Perempuan Sialan

385 16 4
                                    

Kesekian kali kutemukan banyak sekali kesalahan-kesalahan yang jatuhnya dibenar-benarkan. Kau berusaha menyelamatkan dirimu, dengan melarikan diri dari kesalahan-kesalahan yang sengaja kau perbuat dulu. Tidak usah mencari alibi. Kau tidak terlihat begitu dewasa dengan cara ini. Hanya tampak seperti pengecut, yang namanya tak ingin disebut-sebut. Pahamilah satu hal. Merusak sesuatu yang sudah susah payah dibangun, dipertahankan hampir mati-matian; dengan sengaja. Dengan tanpa rasa bersalah. Tidak perlu pakai pembenaran didalamnya, tidak bisa kau angkat tangan begitu saja.

Kau bilang, tidak apa merebut pasangan orang lain sebelum pernikahan tersahkan. Sebelum semuanya tercatat dalam satu buku, memuat dua nama. Tetapi pernahkah kau pikirkan sekali saja? Seseorang yang kau ambil itu, telah susah payah kumenangkan hatinya; dengan banyak pengorbanan dan luka-luka. Seseorang yang karnanya hampir habis warasku terbawa lari, demi membuktikan segala kesetiaan yang aku miliki. Orang itu; yang kau peluk dengan menjauhkannya dariku, seseorang yang kucintai sepanjang waktuku. Seseorang yang kudapati dengan usaha-usaha yang tidak securang kamu. Aku takkan pernah merelakannya sedikitpun.

Ku ingatkan padamu, tiap langkah yang kau tuju hanya akan menjadi abu-abu. Langit-langit takkan bersedia menerima impianmu. Hujan akan selalu menitih di pipimu kemanapun kau berlari menjauh. Dengan bersamanya; seseorang yang kucintai sepenuh jiwa, kau takkan menemui apa-apa selain ingatan pernah melukaiku dengan tega. Kau tidak akan mendapatkan apapun selain kepingan kutukan dari kesedihan-kesedihan yang melandaku. Tidak akan sudi bahagia mengunjungimu.

Boleh saja kau berbahagia sebentar dengan hal-hal fana. Berhasil membuatnya terbujuk rayu, lalu menghapusku dari kepalanya. Tak perlu merasa menjadi pemenang, kau hanya menggunakan cara yang curang. Ingatlah selalu satu hal, hidupku telah berlalu separuh sejak kau bawa ia menjauh. Kau takkan mengerti betapa sedih menguasai hati. Bagian-bagian napasku, kau bawa terbang menuju tempat terjauh. Kau takkan bisa hidup tenang setelah itu. Sesudah menyisakan linang-linang air mata di pipiku. Kupastikan, hidup akan menjengkalmu dengan kesedihan yang setara. Kau akan merasakan kesengsaraan yang aku terima. Dan kalau diberi kesempatan oleh semesta, mataku sendiri yang akan menyaksikannya.

Narasi Patah Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang