Penggoda /2

219 10 1
                                    


Tak apa. Aku tidak akan menyalahkan kamu. Jika dia bisa berbahagia dengan menemukanmu didalam ketenangannya, akulah yang harus belajar rela. Jagalah diri sebaik mungkin; meskipun telah merebut milik orang lain. Caramu mendapatinya memang tak sebanyak usahaku, namun apa boleh buat. Begitulah jalan kalian untuk bertemu. Jangan cemaskan doa-doa, tak sedikitpun sumpah serapahku menuju kamu. Hidup adalah pilihan, dan kamu sudah dipilihnya; meskipun setelah mencampakkanku. Jagalah ia baik-baik, jangan pernah berpikir untuk menyisipkan segenap pahit. Kamulah yang sudah susah payah direngkuhnya, dengan sengaja membiarkanku terluka.

Barangkali aku memang terlalu membebaskannya. Menaruh percaya, bahwa dia memang bisa menjaga. Kupikir dia punya pemikiran yang sama; bahwa cinta akan tetap menguatkan sejauh manapun jarak memisahkan. Namun aku keliru. Senggang yang ia punya, justru ia pakai untuk menemanimu. Ia berdalih dengan banyak alasan. Katanya, aku sudah tak lagi menenangkan lelah. Sudah bukan tempat melabuhkan resah. Aku terlalu sibuk pada diriku, hingga lupa meluangkan waktu. Ia menjadi lain, setelah melihatku tak sesuai dengan yang ia ingin. Dia merasa kamulah yang memiliki segalanya. Hal-hal yang dicarinya, meskipun tanpa ia sadari, kamu hanyalah penggoda. Seseorang yang berani bermain dibelakangku, rapi sekali; hingga tak sedikitpun aku menaruh curiga. Tak perlu meminta maaf, kamu yang sudah memilih menjadi api didalam hubungan kami. Lalu ketika segala hal sudah hangus menjadi abu; untuk apa lagi berpura-pura menyesali? Lanjutkanlah segala bahagia dalam hidupmu, bukankah dahulu begini yang kau ingini?

Semoga saja hidup akan selalu memihakmu. Berdoalah selalu, agar kau tak melalui penderitaanku. Menemaninya saat pelik, lalu ketika hidup membaik; justru ia memilih yang katanya lebih baik. Janganlah sampai ia kembali begitu. Kalaulah kamu adalah seseorang yang benar-benar ingin diraihnya, walaupun dengan tega melepaskan segala yang kami bina; kamu jugalah yang harus bisa merubahnya.

Belajarlah menerimanya sebesar penerimaanku terhadap semua yang ia punya. Kekurangan-kekurangannya yang kuanggap sempurna, kelebihannya yang begitu kucinta. Kamu siap mengambilnya dariku, berarti siap pula mengemban perasaanku. Jangan ketika bersamamu, justru ia merasa tidak berkecukupan. Jangan sampai ia memiliki pemikiran, bahwa aku pernah lebih membahagiakan. Sekali lagi; semua yang kau lalui adalah pilihanmu sendiri. Kini belajarlah menyanggupi segala konsekuensi.

Semesta memang punya banyak kejutan. Sekeras apapun kami pernah mempersiapkan kesepakatan; justru berakhir diurai penghianatan. Halaman bahagia tercabik-cabik begitu saja. Seseorang yang tak diundang meracau meruntuhkan segalanya.

Beginilah hidup. Jangan merasa menang dulu, kita tak sama sekali mengadakan sayembara. Aku mencintainya dengan tulus, mendapatinya penuh usaha; mempertahankannya dengan air mata. Tak ada yang kulakukan semata-mata untuk memenangkannya saja, kusanggupi mencintainya yang penuh timpang dan kurang dengan ketulusan yang seadanya. Yang kalah itu kamu. Sebagai wanita, kamu sudah menaruh mahkotamu. Menginjaknya didepan mataku. Kamu berbangga hati, seolah memberikan isyarat "Aku berhasil menjadi perebut milik orang lain".

Aku memang telah memaafkanmu, walaupun racun benci masih kuat menyulut dadaku. Tetapi satu hal. Semesta memang suka memutarbalikkan nasib seseorang. Sekeras manapun nanti usahamu membabi-buta mempertahankan semua yang kalian punya, melebihi kesungguhanku waktu itu; beribu kali lipat dari usahaku memperjuangkannya. Kalau Tuhan bilang, ia akan menjadi milik yang lain. Andilmu hanya sia-sia. Perjalanan panjangmu berujung derita. Ingatlah aku saat itu; segenap sulitmu nanti, adalah segelintir perasaan sedihku yang disisakan semesta khusus untukmu. Tak ada yang berakhir baik bila diawali dengan tak baik. Jangan pernah lupakan itu.

Narasi Patah Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang