintamu bersemi. Merelakan harga diri teraniaya asal apapun yang kau rencanakan dengannya bisa terlaksana.
Hanya saja, aku tidak mampu bertahan sampai akhir. Aku dikalahkan rasa sakit yang memintaku pergi. Pada hari-hari lain aku menjauhkan diri, melepasmu bersama doa-doa terbaik yang kuharap melindungi. Saat ceritamu dengannya resmi dimulai, cerita kita yang kupaksakan selesai. Aku tidak mau berlama-lama terjebak dalam luka, walau berkedok pertemanan belaka.
Dan, kulanjutkan hidup bersama pelajaran baru. Bahwa tidak sebaiknya bertaruh segala hal; merendah setara tanah, berkorban apapun untuk seseorang yang sejak awal tidak pernah benar-benar mengingnkanku. Apapun yang aku beri, tidak akan membuatku jauh lebih tinggi daripada seseorang yang kau mau. Pada akhirnya, kau akan tetap mengejar pilihanmu dan melupakan keberadaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Patah Hati
PoesiaBagiku, semua ini layak untuk dikenang. Entah seperti apa menurutmu. Jika kau bersedia untuk menjadikannya sebagai sejarah, maka kenanglah aku sebagai seseorang yang paling-paling mendambakan kebahagiaanmu. -Jum'at, 1 September 2017.