Temu Tanpa Rencana /2

541 30 2
                                    

Pertemuan sederhana membawamu dan aku duduk saling pandang. Dan aku menyadari, bahwa tak ada yang perlu kusesali. Aku sudah memperjuangkanmu hingga kaupun tak tau caranya berterimakasih atas usahaku. Jika kau memilih untuk tak memilihku, maka tak ada lagi yang akan kusesali. Aku telah berjuang hingga sehabis-habisnya. Walau tak pernah menang pada akhirnya.

Bohong bila mengatakan aku tak kecewa. Empat tahun membuang waktu, mustahil tak banyak harapan dalam diriku mengenaimu. Hanya saja, kusadari; kau memang tak seharusnya menerima seseorang yang tak sadar diri. Yang berani-beraninya mencintaimu -yang sempurna- dengan kekurangan yang belum bisa diatasinya.

Izinkan aku menangis untuk beberapa waktu. Mengucap rasa tak terima sebab wanita itu yang berujung memenangkanmu. Namun, mau dikata apa lagi. Harus diucap bagaimana lagi. Segala cara telah kutempuh, dan kau tak juga luluh. Mengikhlaskan akan menjadi tingkat akhir perjuanganku.

Biarkan aku menghindari kenyataan. Entah untuk berapa hari, atau mungkin berbulan-bulan. Aku akan tetap tersenyum di depanmu, seperti selayaknya teman lama. Walau perlu waktu untukku menyembuhkan segenap luka.

Narasi Patah Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang